part 12

101 15 3
                                    

Satu masalah yang dikira akan selesai nyatanya kini kembali dihadapkan pada masalah lain.
Pagi hari takkala ingin mengajak calon menantunya_Minyang sarapan bersama, Hee-joo dikejutkan oleh pergelangan tangan Minyang yang dipenuhi darah. Ceceran darah bahkan mengenai sprei. Minyang melakukan tindakan bunuh diri.

Wanita itu dilarikan ke rumah sakit dengan kondisi kritis karena kehilangan banyak darah.

Setelah mendapat kabar dari ibunya, Dalgun pergi terburu-buru tanpa memberitahukan Haeri apa yang telah terjadi. Saat terjaga, Haeri sudah tidak lagi menemukan kehadiran Dalgun. Menduga pria tersebut mungkin mendapat panggilan dari pihak rumah sakit terkait kondisi anaknya, Haeri pun menyusul.

Selama perjalanan menuju kesana, ia terus diliputi rasa was-was. Haeri tak bisa bertanya kemana pria itu pergi, atau bagaimana kabar putranya sebab ia kehabisan daya pada baterai ponsel.

Mempercepat laju kendaraan, sekitar dua puluh menitan ia tiba di pelataran parkir area rumah sakit. Selesai memarkirkan mobil, ia berlari kencang memasuki rumah sakit. Hal yang menjadi sumber kecemasan tentu saja putranya.

Kecemasannya bertambah, takkala melihat sosok Dalgun beserta keluarga besarnya berada di ruang tunggu UGD yang tak jauh dari ruang dimana putranya dirawat. Haeri menduga saat ini yang berada didalam ruang UGD adalah putranya.

"Bagaimana kondisi Hoon?" Tanyanya dengan nafas memburu pada Dalgun yang terlihat begitu frustasi.

"Haeri_ya.." Hee-joo'lah yang menyapanya. Ia Mengelengkan kepala. Membuat kecemasan Haeri kian bertambah. Tubuh ibu dari seorang putra ini bahkan sedikit terhuyung. Kaget dengan gelengan kepala yang menandakan hal buruk.

"Bukan Hoon, tapi Minyang." Hee-joo melanjutkan.

Terimakasih Tuhan. Batinnya. Kecemasannya ternyata tidak terjadi. Sesaat memandangi Dalgun yang masih menundukkan kepala, setelahnya Haeri memilih berlalu. Tak ada niat baginya bertanya bagaimana kondisi wanita itu.

Menuju ruangan dimana putranya dirawat. Bersyukurnya dia, hari ini bisa melihat kondisi Hoon yang lebih baik. Putranya bahkan sedang bercanda bersama Chang-wook dan Ji-won.

"Kau sudah datang?"

"Eoh." Sudut bibirnya tertarik keatas memperhatikan putranya yang kini tengah melambai memintanya menghampiri. "Bagaimana kabarmu, sayang?"

"Eomma.. aku merindukanmu."

Pria kecil bertubuh sedikit berisi kini mengulurkan tangan ingin mendapat pelukan darinya. Tanpa membiarkan putra tercintanya menanti terlalu lama, Haeri mengabulkan permintaan putra berharganya.

"Terimakasih, sayang. Eomma senang, Hoon jadi anak kuat." Ujarnya disela pelukan. Mengusap sayang punggung Hoon.

"Seojoon, kau tak bertemu dengannya?"

"Seojoon? Tidak. Memangnya kenapa?" Haeri melepas pelukan pada Hoon setelah mengusap surai putranya.

"Sedari kemarin dia terus menghubungi kami. Bertanya apa kami tahu kau ada dimana. Dia terlihat sangat mencemaskanmu."

"Eoh, Eomma. Sepertinya paman sangat menyukai Eomma." Tambah Hoon dengan senyum sumringah.

"Benarkah?" Haeri terkekeh. Maaf kemarin ponselku lowbat." Tersenyum simpul.

"Apa telah terjadi sesuatu?" Kali ini Changwook lah bertanya.

Menggelengkan kepala, Haeri tak mungkin bercerita saat putranya sedang terjaga. Ji-won sendiri nampak sedang menghubungi Seo-joon untuk mengabarkan kehadiran Haeri.

"Eomma, aku ingin jalan-jalan, bolehkah?"

"Em, mari kita lakukan setelah Hoon sembuh." Kembali mendekati Hoon. Haeri meletakkan tangan terpasang infus putranya diatas telapak tangannya.

Memories on Kiria [Completed]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang