2 | Gudang Sekolah 1/4

1.9K 227 28
                                    

"AAAAA!"

Jinan teriak dengan kencangnya, membuat Juan yang disampingnya reflek menutup kedua telinganya dengan telapak tangan. Hampir saja Juan mengumpat, untung ia ingat bagaimana ibunya memarahinya ketika terdengar umpatan keluar dari mulutnya.

"Astagfirullah," ucap Juan beberapa kali.

"Se-setannya masih ada nggak?" tanya Ervin sembari menutup matanya takut.

"Udah gak ada kok," jawab Reno santai dan melanjutkan tugas bersih-bersihnya.

Perlahan Ervin membuka matanya dan menghela nafas lega. Juan yang melihat itu hanya menggelengkan kepalanya, ia tahu kalau Ervin tadi takut. Tapi, Juan akui ia juga sama takutnya. Bagaimana tidak? Ada hantu yang tiba-tiba muncul dengan seramnya.

"Ayo kita lanjutin, perasaan gue gak enak," ujar Mirza.

Yang lain mengangguk dan melanjutkan membersihkan gudang. Mereka semua menahan takut karena hawa dingin di sekitar mereka, juga hantu laki-laki tadi kini datang lagi dan memperhatikan mereka dari luar jendela gudang, sampai mereka selesai membersihkan gudang.

"Ayo kembali ke kelas, mungkin setelah ini udah boleh pulang," ucap Felix.

Mereka bertujuh keluar dari gudang, tak lupa menutup pintunya juga. Mereka kemudian bergegas kembali ke kelas, tak mau berlama-lama di gudang sekolah yang memang seram.

"Pulang sekolah kalian naik apa?" tanya Ervin.

"Gue sama Adrian naik bus, kenapa?" Juan.

"Hehe... gue sebenernya mau nebeng, gak ada uang nih," ucap Ervin dengan cengirannya.

"Yaudah deh, gue anterin pulang, gue bawa motor," ucap Jinan.

"Oke."

"Juan, gue boleh ikut pulang bareng?" tanya Reno pelan.

"Pulang bareng? Ya boleh lah, ntar kita duduk paling belakang biar sebelahan," ucap Juan yang diangguki Adrian.

"Gak usah malu-malu Ren, kita udah jadi temen, malu-maluin aja, tapi gue gak ikutan," ucap Mirza yang kemudian dibalas gelak tawa oleh yang lain.

Saat yang lain tertawa, tidak dengan Adrian. Perasaannya terus khawatir dan was-was. Entah kenapa ia merasa diperhatikan sejak tadi. Adrian berhenti berjalan dan melihat ke belakang.

"Hai Adrian."

Adrian mematung, ia meneguk salivanya dengan susah payah. Kalau sudah begini, Adrian yakin ia tidak akan tenang untuk beberapa waktu kedepan.

'Harusnya, kita gak lihat brosur itu,' ucap Adrian dalam hati.

...

"Assalammualaikum," salam Adrian ketika masuk kedalam rumah.

"Waalaikumsalam," jawab mama Adrian.

Adrian tersenyum kala mamanya sudah berdiri di depan pintu untuk menunggunya pulang. Adrian langsung mencium telapak tangan mamanya penuh sayang. Hal ini memang selalu terjadi, 1 atau 2 menit sebelum Adrian sampai rumah, mamanya sudah berdiri untuk menunggunya.

"Gimana sekolahnya?" tanya mama Adrian.

"Gak ada pelajaran ma, tapi disuruh bersih-bersih," ucap Adrian.

"Yaudah, langsung mandi terus makan ya, mama tunggu di meja makan," ucap mama Adrian.

Adrian mengangguk dan langsung pergi ke kamar mandi. Setelahnya, ia pergi ke kamar dan memakai kaos hitam polos serta celana yang senada. Adrian menaruh tasnya di kursi belajarnya, namun ia mendengar suara ketukan dari dalam lemarinya.

Kami Anak Indigo | 00LTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang