O3. Dua anak kembar.

405 62 2
                                    

PRAEMISIT potongan ketiga.
ଽ by kurooyate ⵓ lilie.

Disini, Miya Osamu.

Tiga tahun lamanya, sebelum penyakit ini menyerang diriku. Aku akan bercerita sedikit soal Atsumu di mataku sendiri. Bagiku dia adalah kakak yang bodoh, mengesalkan, selalu bersemangat, benci kekalahan, herannya lagi ia selalu tersenyum dan tenang.

Baru kali ini aku melihat Atsumu terpuruk lemah, tanpa menunjukkan senyuman sedikit pun.

Meski ia selalu menjahiliku, aku tahu betul bahwa ia sangat menyayangiku. Sejak orang tua kami meninggalkan kami disaat umur 17 tahun, Atsumu sama sekali tidak terlihat sedih maupun heran. Saat itu aku takut bertanya mengapa mereka meninggalkan kami.

Aku diam-diam menguping pembicaraan Atsumu dari balik pintu kamar ibu dan ayah,

"Ibu mau pergi kemana?"

"Ibu dan ayah akan pergi bekerja, jadi tolong jaga adikmu ya, tsumu?"

Suasana kembali tenang, hanya itu saja yang bisa aku dengar dari balik pintu kamar. Aku tidak mendengar suara tangis dan tertawa, aku yakin Atsumu baik-baik saja di dalam.

Aku kembali memasuki ruang kamarku, seperti nya mereka sudah keluar.

Ya, seperti perkiraanku mereka keluar, lantas Atsumu memanggilku. Aku dan Atsumu mengucapkan salam perpisahan bersama.

"Selamat tinggal Osamu, Atsumu...."

Mataku kabur, tak terasa aku meneteskan air mata, tubuhku berusaha untuk tidak menyuruhku memeluk mereka.

Yang kuingat pada hari itu hanyalah, seorang wanita dan pria berpakaian hitam pergi dari rumah sambil membawa koper putihnya. Wanita itu menutup pintu sambil memandang wajah kami dengan rasa kasihan.

Mereka pergi, pintu rumah kembali tertutup. Atsumu berdiam diri memandangi pintu rumah, ia tidak menangis, dia sungguh-sungguh tidak menangis.

"Tsum?" Aku memegang pundak tsumu.

"Gue ga mau lo pergi, jangan tinggalin gue sendiri. Na, Samu?" Ucapnya sambil memegang tangan ku dengan erat.

"Gue ga akan tinggalin lo sendirian, Tsum."

☆ ☆ ☆

Beberapa hari setelah kejadian itu, Atsumu terlihat diam dan tidak seceria biasanya. Yang dilontarkan dari mulutnya hanyalah menyuruhku untuk makan, mandi, serta tidur, setelah itu ia kembali diam.

Aku berusaha menghibur Atsumu sebisaku. "Bodoh, mau sampe kapan lo nunjukkin muka kusut kaya gitu"

"Ga tau diri, lihat kek gue lagi apa"

"Ngapain? Melototin semut? Gabut bener hidup lo kek ga ada kerjaan, mau bantu gue masak ga?"

"Emang lo mau masak apa?"

"Mie goreng, kesukaan lo. Ikut ga?"

Atsumu mengangguk pelan, suasana dirumah berbeda dari sebelumnya. Penuh dengan tawa, dan ejekkan. Kami makan malam bersama, kali ini tanpa ayah dan ibu. Ia kembali tersenyum.

"Terimakasih untuk masakkan hari ini, Osamu."

"Terimakasih untuk hari ini juga, Atsumu."

☆ ☆ ☆

PRAEMISITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang