ONE; Open up, it's okay to make some friends

1.6K 287 117
                                    

"Aku peringatkan sekali lagi kepadamu, Hwang Hyunjin. Jangan berucap apapun pada anak baru ini. Reputasi sekolah kita adalah yang terpenting, aku tidak mau murid baru berpikiran buruk soal sekolah kita hanya karena sampah yang keluar dari mulutmu. Kau mengerti?"

Hyunjin hanya tertawa melecehkan sebagai jawaban atas cerocos presiden sekolah berusan.

"Aku serius, Hwang. Kau tahu betul bahwa aku bisa dengan mudah memberatkan hukumanmu kali ini. Jadi jangan main-main! Kau dilarang berinteraksi dengannya. Jangan membuka mulut. Jangan berkedip. You know what,  jangan bernafas kalau perlu."

Ini baru hari pertama mereka setelah kenaikan kelas, dan Minho sudah dibuat begitu naik darah. Bisa-bisanya bedebah Hwang satu ini merokok di kamar mandi kala upacara pembukaan tahun sedang berlangsung. Beruntung berkat tim kedisiplinan yang solid, Minho dapat memergoki pemuda bebal tersebut dengan mudah, dan meringkusnya agar segera mendapat detention.

Pemuda Hwang tersenyum miring, "Lalu apa yang harus ku lakukan, presiden yang terhormat? Pura-pura mati?"

Minho melempar tatapan nyalang ke arah yang bersangkutan, "Aku serius. Pastikan tidak ada satu katapun keluar dari mulutmu. Jangan main-main denganku."

Hyunjin mengangkat tangan seolah-olah menyerah, walau senyum menyebalkan dari wajahnya masih disana,  "Oke... oke... aku menurut. Aku anak baik."

Dua murid tersebut terus berjalan menyongsong lorong sekolah yang panjang dengan satu tujuan, yaitu ruangan kepala sekolah yang letaknya terpisah dari gedung belajar mengajar. Sebab setelah menyeret Hyunjin untuk mendapat hukumannya, Minho memiliki tugas lain yakni membawa seorang murid baru berkeliling dan mengantarnya masuk kedalam kelas. Dalam perjalanan mereka, ia harus is rela menahan jijik sekaligus geram tiap kali Hyunjin flirting dengan semua siswi yang mereka lewati. Sungguh kelakuan yang menyedihkan. Tidak habis pikir bagaimana pemuda bodoh dengan segudang masalah seperti Hyunjin bisa dijuluki pangeran dan mendapat perhatian penuh dari para gadis itu.

Minho memutar bola mata. Bahkan para guru perempuan juga ikutan gatal disekitarnya.

Setelah mereka sampai di ruangan yang mereka tuju, Minho dan Hyunjin langsung masuk ke ruangan dimana kepala sekolah mereka berada, sebelum kemudian dihadapkan dengan... Ah, bagaimana cara mengatakannya? itu seseorang pemuda. Dengan paras paling jelita yang pernah Minho lihat dalam hidupnya. Siswa baru itu berdiri tepat disamping kepla sekolah dalam balutan hoodie kebesaran dan sepatu kets merah muda. Minho tahu anak ini lompat dua kelas, seharusnya ia masih kelas satu, tapi kabarnya karena ia jenius, Yang Jeongin bisa lulus tes untuk bisa satu angkatan dengannya. Tidak heran kalau dia kecil sekali. Minho bahkan tidak akan terkejut jika ternyata bocah ini masih belum puber. Lihat saja baby fat di kedua pipinya itu? Bukankah dia sangat menggemaskan?

Meski sempat tertegun, lelaki "paling disiplin dari semua siswa yang ada" tersebut cukup berhasil menguasai diri dengan cepat; lantas mengerjap sesaat untuk agar tidak awkward. Dari sudut matanya, dapat ia lihat bahwa Hwang Hyunjin juga memiliki gelagat yang sama. Berusaha mengabaikan, ia antas tersenyum saat kepala sekolah memanggil namanya untuk mendekat.

Lee Minho berdehem sebelum mengulurkan tangan bentuk perkenalan, "Lee Minho. Presiden sekolah yang akan siap membantumu kapan saja. Kita mungkin akan sering bertemu nantinya. Ku harap kita bisa berteman."

Menyambut uluran tangan tersebut, Jeongin tersenyum dengan senang hati. "Aku Yang Jeongin. Terimakasih atas bantuannya. Aku akan mengandalkan kakak." Jawabnya malu-malu.

"Dan aku Hwang Hyunjin!" Suara menjengkelkan dari mulut Hyunjin tercetus out of the blue.

Iris mata Jeongin bergeser dari Minho, ke arah pemuda yang mengintrupsi percakapan mereka. Satu ulasan senyum lembut kembali tertoreh di wajah itu.

As He PleasesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang