O5. Pulang.

371 53 1
                                    

PRAEMISIT potongan kelima.
ଽ by kurooyate ⵓ lilie.

Shinsuke mengetuk pintu kamar Osamu. Atsumu yang setengah sadar, berjalan membukakan pintu untuk Shinsuke. Wajahnya tampak pucat dan kusut.

"Gimana, Osamu?"

"Membaik" Aku menunduk menjawab pertanyaan Shinsuke. Ia lantas masuk dengan membawa tas abu-abunya. Aku menutup pintu, dan berdiri di depan ranjang Osamu yang tengah tertidur.

Shinsuke sibuk mempersiapkan sarapan untuk Atsumu. "Sini, makan dulu. Gue udah bawa mie goreng nya" Tanpa penolakkan, aku menghampiri kak Kita.

"Ini, enak! Gue ga menyangka kak Kita bisa masak" Baru kali pertama, aku merasa seperti tidak makan berbulan-bulan. Kak Kita terus menerus mengalihkan pandangannya ke Osamu. "Dia sama sekali belum bangun?"

"Belum"

"Kapan Samu, bangun?"

"Kemarin siang, dia kembali berbicara seperti orang normal"

Selesai sarapan, aku membereskan barang-barang dan bersiap untuk pulang. "Tenang, Osamu ga sendirian. Disini ada gue, kalau ada sesuatu gue hubungin lo." Aku tersenyum kecil, setelah semuanya beres aku berdiri di samping ranjang Osamu.

"Gue pulang, Sam."

Ah sial, perasaan ini kembali datang dan menghantuiku. Pikiran ku tidak tenang, aku memutar sebuah lagu untuk meredakan kegelisahan ku. "Lagu ini, semakin kacau." Kenapa disaat-saat begini lagu itu muncul?

As the World Caves in, lagu yang sering kali diputar Osamu saat ia mengerjakan tugas maupun sebelum tidur. Pikirannya semakin kacau, bukannya dimatikan ia tetap melanjutkan lagu itu sampai akhir, dasar keras kepala.

Atsumu menahan rasa tangis dihatinya. Sebenarnya, aku memang tidak kuat menghadapi masa-masa sulit ini dengan sendirian. "Kenapa lo yang harus menderita, kenapa lo yang harus tidur di rumah sakit."

Jalanan semakin ramai, Atsumu hanya diam dan iri melihat orang-orang di sekitarnya masih bisa berkumpul dan bermain-main dengan keluarganya masing-masing.

☆ ☆ ☆

"Sudah sampai rumah, ya?" Atsumu menghela nafasnya. Aku keluar dari mobil dan menurunkan barang-barangku terlebih dahulu.

"Gue sampai, Sam."

Aku memasuki rumah, suasana ini bahkan jauh lebih buruk saat orang tuanya meninggalkannya. Sunyi, sama sekali di luar perkiraan Atsumu.

Ia mengira, selama Osamu di rumah sakit keadaan dirumah akan sama seperti biasanya. Aku tahu ini sulit bagiku namun, aku tidak bisa lari dari kenyataan.

Lantas aku segera masuk kamarku yang tak jauh dari ruang tamu. Perutku menjerit, seolah memberi kode untuk menyuruhku mengisinya dengan energi.

Aku berjalan menuju dapur, sendirian. Kesal, kelemahan ku tidak pandai memasak. "Apa yang lo pikirin waktu masak sih, bisa enak gitu." Atsumu berpikir keras.

Aku membuka kulkas, ternyata hanya tersisa satu butir telur ayam. "Gapapa deh, yang penting gue masih bisa makan."

Telur goreng sudah siap untuk disantap,

"SAMUU, GUE UDAH MASAKKIN LO TELUR GORENG"

Tanpa disadari, aku melupakan sesuatu. Aku lupa bahwa dirumah ini hanya ada aku, seorang diri. "Apa-apaan gue lupa kondisi Osamu. Brengsek, gue..." Atsumu tercenung sejenak.

Makan di meja sendiri, "kali ini tanpa Osamu." Pandangan nya kosong, ia kembali menjadi Atsumu yang murung.

"Itadakimasu..."

PRAEMISITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang