Aku berjalan beriringan ke kantin dengan Annabelle sambil mengusap-ngusap kedua bahuku, dingin. Entah kenapa hari ini hawanya terasa sangat dingin dan berbeda dari biasanya. Mungkin karena masih terlalu pagi, entahlah. Baju tentara tebal yang kukenakan bahkan tidak bisa membuatku merasa hangat. Ingin rasanya aku kembali menyelimutkan tubuhku ke kasur dan tidur kembali. Tapi itu tidak mungkin, mengingat hari ini kami akan segera keluar dari markas rahasia ini. Setelah sarapan, kami akan pergi ke kota dan latihan di sana beberapa hari seperti yang Kolonel Mory katakan. Aku tidak sabar. Lebih tepatnya, aku tidak sabar untuk melihat pemandangan negara Rusia lebih banyak lagi. Hidup lama-lama di bawah tanah bisa membuatku beraroma tanah, kurasa, dan aku benci bau itu.
"Kholodno?" tanya Annabelle sambil melirikku.
Aku balas meliriknya sambil menautkan kedua alisku, bingung. "Apa itu kholodno?"
"Dingin? Kau kedinginan?"
Aku mengangguk cepat.
"Kau yakin kau sudah bawa jaket di ranselmu?" tanyanya lagi.
"Jaket?"
"Iya, jaket. Jaket tentara. Jangan kau fikir kau bisa membawa jaket mainmu yang warnanya bisa mencolok mata itu. Kau akan terlihat konyol. Tentara mana yang akan menyelimuti baju tentaranya dengan jaket warna merah muda?" ledeknya.
Tapi aku tidak menggubris. Jangankan jaket tentara, aku bahkan tidak membawa jaketku sendiri. Aku menghentikan langkahku.
"Di mana kau dapat jaket tentaramu? Ayolah beritahu, kalau tidak aku bisa mati kedinginan!"
Suara cekikikan keluar dari mulut Annabelle. Kemudian dia menepuk bahu kiriku pelan. "Tenanglah, kita akan mendapatkannya ketika kita akan naik mobil tentara kita. Aku juga belum mendapatkannya."
"Syukurlah! Kau membuatku sangat panik, Anna. Aku tidak bisa membayangkan aku akan mati karena kedinginan."
Annabelle tersenyum jahil. Aku memutar bola mataku karenanya. Kemudian jeda terjadi di antara kami. Aku mengedarkan pandanganku dan tak lama kemudian aku menguap. Udara dingin pagi ini memang membuatku mengantuk. Tapi memang semalaman aku tidak bisa tidur nyenyak. Tengah malam ketika aku tidur, aku seperti mendengar suara ayah memanggil-manggil namaku. Karena suara itu aku jadi sulit tidur lagi. Perasaanku tidak enak. Antara khawatir dan rindu padanya. Ah, memikirkannya aku jadi benar-benar merindukan ayah. Mungkin pergi ke kantornya bisa meredakan kerinduanku walau hanya sebentar. Kalaupun aku tidak diperbolehkan masuk, tidak apa-apa. Setidaknya dengan melihat kantornya perasaanku bisa "terbohongi" dengan merasa bahwa ayah sedang berada di kantor saat ini. Sebelum aku sempat berfikir lebih jauh, Annabelle mengagetkanku dari lamunanku ketika ia menarik tangan kiriku dan berkata, "Ayo kita bergegas ke kantin! Perutku sudah sangat lapar. Dari kejauhan aku sudah mencium bau Sup Ukha."
"Anna, kau membuatku kaget!" seruku padanya.
"Maaf, Megan. Aku tidak bisa santai kalau berhubungan dengan makanan, apalagi ada Sup Ukha, yaitu sup ikan kebanggaan orang Rusia. Ayo jangan buang-buang waktu!"
Annabelle menarik tanganku, lagi. Aku melepaskan pegangannya dari tanganku dan menatapnya. Ia menatapku balik meminta jawaban atas tindakanku. "Anna, kau duluan saja. Aku mau ke kamar dulu, ada barang yang tertinggal," ujarku, bohong.
Ia terdiam sebentar, kemudian ia berkata, "Baiklah. Kuncinya ada di kau kan?" tanyanya.
Aku mengangguk. Akhirnya, lambaian tangan di antara kami menjadi simbol perpisahan di antara kami berdua. Aku lega karena Anna percaya begitu saja dengan ucapanku. Kemudian tanpa membuang-buang waktu, aku pun bergegas pergi ke kantor ayahku. Kantor ayahku memang sedikit jauh dari lift jadi aku harus berjalan melewati tembok beberapa kali hingga sampai ke kantornya. Ketika aku sampai di depan pintu kantor ayah, ada sesuatu yang asing tampak di depan kantor ayahku. Kedua penjaga khusus yang biasanya ada di depan kantor tidak ada lagi. Kuarahkan pandanganku ke atas. Kamera kecil cctv yang biasanya menyala pun terlihat mati tapi anehnya walaupun mati, kondisinya terlihat masih bagus tanpa ada rusak sedikitpun. Ada yang tak beres. Seketika jantungku berdegup kencang. Aku takut, tapi aku penasaran. Aku menimang-nimang apakah aku harus pergi saja atau masuk ke dalam? Tapi perasaanku mengatakan kalau aku harus masuk ke dalam. Ini kantor ayahku dan aku harus ikut menjaganya. Aku menarik nafasku untuk mengumpulkan keberanianku, kemudian kuputar perlahan gagang pintu. Betapa kaget diriku ketika sesosok tubuh mengenakan hoodie hitam sedang berdiri mencari-cari sesuatu di laci meja ayahku sambil menunduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
The World War 3 [EDITING]
AbenteuerBagaimana jadinya jika sekelompok remaja dipaksa untuk menjadi tentara dalam mewakili sebuah negara di perang dunia ke tiga? Begitulah hidup yang dialami Megan Montgomery yang memiliki nama asli Aleksandra Leonadovna Dementieva, gadis blasteran Indo...