7 - Don't Call Him

11.9K 1.1K 143
                                    

Jeno yang mendengarnya tersenyum sendiri. Ia bersyukur bertemu Jaemin dan menjadikannya pasangannya.

"Mendengarmu mengatakan itu, aku jadi ingin pulang sekarang juga." Ujar Jeno sambil tersenyum lebar.

"Kutunggu pulangmu." Ujar Jaemin sambil berbisik menggoda Jeno dari telfonnya.

"Yasudah, sana selesaikan pekerjaanmu." Lanjut Jaemin sambil terus tersenyum dan menutup telfonnya.

***

Dengan kabar bahwa Jeno tidak akan menemaninya hari ini, Jaemin melepaskan mantel yang sudah ia pakai sebelumnya. Meskipun ia tidak keberatan dengan ketidakhadiran Jeno, tapi ia sendiri juga tidak tahu harus melakukan apa untuk menghapus kesepiannya.

Rumahnya terasa terlalu besar untuk dirinya seorang yang makin membuatnya kesepian. Akhirnya ia pun melangkah kearah ruang baca untuk menghabiskan waktunya.

Jaemin berpikir untuk mulai bekerja karena memang selama ini seluruh nafkah ditanggung oleh Jeno yang tentu saja tidak akan pernah kesulitan untuk memenuhi kebutuhannya, tapi ia merasa ia tidak bisa terus seperti ini.

Jaemin segera menuju laptopnya dan mulai melakukan research yang ia butuhkan. Cukup menyenangkan rasanya untuk kembali surfing seperti ini. Ia meng-highlight hal-hal yang menarik perhatiannya.

***

Tak terasa hari mulai gelap saat Jaemin tiba-tiba terbangun di posisinya yang tidak nyaman karena ia tertidur di sofa. Ia melihat sekeliling yang sudah gelap karena langit diluar sudah berubah kelam dan tak ada lampu yang menyala di rumahnya.

Jaemin menyalakan ponselnya untuk melihat waktu, ia sedikit terkejut karena melihat bahwa sekarang sudah lewat jam 10 malam. Kemudian ia menghela nafasnya.

Kenyataan bahwa ia masih di sofa selama ia tertidur artinya Jeno belum pulang, karena ia tahu Jeno tidak akan membiarkannya tidur seperti itu. Ia juga melihat satu pesan dari Jeno di layarnya.

'Maaf, aku sepertinya akan pulang terlambat. Tidak perlu menungguku, tidurlah.

I love You, sweet dreams'

Jaemin tersenyum tipis hanya dari pesan singkat yang dikirim oleh Jeno. Ia pun beranjak merapikan laptopnya, kemudian membersihkan diri untuk kembali tidur.

Jaemin merasa ia melupakan sesuatu sebelum tidurnya, namun entah kenapa ia merasa itu bukanlah hal penting. Akhirnya ia pun memilih untuk terlelap begitu saja.

***

Keesokan harinya, Jaemin kembali terbangun sendirian. Ia melihat sisi lain dari tempat tidurnya yang kosong dan tidak ada bekas seseorang tidur disana.

Jaemin melihat jam digital di sisi tempat tidurnya bahwa kini baru pukul 6. Masih terlalu pagi untuknya bangun, tapi mungkin karena ia terlalu banyak tidur kemarin sehingga ia menjadi lebih segar meskipun terbangun lebih awal.

Jaemin melihat ada pesan tak terbaca dari Jeno. Ia mengatakan bahwa semalam ia tidam bisa pulang karena masih harus mengurus kontrak dengan partner baru. Akibatnya Jaemin pun bangun dari tempat tidurnya.

Jaemin bersiap untuk menghampiri Jeno di kantornya, karena ia sendiri merindukan aroma candu dari tubuh pria itu. Sekaligus ia berencana membawakan baju ganti untuk Jeno.

Entah kenapa, sejak di taxi tadi Jaemin merasa pusing namun ia mencoba untuk mengabaikannya karena ia akan segera bertemu Jeno. Akan lebih baik jika ia bisa bermanja dengan Jeno tentang pusingnya.

Jaemin menyapa setiap karyawan yang ia temui, ia memang terkenal ramah oleh para karyawan dan banyak dari mereka pun merupakan pendukung hubungan mereka karena ketika CEO mereka bersama pasangannya, mereka terlihat seperti lukisan dan tidak bisa dibantah bahwa mereka sangat serasi dan begitu mesra bahkan di depan para karyawannya.

Saat Jaemin menuju ruangan Jeno, ia melihat seorang perempuan masuk terlebih dahulu ke ruangan Jeno. Jaemin pun mengikuti perempuan itu hendak masuk ke ruangan Jeno, namun ia berhenti saat dari sisi pintu yang sedikit terbuka itu ia melihat Jeno yang berbaring di sofa dan wanita itu memberi kecupan ringan padanya.

Jaemin terdiam, tiba-tiba ia merasa mual melihat dalam diam wanita itu menyelimuti Jeno dengan tatapan lembutnya. Ia segera mengambil langkah berbalik menuju lift. Saat ini ia merasa pusing yang sejak tadi ia tahan mulai terasa begitu menyakitkan.

Saat lift terbuka, Jaemin mencoba menormalkan ekspresinya dan menahan rasa sakitnya. Ia menuju resepsionis secepatnya.

"Apa aku bisa menitipkan ini untuk CEO Lee disini?" Ujar Jaemin sekuat tenaga mencoba tersenyum kepada resepsionis itu.

"Tentu saja, tidak mungkin menolak permintaan istri CEO." Jawab resepsionis itu dengan senang hati.

"Tapi kenapa anda tidak langsung memberikannya? Bukankah anda tadi sudah keruangannya?" Tanya resepsionis itu.

"Ah, dia sedang tertidur karena semalaman bekerja. Aku tidak ingin membangunkannya." Jawab Jaemin cepat dan asal.

"Haduh, seharusnya kamu tinggalkan saja di ruangannya, kenapa repot-repot menitipkannya disini. Dia pasti senang melihat titipan ini jika kau meninggalkan pesan bahwa ini darimu." Balas resepsionis itu dengan tersenyum.

"Ahh, sepertinya aku tidak memikirkan itu tadi. Kalau begitu aku titipkan disini ya, terima kasih." Jaemin tak ingin berlama-lama disini, ia merasa sesak, seakan-akan ia bisa saja ambruk kapan saja.

Jaemin mencoba memanggil taxi. Namun ia tak kunjung menemukannya, hingga seseorang memanggilnya.

"Jaemin-ah."

Jaemin menoleh lemah ke orang yang memanggilnya yang ternyata Renjun. Begitu Renjun mendekat, Jaemin mencengkeram lengannya dengan sekuat tenaga yang ia punya saat itu.

"Don't call Jeno." Ujar Jaemin lemah namun jelas, seketika sebelum ia ambruk di hadapan Renjun yang panic.

TO BE CONTINUED..

Jangan Lupa Like and Comment nya guys..

Hay hay.. Lama ya nunggunya?? Makanya banyakin feedback nya ya, like atau comment gitu, ohohoho.. 

Can You Handle Me S2 | Nomin ~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang