3 | Gudang Sekolah 2/4

1.6K 221 25
                                    

"GAEES GUE MAU CERITA!" seru Ervin dengan hebohnya, ia baru saja sampai di depan kelas.

"Kenapa sih Vin? Pagi-pagi udah berisik aja?" Juan yang tadinya menelangkupkan kepalanya di meja jadi duduk tegak karena suara Ervin.
Mengganggu acara tidurnya saja.

"Hehe... maaf atuh, ininih gue ada problem," ucap Ervin yang sudah duduk di bangkunya.

"Dateng-dateng bawa masalah, mending simpen sendiri deh, gue males banget kalau harus ikut campur," ucap Jinan malas.

Adrian yang mendengar itu mengangguk setuju.

"Jadi maksud lo, kalau semisal gue ada masalah lo gak mau bantu?" tanya Ervin.

"Eh bukan gitu hehe..." ucap Jinan sembari menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Ada masalah apa sih Vin?" tanya Felix sembari makan nasi goreng yang ia bawa.

"Kemarin... hantu yang di gudang datengin gue, pake acara berantakin kamar gue lagi, kasian ayah gue capek beresin," ucap Ervin. Jadi kemarin yang bersihin kamar Ervin itu ayahnya, bukannya anak durhaka, tapi kemarin Ervin dipanggil tetangga buat bantuin nangkep ayam. Kan lumayan, Ervin jadi dapet satu ayam buat dibawa pulang.

"Sama," sahut Adrian.

"Terus sekarang gimana?" tanya Mirza yang tak mengalihkan pandangannya dari buku. Anak rajin memang beda.

"Bantuin?" tanya Reno yang sedari tadi diam.

"Sepakat nih mau bantu yang jelas-jelas beda alam sama kita? Gue sih mau aja, cuman ya..." Felix mencoba untuk menjelaskan bagaimana susahnya menolong yang jelas sudah berbeda alam.

"Iya gue tahu, tapi kasihan juga," ucap Ervin.

"Entar aja deh waktu istirahat kita coba ke gudang, soalnya bentar lagi bel masuk bunyi," ucap Adrian.

Mereka mengangguk setuju. Dan tak lama, bel masuk berbunyi.

...

Mereka bertujuh berjalan menuju gudang setelah beberapa menit yang lalu bel istirahat berbunyi. Karena beberapa dari mereka mengeluh lapar, jadi tadi pergi ke kantin terlebih dahulu.

Cklek~

Juan membuka pintu gudang yang beruntungnya tidak dikunci.

"Bismillah, assalammualikum," salam Juan dan setelahnya masuk.

"Baru masuk aja udah dingin banget sih," ucap Felix pelan.

"Jadi apa yang pertama kita lakuin?" tanya Jinan.

"Tanyain aja dulu hantunya, siapa tahu dapet secuil debu informasi," jawab Reno.

"Secuil debu? Dikit dong?" Ervin.

"Biasanyakan hantu-hantu yang minta tolong itu, jelas gak inget apa-apa, kek gak pernah nolong hantu aja lo!" sahut Reno.

"Hehe... pernah sih, kebanyakan nolongin hantu anak kecil, kan mereka gak terlalu creepy kayak hantu-hantu remaja gitu," ujar Ervin.

Mereka melihat ke sekitar gudang. Tapi, masih belum ada tanda-tanda hantu yang kemarin itu muncul. Membuat mereka jengah dan ingin kembali ke kelas saja.

"Kita gak niat nolong dia dateng, kita niat nolong dia pergi, tuh hantu maunya apasih!" kesal Jinan.

Tepat setelah Jinan mengucapkan itu, angin sedikit bertup kencang. Udara menjadi semakin dingin dan mencekap. Serta pintu gudang yang tertutup dan terkunci sendirinya.

Kami Anak Indigo | 00LTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang