Nanti Papa Pulang

159 21 8
                                    

Aku lahir dari kesalahan, katanya.
Tapi Mama tidak pernah menganggapku kesalahan.
Aku adalah anugerah terindah yang diberi Tuhan padanya. Mungkin terdengar sedikit lebay, tapi kata paman Luhan, Mama benar akan mengakhiri hidupnya jika tidak ada aku.

"Ma, Papa kapan pulang?" Disetiap ulang tahunku, aku selalu menanyakan pertanyaan yang sama.

"Nanti Papa pulang." Dan jawaban Mama selalu sama, nanti.

Aku baru berhenti bertanya ketika usiaku 7 tahun, lelah bertanya tiap tahunnya dengan jawaban yang sama.

Aku iri pada Bian, Paman Baekhyun dan Chanyeol benar-benar memberikan kasih sayang utuh sebuah keluarga. Mama memang menyayangiku, tapi aku butuh Papa.

Mamaku, Zhang Yixing, adalah sosok yang paling tangguh di hidupku. Ia memiliki peran besar dalam pertumbuhanku. Papaku, Kim Junmyeon, adalah sosok semu yang tak pernah hadir dalam masa pertumbuhanku namun selalu kurindukan.

Papa itu bagaimana orangnya?

Apakah lembut seperti Paman Jongdae?

Apakah hangat seperti Paman Chanyeol?

Apakah asyik seperti Paman Sehun?

Kalau saja Papa hadir dalam pertumbuhanku sekali saja, bagaimana caranya meluapkan kasih sayang?

Apakah aku akan mendapat gendongan setiap waktu seperti yang dilakukan Paman Kris?

Apakah aku akan di bacakan cerita tiap malamnya sepertinyang dilakukan Paman Jongin?

Kim Junmyeon, Papaku, seperti apa dia?

Hidup tanpa Papa itu berat, dan keyakinanku masih sama, nanti Papa pulang. Mama berusaha menghidupiku, membanting tulang mencari kerja sana sini. Tapi tidak apa, kalau Papa pulang Mama tidak akan kesusahan, kan?

Pria yang mengetuk pintu rumah kami barusan itu, mengaku bernama Kim Junmyeon. Wajahnya tampan dengan alis tebal serta rahang yang tegas.

Ia bukan Papa.

Papaku, harusnya ia menyambut kami dengan pelukan hangat. Bukan memaki dan terus memaki. Aku takut. Papa mengatai Mama hal yang tak pantas.

"Kau terus meminta uang dariku! Tubuhmu tidak lagi memuaskanku, sialan!"

Itu... apa?

Mama, katakan itu bukan Papa.

Papa sama sekali tak menoleh padaku. Tentang pekerjaan Mama, Mama mengatakan ia bekerja larut malam untuk Bosnya.

Bosnya itu, Papaku.

Kalau begini, aku tidak mau punya Papa saja. Aku hanya mau Mama. Mama yang mensyukuri tiap hembusan nafasku, bukan Papa yang berharap aku segera tiada.

"Nak, Papamu pulang. Sekarang ia tidak bisa menyambutmu karena lelah, maafkan dia ya?"

Ku kira Mamaku, Zhang Yixing, adalah sosok paling pintar yang kutemui. Nyatanya ia tunduk dalam pengaruh Papa.

Kalau begini, aku akan menunggu Papa saja.

Papa akan pulang, nanti.

Papa akan menerima kami, nanti.

Sekian dariku,

Ultramilkyway

Sulay Imagines Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang