"Anna please calm down! If you panic, it will suck you more." Kucoba memegang kedua pundaknya dan menenangkannya. Tapi ia tetap bergerak-gerak panik tak mendengarkanku. Perbuatannya itu justru membuat ia semakin tenggelam ke bawah dan setengah tubuhnya sudah terendam ke dalam danau.
"Guys, listen! the human body has a density of 1g/cm3 and can float on water. Quicksand is denser than water, it has a density of about 2 g/cm3, which means we can float on quicksand more easily than in the water. The key is not to panic. Most people who drown in quicksand or fluid in this case usually because of panic and started banging their arms and legs to the surface of the sand," ujar Ramon sambil menatap mata kami satu persatu. Penjelasan Ramon tampaknya membuat Anna berhenti dari perbuatannya.
"Thanks teacher, so, Sir, what we must do to get out from it?" balas Dave membuatku sebal.
"Just moving slowly." Kemudian Ramon mencoba menggerakkan kaki kirinya kedepan perlahan-lahan, kemudian disusul dengan kaki kanannya. Dengan mengejutkan, gerakan lambat tersebut malah membuat Ramon bisa bergerak lebih leluasa dan perlahan-lahan keluar dari pasir penghisap. Aku dan yang lainnya mencoba mengikuti Ramon. Kugenggam tangan Anna untuk membantunya. Awalnya kami berdua bergerak dengan sulit karena gerakkanku masih terlalu cepat. Tapi perlahan kami membuat gerakan yang lebih dinamis. Ramon sudah berada di luar danau, kemudian dia mengambil kayu yang cukup panjang dan menjulurkannya padaku dan Anna. Anna meraih kayu itu, disusul aku dan Devon serta Dave dibelakang kami. Dengan kekuatan semampunya, Ramon mencoba menarik kami keluar, tapi pergerakkan kami hanya sedikit.
"Move your legs again slowly when i pull you off, not just standing around," pintanya. Kami mengikuti apa yang dia mau. Ketika Ramon menarik kami lagi, kami mencoba menggerakkan kaki kami lagi untuk bekerja sama. Dengan beberapa tarikan dari Ramon dan gerakan dari kaki kami, akhirnya kami bisa keluar dari pasir penghisap. Kami terduduk di pinggir danau sambil terengah-engah untuk mengumpulkan tenaga kami yang telah terkuras.
"It was a cool experience," komentar Anna.
"Said by the most panic girl," ledek Dave sambil menoleh ke Anna sekilas. Anna memilih diam tidak membalas ucapan Dave dan itu membuat Dave sedikit kesal. Ku arahkan pandanganku ke arah lain, antara kami dan bukit Meredith hanya dipisahkan oleh sebuah jurang. Kuputuskan untuk berdiri dan berjalan lebih dekat ke arah jurang tersebut. Jurang ini tidak begitu tinggi memang, hanya tinggi beberapa kaki, jika kau jatuh ke dalamnya paling kau hanya akan terluka, tidak akan sampai mati, jika yang jatuh bukan kepala duluan, tapi penghubung antara tempatku dan di seberang sana tidak ada. Tidak ada jembatan sama sekali.
"Oh cool," komentar Anna yang sudah ada dibelakangku. Ternyata Ramon, Devon dan Dave juga sudah berdiri di sampingku sambil mencoba menerawang mencari jalan untuk melewati jurang ini.
"There is no bridge even rope, do we really should to through this gap?" tanya Ramon tidak percaya. Tapi sejauh mata memandang, tidak ada jalan kecil atau apapun selain melewati jurang ini untuk ke bukit Meredith. Tidak ada.
"We have no choice," balas Dave. Devon mencoba mencari-cari sesuatu ke tanah, mungkin ia mencoba mencari bantuan rahasia yang mereka tanam seperti yang kita dapat di danau walau kurasa pelampung tadi tidak begitu berguna. Aku memutuskan untuk membantu Devon dengan mencoba mencari-cari di atas pohon, mungkin saja mereka menyembunyikannya di atas pohon. Ku berjalan perlahan-lahan dari satu pohon ke pohon lainnya dan itu membuat Dave kebingungan begitu pula yang lainnya.
"What are you doing? You're wasting our time," kata Dave dibelakangku.
"I'm trying to find secret helper stuff like we found on the lake."
KAMU SEDANG MEMBACA
The World War 3 [EDITING]
AdventureBagaimana jadinya jika sekelompok remaja dipaksa untuk menjadi tentara dalam mewakili sebuah negara di perang dunia ke tiga? Begitulah hidup yang dialami Megan Montgomery yang memiliki nama asli Aleksandra Leonadovna Dementieva, gadis blasteran Indo...