Kalau hanya jalan, Jeongin seharusnya tidak perlu sampai gelagapan. Aturannya sederhana, pakai pakaian terbaikmu, atur pertanyaan apa saja yang akan kau ucapkan agar suasana tidak canggung, makan pelan-pelan— jangan sampai belepotan!— lalu beri sebuah pelukan saat kembali di antar pulang.
Jeongin sudah sering melakukannya, kok! Dia jalan bareng Jisung hampir setiap saat. Apa bedanya jika dia bersama Kak Hyunjin kali ini? Lagipula kak Hyunjin sangat baik... dia tidak mungkin menghakimi selera berpakaian Jeongin, apalagi sampai menghina karna ini adalah kencan pertama dalam hidupnya,
Iya, kan?
Oh, dan ngomong-ngomong... Dia akan berkencan.
Jeongin merasa ingin pingsan tiap kali kalimat itu terlintas di kepalanya.
"Aaaaaa... aku hampir gila!" Bocah itu menampar pipinya keras-keras, kemudian mengaduh kesakitan atas ulahnya sendiri, "Aku harus bagaimana? Aku tidak tahu harus bagaimana!!!"
"Sweetie?"
Pintu kamar Jeongin didorong masuk bersamaan dengan sosok sang ibu yang perlahan muncul dari balik sana.
"Kencanmu sudah datang," Bisik wanita itu kegirangan. Dari jarak sejauh itu, Jeongin dapat menangkap raut gembira di wajah cantik ibunya, "Dia tampan sekaliii! Ibu sudah menyuruhnya masuk, dia menunggumu di bawah."
Segera saja rasa ingin pingsan tadi menukik naik dengan tajam, "Oh tidak... kak Hyunjin sudah datang, dan aku bahkan belum tahu harus pakai baju apa, bu..."
"Astaga... Baju apa saja tidak masalah!"
Ibunya Jeongin melangkah masuk, kemudian memungut sehelai pakian dan mencocokan kaos polo berwarna biru cerah itu ketubuh anaknya, "Toh nanti pada akhirnya kau juga akan melepas baju-baju ini."
Jeongin mengerinyit, "Melepas? Kenapa aku harus melepasnya?"
"Baby!" Nyonya Yang terkisap dengan mata mendelik dramatis, "Kau tidak tahu? Nanti dipenghujung hari, kau akan membuka kakimu lebar-lebar untuk si tampan itu! Baju ini tidak akan ada gunanya kalau dia sudah terpesona dengan isi celanamu!"
"Uh... kami tidak sejauh itu, bu..."
"Putraku, dengankan ibumu! Jika nanti kalian sudah berbagi ranjang, jerat dia sampai dia tidak bisa meninggalkanmu! Pokoknya buat dia merasa sangat bersalah karena telah mengambil sesuatu yang paling berharga dari dirimu, nak Keperawananmu!"
"A-aku... tidak yakin, bu... aku masih di bawah umur."
"Bullshit!" Wanita tersebut memukul kepala Jeongin keras-keras sampai tubuh mungilnya limbung dan terjatuh di atas ranjang. Walau mentalnya tidak terlalu stabil, Nyonya Yang tetap pintar memilih pada spot mana saja dia bisa memukul anaknya agar tidak menimbulkan luka yang kentara.
Mata Yang Jeongin mulai berair, "Ibu..."
"Kemarilah." Ujarnya kemudian. Menarik lengan Jeongin dan memeluk bocah itu seakan ia menyesali perbuatannya, "Kau harus menurut pada ibumu, apa kau mengerti? Kalau tidak seperti ini, nasibmu akan sama saja sepertiku. Kau akan ditinggalkan. Apa kau menginginkan itu? Hm? Kau tidak mau Hyunjin-mu kabur, kan?"
Jeongin tidak dapat melakukan apapun selain mengangguk. Karena dalam akalnya yang masih lugu, seluruh ucapan manipulatif dari ibunya adalah perkataan yang sebenar-benarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
As He Pleases
FanfictionJeongin tidak pernah sadar betapa besar pengaruhnya bagi hidup seseorang. Dihadapkan dengan romansa yang rumit, Jeongin dipaksa harus "bertanggung jawab" atas perasaan yang dibuat beberapa orang untuknya. A hyunjeongs fanfiction.