The Training [5]

622 31 21
                                    

Aku terdiam. Aku membeku. Rasanya darah di dalam tubuhku berhenti mengalir. Kalimat itu terdengar misterius dan mengerikan sekaligus di telingaku. Tanpa berusaha untuk memalingkan tatapanku dari mata Jenderal Jacob, aku bertanya-tanya dalam hati. Apa maksudnya? Apakah ini ancaman? Atau bahkan ini adalah sebuah nasehat?

"Stop being awkward, please, grab your gun and shoot!" perintahnya.

Jenderal Jacob menoleh ke arah Devon dan Dave.

"Hey, you, guys, please stay away from there because this girl is going to shoot there." Keduanya menoleh sekilas padaku dan menyimpan kembali senjatanya kemudian berjalan menjauh dari area itu.

"C'mon! " ajak Jenderal Jacob. Dengan perlahan, aku berjalan mendekati area tembak menembak dan mengambil salah satu senjata tanpa tali. Dapat kupastikan senjata ini adalah senjata serbu bertipe SA80. Aku belum pernah memegangnya tapi aku mengetahuinya dari belajar selama seminggu lebih ini. Kuangkat senjata itu setinggi bahu kananku. Tidak terlalu berat, tapi juga tidak terlalu ringan.

Trust no one, even me, and yourself.

Kalimat itu terngiang di kepalaku berkali-berkali. Saking mengganggunya, aku sampai tidak fokus menembaki objek boneka setengah badan di hadapanku. Bagaimana mau fokus ketika boneka itu bergerak-gerak ditambah oleh pikiranku yang tidak bisa fokus? Ku turunkan senjata serbu di tanganku dan kuperhatikan sekeliling. Mataku langsung membelalak mendapati Jenderal Jacob menghampiriku. Langsung kugenggam erat kembali senjataku dan mulai menembaki objek dengan terburu-buru. Alhasil, tembakanku semuanya meleset dengan sempurna.

"Are you out of your mind?" tanya Jenderal Jacob dengan nada yang tinggi. Di telingaku itu bukan terdengar sebagai pertanyaan tapi seperti hinaan untuk kebodohanku. Aku tidak menanggapinya. Aku kembali menembaki objek boneka setengah badan yang bergerak-gerak semakin tidak karuan di hadapanku dengan Jenderal Jacob di sebelahku. Sedikit gugup karena ketakutan, tapi aku tidak peduli. Ku tembak sekali, kena, tapi di dahi kiri dan itu hampir meleset. Kutembak lagi, meleset.

"Stop! You're just wasting the bullets!" Jenderal Jacob membentak tepat di telinga kiriku. Dengan emosi yang memuncak, langsung ku tatap matanya.

"Can you just shut up? I'm trying to concentrate!" Sangat berani, ya, aku baru saja membentak balik Jenderal Jacob, dapat kupastikan tanpa menoleh pun aku tahu bahwa teman-teman satu timku melihatku dari kejauhan dengan tatapan tidak percaya. Suaraku tadi terdengar sangat besar hingga memenuhi seluruh penjuru ruangan ini.

"You will not do," ledeknya.

Aku tarik nafas dan mengeluarkannya, kemudian mencoba menenangkan diriku. Ku arahkan kembali senjataku ke arah boneka tersebut. Kusipitkan salah satu mataku, dengan keyakinan yang lebih baik dari sebelumnya, lalu kutembak ke arah boneka itu.

Dor.

Tepat mengenai paru-paru kanannya. Aku bisa membayangkan jika hal itu terjadi di dunia nyata, orang yang kutembaki tepat di paru-paru kanannya akan langsung kehabisan udara bahkan sebelum ia mengeluarkan karbon dioksida kembali dengan lubang hidungnya. Mati saat itu juga dengan rongga udara yang sudah tidak memenuhi tempatnya lagi adalah takdir yang pasti yang akan dialaminya. Tragis? Memang.

"I just did." Aku menarik senyum di sudut bibir kananku dan kuarahkan pada Jenderal Jacob. Ia pun bertepuk tangan dan membalas senyumanku.

"Yeah, such a lucky impressive moment. It is very appreciated, sassy girl."

Sassy girl. Ya, panggilan itu mungkin akan menjadi panggilan khusus darinya untukku sejak saat ini. Terserahlah. Aku memang sassy. Tapi bagaimana perasaanmu mendapat panggilan khusus dari orang yang kau benci dan ternyata kalian benci satu sama lain? Mungkin kau akan semakin membencinya. Kalau aku, tidak. Aku malah senang. Kenapa? Karena justru dia akan semakin mengingatku dan bukankah mengingat seseorang yang kau benci adalah sebuah penyiksaan? Ya, itulah.

The World War 3 [EDITING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang