3 - Behind The Curtain

33.5K 2.6K 313
                                    

Jeno melepas ciumannya kemudian memasangkan cincin itu pada Jaemin.

"Cantik." Gumam Jaemin melihat cincin di jari manisnya.

"Kau lebih cantik, hanya aku yang tahu itu." Ujar Jeno.

***

**SIDE STORY**

Satu minggu sebelumnya

Jeno sedang berada di kantor ayahnya membahas tentang pengalihan jabatan yang akan dilaksanakan.

"Kuharap kau bisa menjalankan semua tugasmu sesuai ekspetasiku." Ujar Jhonny sambil duduk melipat kaki.

Jeno dengan senyum miring mengambil berkas yang diberikan ayahnya.

"Memangnya kau pikir siapa lawan bicaramu?" Ujar Jeno tak mau kalah.

"Apa ada hal lain yang ingin kau tanyakan?" Tanya Jhonny.

"Hm, kurang lebih aku sudah paham. Masalahnya..." Jeno ragu-ragu melanjutkan ucapannya.

"Masalahnya apa??" Tanya Jhonny lagi.

"Tidak ada, ah.. Apa kau keberatan jika Jaemin mendampingiku?" Ujar Jeno, mengganti pertanyaannya.

"Tidak masalah, saat kupercayakan perusahaan ini padamu, artinya kau bisa membuat keputusan tanpa pertimbanganku karena aku sudah mempercayaimu." Jawab Jhonny santai namun serius.

"Em.. Ayah.." Jeno ragu-ragu.

"Kenapa? Tidak biasanya kau ragu-ragu." Ujar Jhonny.

Jeno menghela nafas sejenak.

"Em..., Bagaimana cara ayah melamar ibu dulu?" Tanya Jeno pada akhirnya.

Mendengar itu langsung membuat Jhonny mematung. Jeno seakan dapat melihat kerutan di dahi Jhonny.

"Ada apa kau tiba-tiba menanyakan hal seperti itu? Kau akan melamar Jaemin?" Tanya Jhonny tak ingin menjawab pertanyaan Jeno.

"Iya, aku memang akan melakukannya setelah peresmian. Makanya aku bertanya, aku butuh saran." Jawab Jeno mendesak ayahnya.

Jeno dapat melihat bahwa Jhonny enggan untuk menjawabnya.

"Tentang itu, sebaiknya kau bertanya dengan ibumu." Jawab Jhonny akhirnya.

"He? Kenapa malah ibu? Apa terlalu menjijikkan hingga kau tidak ingin menceritakannya?" Desak Jeno, jika ia menemui ibunya ceritanya bisa sampai besok.

"Bukan bukan..." Jhonny menghela nafas.
".... Karena ayah keduluan, ibumu yang melamar ayah." Jawab Jhonny sambil menutup wajahnya.

Satu detik..
Dua detik..
Tiga detik..
Otak Jeno akhirnya bisa memproses apa yang baru saja ia dengar.

"Buahahahahahahahahahaha... Ayah dilamar ibu? Dan kau menjadi top? Dengan wajah seperti ini kukira kau dominan, atau ternyata selama ini aku salah kalau ibu ternyata top nya?" Ujar Jeno, sambil tertawa keras.

Detik berikutnya Jeno merasakan seseorang menjitak kepalanya.

"Aku hanya kalah duluan melamar, anak sialan. Tetap saja, aku yang masukin. Sudah sana temui ibumu, apa kau tak kasihan melihat Jaemin kelamaan menunggumu?" Balas Jhonny.

"Cih, setidaknya aku yang melamarnya, tidak seperti ayah..Ahahaha." Ujar Jeno sebelum kabur keluar dari kantor ayahnya.

***

Beberapa menit sebelum Jeno melamar Jaemin. Ia memang berterima kasih pada saran ibunya tapi tetap saja hal seperti ini menguras mentalnya untuk menyiapkan diri.

Jeno memang berbicara halus pada Jaemin, sedangkan di bawah meja kakinya tak berhenti bergerak karena gelisah jika rencananya akan berhasil atau tidak.

Saat Jeno berlutut di hadapan Jaemin, ia bahkan berusaha keras agar tangannya tak terlihat gemetar.

Begitu Jaemin menerima lamarannya, akhirnya ia bisa bernafas lega. Sungguh, tak ada ujian lebih menegangkan dibanding lamaran bagi Jeno.

Di sisi lain, Jhonny dan Ten sedang menyaksikan semuanya. Ten sengaja menyewa beberapa kameramen untuk mengabadikan moment berharga anaknya itu.

"Lihatlah, tangannya bahkan gemetar untuk sekedar memegang sekotak cincin." Komentar Jhonny.

"Setidaknya rekaman ini bisa kugunakan untuk menggodanya. Anak itu, hanya menemuiku saat ia butuh saja. Lihat saja nanti." Ujar Ten dengan ekspresi yang mengatakan ia sedang memikirkan rencana luar biasa untuk menggoda Jeno.

TO BE CONTINUED..

Jangan Lupa Vote and Comment ya..

Makasih para readers.. CYHM S1 tembus 100k pembaca weeeeeeh

Can You Handle Me S2 | Nomin ~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang