Yeji bukanlah gadis yang gemar mencampuri urusan kakak-kakaknya.
Si bungsu dari keturunan Hwang tersebut tidak pernah ambil pusing kak Hyunjin-nya tidur dimana, atau menghabiskan malam di ranjang siapa. Tidak juga peduli jika kak Hyeonjin dianggap menganut aliran sesat, karena tidak pernah terlihat berinteraksi dengan manusia lain kecuali keluarganya sendiri. Bagi Yeji, bullshit semacam itu tidaklah penting. Ia hanya percaya bahwa Hyunjin tidak akan membiarkan dirinya sendiri terkena penyakit kelamin, dan kak Hyeonjin bisa berubah saat ia dewasa nanti.
Namun sepertinya Yeji agak sukar untuk bersikap acuh tak acuh jika itu menyangkut kak Haejun.
Anggap saja Yeji memiliki brother complex yang cukup akut. Yeji sangat protektif, dan ia terlalu menyayangi kakak kembar terakhirnya. Bukan hanya karena Haejun naif dan sangat mudah di manipulasi, namun juga karena Yeji takut suatu saat kakaknya akan terbunuh akibat kepolosannya sendiri. Haejun terlalu lugu. Sungguh disayangkan melihat anak sebaik itu hanya berakhir menjadi jembatan sia-sia oleh para gadis disekolah, agar mereka bisa berdekatan dengan kakak Hyunjin-nya saja.
"Yang... Jeong... in..." Gadis Hwang bergumam sendiri mengetikan nama tak asing tersebut di kolom pencarian sosial medianya, penasaran sendiri soal bocah yang baru yang mampu menarik hati kedua kakaknya itu.
"Oh, dia dari Busan..."
Yeji terus menggulir laman instagram Jeongin dengan telaten. Membuka satu persatu postingan pemuda tersebut untuk menerka seperti apa kepribadiannya. Tapi tidak ada postingan yang terlihat aneh... Yeji tidak bisa menemukan satu red flag dari seluruh foto-foto gemas yang Jeongin bagikan.
Bocah ini nampak seperti anak baik pada umumnya. Semua postingannya hanya berisi selfie yang nampak ceria, beberapa gambar tumbuhan, dan juga postingan soal makanan. Semuanya nampak nyata dan tidak di buat-buat, persis seperti Yang Jeongin yang ia temui tadi.
Lalu dimana bagian spesialnya?
"Apa kau mau mendengar gossip?!"
Yang ditanya terjungkat kaget, reflek mematikan power ponselnya setelah melihat wajah bodoh Hyunjin nongol tiba-tiba dari balik pintu.
"Apa kau tidak punya sopan santun? Pintu kamarku bermaksud di tutup karena sesuatu, kak! Setidaknya ketok dulu sebelum masuk!" Cecar Yeji kesal, namun yang di marahi malah berpura-pura tuli dan tetap meloncat naik ke kasur adiknya. Ekspresi wajah si tampan itu terlihat serius,
"Ku rasa Haejun sedang jatuh cinta."
Yeji mengerinyit sebentar sebelum membuang muka.
"Aku serius! Aku mendengarnya bertukar obrolan lewat telphon dengan seseorang tadi!"
"Bertelphonan dengan seseorang, artinya kakak sedang jatuh cinta? Logika macam apa itu?"
Hyunjin mengerang dramatis, "Kapan terakhir kali kau menelphon si gagap itu dan tidak di reject? Hah? Kau tau sendiri dia selalu anxious tiap kali mendengar telphon berdering!"
Yeji bergeming mendengar informasi barusan. Benar juga... Haejun selalu menolak panggilan siapapun setelah kelewat trauma karena polisi mengabarkan kematian ayah mereka lewat telphon beberapa tahun yang lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
As He Pleases
FanfictionJeongin tidak pernah sadar betapa besar pengaruhnya bagi hidup seseorang. Dihadapkan dengan romansa yang rumit, Jeongin dipaksa harus "bertanggung jawab" atas perasaan yang dibuat beberapa orang untuknya. A hyunjeongs fanfiction.