Sudah tujuh tahun putri bungsu pasangan Felix Baderan dan Alishba Memet menetap di Jakarta, tapi bisa dihitung jari untuk keluar rumah yang sudah seperti istana, segala kebutuhannya dicukupi, dari olahraga renang, berkuda, golf hingga gokart sudah ada dirumahnya.
Sesekali saudara ayahnya dari Manado datang berkunjung, mereka terkadang takut bermain dengannya, kejadian masa kecil yang membuat gadis cantik ini dibatasi pergaulannya, keluarga besar hanya bisa memendam erat rahasia ini, bahkan jangan sampai sang gadis mengingatnya.
Kadang segala kemegahan fasilitas yang ia miliki terasa hampa, ada sisi lainnya yang belum diketahui siapapun, bahkan dirinya sendiri masih mempelajari sisi itu, apakah ini baik atau buruk baginya atau orang lain.
****
"Are you ready to go Princess?." Suara berat Gilbert, paman sekaligus orang kepercayaan keluarga Baderan menyambut dengan khas pelayan hotel mewah pada gadis yang sangat berseri-seri hari ini.
"Hmmpp, there's no Princess here, I still the Queen, today is Queeny day"
Dengan tangan terkepal meninju langit layaknya kapten kapal, tak ada yang bisa mencegahnya kali ini.
"Inget ya om, hari ini ga ada harus ini harus itu, kata Papah, kata Mamah, yang ada hanya kata aku ya ... aku udah dewasa loh om!"
Peringatan sudah di tancapkan, seperti lepas dari sarang mewah, meluapkan hari melepas aturan yang mengikat sebelumnya.
"Siap Miss, asal tidak aneh-aneh kabur, nanti om lagi yang repot"
Gilbert mengingat betapa paniknya dua tahun lalu, saat mengantar Queen mencari squishy jumbo berbentuk pikachu di salah satu mall besar di bilangan selatan Jakarta, tak jauh dari rumahnya.
Queen sempat tiba-tiba hilang saat Gilbert harus meninggalkannya pergi ke toilet, Gilbert sangat panik mencari, meminta bagian informasi tak bisa dilakukan karena jika ada yang mengetahui identitas asli anak pengusaha ternama menghilang, sama saja mengundang niat buruk penjahat.
Setelah satu jam mencari, Queen tiba-tiba muncul dengan nafas menderu, kedua tangannya berada dibelakang tubuhnya mencoba menutupi sesuatu, tak lama terlihat bocah kecil yang menangis didampingi ibunya yang terlihat marah-marah.
Ternyata Queen menyukai mainan remote control dengan bentuk mobil mini Cooper berwarna biru, ia mengikuti dan mengambil saja tanpa peduli anak kecil yang teriak menangis, dikejar dua petugas keamanan mall yang terlihat kewalahan.
Alhasil Gilbert harus menjelaskan layaknya diplomat ulung, merayu membeli beberapa mainan baru yang lebih mahal untuk menenangkan si bocah yang tak henti menangis, untung saja sang ibu dan manajemen mall mau mengerti, dibanding harus melihat Queen mengamuk berhari-hari direbut mainan barunya, akan lebih repot pikirnya.
****
"Queen ... ini ada hadiah dari Papah dan Mamahmu, gunakan sebijak mungkin ya". Sebuah tas kecil pink Gucci, berisi dompet merah merk sama, terlihat beberapa lembar uang tunai dan kartu kredit platinum bertuliskan Alishba Memet.
"Loh, koq kartu Mamah, kartu aku mana?"
"Kamu kan belum punya ID card, sementara pakai itu dulu ya...ayo kita berangkat ... bang Ricky sama bang Nathan juga ikut di mobil belakang ya, jadi kalau kamu belanja banyak sudah siap tampung." Alih-alih merajuk gadis kritis yang tidak betah dengan kalimat pengawalan.
Veyron merah yang biasa terkurung di garasi akhirnya bisa melepaskan kerinduannya menyapa aspal Jakarta, didampingi mobil 'SUV' hitam yang sudah siap menemani.
Dengan wajah sedikit ragu, gadis dengan tinggi 178cm mengangguk, pandangan acuh melihat sekilas Ricky yang sudah berada pada kursi kemudi mobil dibelakangnya, dia tak pernah suka rambut klimis ala Superman milik Ricky, anak buah om Gilbert.
KAMU SEDANG MEMBACA
PEKAT, LEON - SINGA KELANA
AléatoirePerjalanan hidup, perjuangan mencari kebenaran dan keberadaan sang Ayah, sendiri melawan kerasnya ibukota demi merajut mimpi membawa petuah ibunda, liku pergolakan hati. Leon sang singa kelana, pemuda gagah bergaya unik dari keluarga sederhana asal...