part 16

82 11 3
                                    

South Korea.

"Besok kau punya rencana?" Tanya Haeri kala sekeluarga sedang berkumpul dimeja makan. Mereka sedang menanti bibi Yoon menyajikan hidangan dan tentunya dibantu Haesun_eomma dari Haeri.

Berpikir sejenak, sebelum menjawab.
"Sepertinya tidak ada, kenapa?"

Nam-joon sesaat memperhatikan dibalik kacamatanya sebelum kembali memainkan ponsel.

"Kau lupa? Besok kan hari ulang tahunmu."

Kembali berpikir,
"Ah~ kau benar, jadi?"

"Jadi? Tentu saja kita harus merayakannya. Appa, besok tolong ruangan waktu, jam 7 malam."

Go Nam-joon kembali mengalihkan perhatian pada putrinya.
"Bagaimana ya, Appa minta maaf, sepertinya Appa tidak bisa ikut bersama kalian. Appa sudah punya janji lain."

"Tidak bisakah dibatalkan saja? Kau tahu'kan, setiap tahun kita selalu merayakannya bersama." Timpal Haesun, dengan menempatkan semangkuk sup kimchi berwarna kemerahan yang ia letak diatas meja.

Nam-joon meletak kembali ponsel disisi meja dengan posisi terbalik.

"Maaf, aku akan menggantinya dengan hari lain. Bagaimana, Joon?"

"Aku baik-baik saja. Tidak apa-apa, paman. Urusan paman tentu harus diutamakan."

Mengisi beberapa mangkuk kecil dengan sup kimchi, "Mau bagaimana lagi, mari kita rayakan bertiga saja." Ujar Haeri.

"Tidak terlalu buruk. Karena nak Seo-joon yang berulang tahun, maka seperti biasanya, nak Seo-joon_lah yang menentukan tempat."

"Tidak. Tahun ini biar aku saja yang menentukan tempat, bagaimana Joon? Bolehkah?"

"Apa ini karena Joon akan segera pindah ke Kiria?" Tanya Haesun.

"Em." Haeri berhenti sesaat mengisi mangkuk dengan sop. Ia memperhatikan Seo-joon begitupun dengan pria tersebut. Seo-joon memberinya senyum seolah berkata ia baik-baik saja dengan kepindahan, Haeri terlihat tak ingin melepasnya pergi.

**

"Jadi, kau sudah yakin mau memulai hidup baru?"

Pada sebuah klub malam dengan hingar-bingarnya suasana, dua lelaki tampan kini terlibat pembicaraan. Keduanya menempati kursi tinggi. Satu diantaranya baru saja meneguk minuman beralkohol. Ia mengangguk setelah kembali meletak cangkir tinggi.

"Eoh. Tentu aku harus melakukannya. Sekarang aku adalah adalah seorang ayah. Dan, seorang ayah pastinya ingin bangga dihadapan anaknya." Senyuman tersungging di bibirnya.

Temannya terkekeh.
"Kau bercanda? Selama ini kau baik-baik saja dengan usaha ini. Lalu kenapa sekarang.."

Dalgun kali ini tersenyum tipis.
"Kau tidak akan bisa mengerti."

Minho mengangguk setuju. "Ucapanmu ada benarnya, aku tak akan pernah bisa mengerti. Bagaimana bisa kau menggilai wanita yang sudah jelas punya kekasih. Terlibat dengan kembarannya lalu menghamili gadis lain." Pria tersebut geleng-geleng kepala.

"Kau benar, hidupku sangat kacau, sampai membuatku malu." tersenyum kecut.
"Saat kehilangannya. Aku baru menyadari.. betapa aku tak bisa tanpanya. Dan.. sepertinya Aku masih diberi kesempatan kedua. Kau tahu.." menoleh melihat lawan bicaranya. "_kali ini akan ku pastikan menjaga wanita itu dengan baik."

"Wah.. kau benar-benar sedang jatuh cinta. Aku iri padamu, teman."

"Bukan jatuh cinta, lebih tepatnya aku sangat mencintainya. Mencintai ketegarannya. Seperti yang kau ketahui, seorang gadis apalagi dari keluarga berada sepertinya, Haeri pasti banyak menanggung derita karena ku. Dan ini.. ini membuatku merasa sesak disini" menyentuh dada.

Memories on Kiria [Completed]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang