part 13

89 14 4
                                    

Sebulan tepat sudah Hoon dinyatakan sembuh dari Leukimia. Bocah yang sempat berbaring di rumah sakit ini, kini kembali ceria seperti sedia kala.
Hoon bahkan saat ini sedang bermain di taman tengah kota.
Ia ditemani Dalgun dan tentu saja Haeri. Segala hal mengenai hak asuh telah dibicarakan oleh keduanya yang sepenuhnya diserahkan pada Haeri. Dan, ini akan menjadi hari terakhir bagi Dalgun bertemu dengan putranya. Sebab, besok Haeri akan bertolak ke Kiria bersama Hoon.

Dua orang dewasa itu, saat ini tidak banyak terlibat pembicaraan. Hanya beberapa kalimat singkat dan tak terlalu intim. Kebersamaan mereka terasa canggung.

Haeri masih memperhatikan Hoon yang tengah bermain seluncur tak jauh dari kursi kayu dimana dia dan Dalgun berada.

Pria tersebut turut memperhatikan putra semata wayangnya. Seulas senyum terpancar dari sudut bibir. Besok atau mungkin lusa, atau.. mungkin lusanya lagi.. saat dirinya merindukan Hoon, ia takkan lagi bisa menemuinya.

"Tolong jaga Hoon baik-baik!" ujarnya dengan fokus pada Hoon. Helaan nafas tanpa disadari keluar begitu saja.

"Em, jangan cemas.. Hoon, dia putraku. Sekalipun harus mengorbankan nyawa, akan tetap ku lakukan, menjaga dan melindunginya."

"Eoh, baguslah kalau begitu" kekeh Dalgun.

"Kau juga, jangan sampai lalai menjaga kesehatan. Aku tahu kau senang bekerja, tapi.." mengalihkan pandangan pada Haeri yang berada disebelahnya "Kesehatan harus diutamakan, kau mengerti?" Tambahnya.

"Eoh" saling beradu pandang, sedetik kemudian Haeri memutus kontak mata, memalingkan wajah. Netra'nya terus mengerjab, hatinya terasa perih. Pertemuan kali ini antara dirinya dan Dalgun akan jadi pertemuan terakhir sebelum pria ini menikah, dan pesan-pesan pria ini untuknya..

Sungguh menyiksanya.

Kenapa masih perhatian padanya bila dia tidak ingin mempertahankan hubungan?

Netra'nya mulai memerah. Perlahan cairan menuruni pelupuk mata.

"Ku pikir cukup sampai disini." Beranjak dari posisinya, Haeri masih menolak melihat wajah Dalgun "Semoga pernikahanmu berjalan lancar.. berbahagialah."

Dalgun memperhatikan punggungnya. Ia ragu Haeri bersungguh mendoakan kebahagiaan nya. Bahkan ia sendiri tak berharap bisa bahagia dengan pernikahan tanpa cinta. Hanya, Janji tetaplah janji. Terlebih lagi mengingat kondisi Minyang saat ini, ia tak mungkin bisa lepas tangan.

"Hoon_ah..Kajja."

Haeri mengulurkan tangan, ia sudah sedikit jauh dari tempat Dalgun berada.

"Eomma, Eomma kenapa menangis?"

Berusaha memberi senyum, menarik nafas dalam, segera diusapnya airmata yang tak bisa diajak kompromi.

"Eomma, gwenchana?"

"Em.." suara Haeri jelas terdengar sengau. Putra kecilnya saja tahu, Eommanya tidak dalam kondisi baik.

"Eomma, tunggu disini sebentar"

"Hoon..! mau kemana?"

Hoon berlari menghampiri Dalgun yang saat ini matanya juga memerah menahan emosi.

"Appa, tidak bisakah Appa menahan Eomma agar tidak pergi? Tidak bisakah Appa tidak menikahi bibi itu?" Tanyanya berbinar.

"Hoon ingin seperti teman-teman Hoon yang lain. Punya Eomma, Appa. Apakah harapan Hoon terlalu tinggi? Tidak bisakah Appa mengabulkannya?" Tanyanya lagi.

Dalgun terisak. Setiap pertanyaan yang terlontar dari mulut putranya juga jadi impiannya. Sebuah harapan yang sebenarnya begitu sederhana, namun kenapa sulit terealisasi?

Memories on Kiria [Completed]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang