8 - I'll Wait For You At Home

12.8K 1.1K 126
                                    


Jaemin mencoba memanggil taxi. Namun ia tak kunjung menemukannya, hingga seseorang memanggilnya.

"Jaemin-ah."

Jaemin menoleh lemah ke orang yang memanggilnya yang ternyata Renjun. Begitu Renjun mendekat, Jaemin mencengkeram lengannya dengan sekuat tenaga yang ia punya saat itu.

"Don't call Jeno." Ujar Jaemin lemah namun jelas, seketika sebelum ia ambruk di hadapan Renjun yang panic.

***

Jaemin merasa matanya berkedut saat mencoba membuka matanya akibat cahaya yang begitu menyilaukan matanya. Ia melihat lampu di langit-langit ruangan itu begitu terang dan matanya beralih pada cairan IV yang tergantung diatasnya.

"Jaemin-ah, kau sudah bangun?" Suara Renjun tiba-tiba mengusiknya.

"Kau, benar-benar.. Apa kau tahu berapa lama kau tidak sadarkan diri? Jika kau masih belum bangun aku baru saja berencana akan memanggil Jeno." Lanjut Renjun mengoceh di hadapannya yang terlihat jelas ia sendiri benar-benar khawatir pada Jaemin.

"Gomawo, Renjun-ah. Kau tidak memanggil Jeno." Ujar Jaemin lemah sambil tersenyum tipis dengan bibirnya yang kering dan pucat itu.

Renjun terdiam mendengar itu, ia merasa ia belum puas untuk menceramahi temannya yang tiba-tiba pingsan dihadapannya namun memintanya untuk tidak mengabari suaminya. Akhirnya ia menghela nafas, tidak mungkin ia berdebat dengan orang sakit.

"Bagaimana perasaanmu? Apa kau masih pusing?" Suara Renjun akhirnya lebih tenang. Jaemin menjawab dengan anggukan pelan.

"Aku panggilkan dokter dulu." Ujar Renjun sebelum pergi memanggil dokter.

Jaemin ditanyai beberapa pertanyaan, dokter mengatakan bahwa ia mengalami maag akibat melewatkan jadwal makan sehingga memproduksi asam lambung tinggi. Tambahan lain dari dokter, adanya pemicu stress yang menyebabkan hal ini lebih parah dari biasanya. Namun tidak mematikan, ia hanya perlu memerhatikan pola makan dan mengurangi hal-hal yang bisa menyebabkan stress.

Selama dokter berbicara, Jaemin hanya mendengarkan tanpa memandang kearah dokter. Pikiran Jaemin melayang entah kemana. Ia kurang lebih menyadari penyebab keadaannya saat ini. Ia belum makan sejak kemarin karena Jeno membatalkan makan siang mereka dan saat malam ia juga langsung pergi tidur. Hari ini, ia sendiri kembali tidak sempat makan. Ditambah dengan apa yang baru saja ia lihat di kantor Jeno menyebabkan stressnya.

"Aku memang tidak memanggil Jeno, tapi aku memanggil kakakmu. Karena aku tidak tahu siapa lagi yang harus kuhubungi mengenai keadaanmu." Ujar Renjun begitu dokter pergi.

Jaemin menghela nafas mendengarnya, itu artinya ia akan menerima banyak ceramah atau setidaknya Taeyong akan mempertanyakan kehadiran Jeno.

"Kau bisa pulang begitu menyelesaikan cairan IV mu. Oh, dan... ponselmu berdering sejak tadi, Aku melihat nama Jeno beberapa kali karena aku menggunakan ponselmu untuk menelfon Taeyong hyung." Lanjut Renjun.

"Sepertinya aku sangat merepotkanmu kali ini. Apa kau tidak apa-apa disini? Apa kata Jeno jika kau meninggalkan pekerjaanmu?" Jaemin mencoba untuk duduk dan dibantu oleh Renjun.

"Aku sudah izin dengannya, dan lagi begitu kakakmu datang aku akan segera kembali ke kantor." Jawab Renjun dengan sumringah.

"Kau izin? Apa alasanmu izin? Dia membiarkanmu begitu saja." Jeno bukanlah seseorang yang bisa memberi izin segampang itu setahu Jaemin.

"Aku punya senjata rahasia, dan lagi kalau nanti masalahnya menjadi rumit, aku berencana untuk memberitahunya yang sebenarnya. Dengan begitu ia tidak punya asalan untuk menghukumku karena menjaga istrinya." Tukas Renjun bangga.

"Hmm, istri kah..." Jaemin menggumam.

"Kenapa memang?" Renjun merasa ada yang aneh diantara Jeno dan Jaemin karena Jaemin memintanya untuk tidak menghubungi Jeno sesaat sebelum ia pingsan. Namun ia tidak ingin ikut campur masalah orang lain jadi ia hanya menurutinya.

"Sekarang katakana padaku, kenapa kau melarangku untuk memanggil Jeno? Kalau dia tahu keadaanmu, aku percaya dia akan berlari secepat kilat kemari bahkan di tengah meeting." Renjun menatap Jaemin penuh selidik.

Jaemin menghindari tatapan Renjun, entah kenapa ia merasa matanya memanas dan tak sanggup menjawab pertanyaan itu.

"Jaemin-ah!!" Seru Taeyong dari jauh begitu ia melihat Jaemin.

"Kau tidak apa-apa? Apa yang terjadi padamu? Aku langsung panic begitu mendengar kau jatuh pingsan." Taeyong tanpa basa-basi menghampirinya dan mengecek seluruh bagian tubuh Jaemin penuh khawatir. Renjun langsung berdiri untuk memberi salam pada mereka.

"Tidak apa-apa, hyung. Maag-ku kambuh, itu saja." Jawab Jaemin dengan senyum palsunya.

"Kau benar-benar tidak apa-apa? Dimana anak bernama Jeno itu? Kenapa ia tidak bersamamu padahal kau sendiri jatuh pingsan hingga masuk rumah sakit seperti ini?" Kini giliran Jaehyun yang bertanya.

"Dia sedang sibuk, dari kemarin ia belum istirahat untuk mengurus kliennya. Jadi aku tidak memberitahunya agar ia tidak makin stress." Jawab Jaemin langsung.

"MWO??? Dia masih sibuk dengan pekerjaannya disaat seperti ini? Ini tidak bisa dibiarkan, aku akan menelfon anak itu sekarang juga. Bisa-bisanya dia tidak tahu keadaan istrinya.."

"Hentikan, hyung. Aku yang tidak memberitahunya. Lagian kondisiku juga tidak parah, aku yang akan memberitahunya nanti." Jaemin mencegah Taeyong untuk menghubungi Jeno.

"Ah, Renjun-ah. Karena kakakku sudah disini, kau bisa kembali ke kantor. Sekali lagi terima kasih sudah menolongku." Jaemin mengisyaratkan Renjun untuk segera pergi.

"Ah, O, Okeoke." Renjun dengan kikuk pun segera meninggalkan Jaemin setelah memberi salam singkat pada Taeyong dan Jaehyun.

"IV-ku akan segera habis, aku bisa segera pulang. Jadi berhentilah khawatir berlebihan seperti itu." Ujar Jaemin menenangkan kakaknya.

Untuk kesekian kalinya, ponsel Jaemin bergetar. Di depan kakaknya, akhirnya ia menghela nafas sebelum ia menerima panggilan dari Jeno.

"Jeno-ya, aku tunggu kau di rumah ya." Ujar Jaemin sebelum Jeno sempat mengatakan apa-apa dan langsung mengakhiri panggilan itu.

Jaemin kembali menghela nafas menatap kakaknya yang makin menatapnya curiga karena caranya menjawab panggilan Jeno. Ia memang tidak cocok untuk berpura-pura baik seperti itu.


TO BE CONTINUED....

Jangan Lupa Like and Commentnya ya..


Can You Handle Me S2 | Nomin ~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang