Tiga Srikandi - Bab 2

13 1 0
                                    

Riuh rendah tawa obrolan menikmati suguhan masing-masing stand kuliner bermacam rasa, bangunan berwarna putih dua lantai nuansa coffee shop kekinian. Duo sahabat unik memilih kursi luar tepat dibawah rindang pohon trambesi, lokasi favorit David.
Sambil menunggu soto babat dan ramen pesanan mereka.

David mengedarkan maniknya, mendapati sekumpulan muda-mudi di area payung besar seberang mereka, bergaya borjuis dengan ponsel high end ditangan bersihnya, terlihat salah satu cowok centil diantara mereka berbisik lalu tertawa bersama gadis berponi dengan pipi chubby yang terlihat menggemaskan. Don David sadar pesona, merasakan gadis itu sudah beberapa kali curi pandang ke arahnya.

"Yon, cewek itu cantik ga menurut lu?"

David menggedik pada cowok yang sedang cuek main game snake di layar retaknya, setidaknya di bawah meja ini ia menemukan lubang harapan untuk mengisi daya 'zingu'.

"Iya iya, pasti cantik, tunjukkan tutorialmu nak ... sebelum kartumu terbuka" Leon masih tetap fokus meliukkan kepala ular yang sudah cukup panjang.

"Lu liat dulu coba, ini unyu banget wook," greget David merebut 'zingu' dari tangan yang jempolnya menari sedari tadi.

"Woi koplak ... awas pantatnya dikit lagi kecium nyet"

Suara spontan Leon terdengar lantang, banyak kepala yang sedang menikmati makanan melihat kedua pasang sahabat beda rejeki ini. Beberapa yang sudah hapal kembali makan dan bercengkrama dengan kumpulannya, lelaki cool kumpulan borjuis melepaskan garpu menciptakan suara denting ketidaknyamanan.

"Lu biasa aja ga usah pake toa kuraap, inceran gue ilfill nanti...ah," sembari mengembalikan 'zingu' pada majikannya.

****

"Permisi kak, maaf ganggu, kami dari Mapala, mau minta sumbangan untuk korban banjir Cipinang." ucap wanita tinggi yang tiba-tiba muncul membawa kardus kecil, ditemani wanita imut dengan senyuman manisnya membawa map, keduanya memakai baju hitam dengan sablon 'MapalaCare' yang terlihat masih baru.

"Oh iya, banjirnya lumayan parah ya, tingginya sampai genteng kan? ... Sebentar ya," tanya David pada si imut yang hanya mengangguk senyum, bukan pada wanita pemeluk kardus yang menyapanya.

"Emang lu tau Vid?"

"Liat berita bung, jangan maen uler mulu ... betulkan cantik?"

David memberikan selembar kertas merah bergambar presiden pertama pada si imut yang sedikit membungkuk berterima kasih, pemegang kardus yang diacuhkan langsung menjemput bola agar tepat sasaran.

"Pilih-pilih berita bung, kalo gentengnya belom dipasang, kan ga tinggi tu aer"

Jawab Leon asal, sambil memberikan lembar sepuluh ribu lecek yang harusnya untuk membayar hutang di mbok Tinah. Kedua wanita tertawa kecil.

"Makasih ya kak," ujar pemegang kardus.

"Oiya, kak Leon dicariin kak Roni tadi." Si imut bersuara kali ini.

"Oh i ... iya, nanti insya Allah saya ke genteng ... eh ke sana maksudnya," jawab Leon gugup karena bertatapan dengan si imut yang tanpa aba-aba mendekat. Don David pun berdehem.

"Lama amat ya pesenan gue?." Bram memilih pergi daripada berlama-lama merasakan karma instan.

"Kenapa jarang maen ke markas lagi ka?, Dua bulan lagi kak Roni mau rencanain upacara tujuh belasan di Mahameru, kayanya nyari ka Leon mau minta bantuan deh, kaka mau ikutkan?"

Seakan tak peduli pada lawan bicara dihadapannya yang hanya tersenyum kecil dan mengangguk sesekali.
"Duh, siapa namanya ya?," pikir Leon yang merasa canggung dengan obrolan akrab dari lawan jenis tanpa tahu nama.

PEKAT, LEON - SINGA KELANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang