O7. Selamat mengulang Tahun!

360 53 0
                                    

PRAEMISIT potongan ketujuh.
ଽ by kurooyate ⵓ lilie.

sebelum baca sampai akhir, author cuman mau menyampaikan bahwa potongan ketujuh kali ini akan terasa sangat panjang, karena di bagian ini Miya bersaudara sedang merayakan ulang tahunnya. Oh ya, Hati-hati di akhir cerita nanti akan ada sesuatu tanda-tanda di potongan selanjutnya. Siapkan diri kalian, selamat membaca!!

.

.

Miya Osamu, pukul 12.00 malam.

"Selamat untuk tahun ini, Tsum." Aku tengah duduk sambil memperhatikan jam dinding kamar. Selama ini aku hanya berpura-pura tidur dengan nafas yang tak kunjung teratur, disaat aku tidur-lah nafasku kembali kumat.

Aku memang sengaja melakukan itu, agar semua orang tidak khawatir termasuk Atsumu. Aku tidak ingin merepotkan banyak orang. Walau dampaknya akan sangat menyakitkan.

Disaat sekarat begini, aku terlalu banyak tersenyum. Menunjukkan ekspresi "sok kuat" Kepada semua orang, membuatku merasa jijik sendiri. Mau bagaimana lagi? Jika memang hanya itu yang bisa ku lakukan saat ini. Akting ku, lumayan bagus bukan?

Terlebih lagi, siang tadi. Aku terlalu banyak berbicara dengan Rintarou. Menurutku yang tadi itu terlalu dipaksakan. Lagi-lagi berakting di depan sahabat sendiri, membuatku semakin muak. Demi mereka, aku melakukan sesuatu yang semakin memperburuk kesehatan ku.

"Ga, gue semakin membaik akhir-akhir ini. Cuman nafas gue aja, biasalah" Aku masih mengingat kata-kata bodoh yang keluar dari mulutku. "Sial, aku berbohong lagi." Sudah berapa kali aku berbohong pada diri sendiri? Entahlah, aku tidak terlalu memikirkannya.

"Gue mau istirahat lebih tenang, jauh lebih tenang dari biasanya. Bebas, gue cuman mau bebas dari semuanya."

Hari itu juga, aku diingatkan kembali oleh suatu kata-kata yang pernah diucapkan kepadaku sewaktu kecil. "Manusia tidak akan mati, ia akan terus hidup. Manusia hanya mati di satu dunia, namun kembali hidup di dunia yang lain. Jadi, kalian teruslah hidup. Jangan mati terlalu awal." Katanya.

Dari kata-kata itu, semakin membuatku tidak takut akan kematian. Jika itu adalah giliranku untuk pergi kembali hidup di dunia lain, dengan senang hati. Akan kuterima.

Kembali kepada Miya Atsumu, pukul 08.00 pagi. Tepat di hari ulang tahun Miya bersaudara.

Aku berdiri disini, bersama dengan sebuah Bunga Matahari yang dibilang sudah hampir layu. Osamu aneh, tapi anehnya lagi kenapa aku harus percaya dengan kejadian semalam? Pagi-pagi sudah disuguhkan dengan banyak pertanyaan yang entah dimana jawabannya.

"Hari ini.. terasa beda, kenapa suram gini.." Padahal hari ini adalah hari yang paling bahagia untuk mereka berdua. Atsumu berjalan, melewati setiap kamar rumah sakit. Tibalah Atsumu di pintu bernomor A117.

Aku mengetuk pintu kamarnya, Kita-shin membukakan pintu untukku. "Selamat datang, selamat berulang tahun." Kita-shin tersenyum manis dihadapan Atsumu.

Aku tersentuh dengan ucapan selamat dari Kita-shin, hampir saja aku ingin menangis. "Terimakasih Kita-san"

Aku memasuki ruangan nya, terlihat Osamu yang sedang duduk tersenyum lemah "Selamat ulang tahun, monyet besar" Aku membalas nya dengan memberikan vas bunga. "Selamat ulang tahun, jelek" Baru saja datang, diawali dengan saling mengejek satu sama lain.

"Kalian berdua ini kembar. Kalo Atsumu monyet, Osamu juga monyet. Kalo Osamu jelek, Atsumu juga jelek. Lo pada butuh kaca, ga?" Singkat, padat, dan jelas. Begitulah cara bicara Kita-shin.

Mereka berdua tertawa mendengar Kita-shin berbicara seperti itu. "Gue pulang dulu ya, nikmati hari-hari bahagia kalian. Selamat tinggal" Lelaki bersurai hitam putih itu pulang meninggalkan kamar Osamu.

"Tsum, mau jalan-jalan."

"Beneran lo? Emangnya udah boleh keluar?"

Osamu mengangguk pelan, "udah."

Lantas Atsumu mengambil kursi roda yang tak jauh dari ranjang Osamu. "Hati-hati, awas jatuh."

Saat ini aku dan Osamu berjalan-jalan disekitar taman rumah sakit. "Udah lama gue ga ngerasain angin, Tsum." Saat ia sedang dikamar, aku merasa Osamu tampak seperti terkurung dalam penjara.

Ia tidak bisa bergerak bebas, karena infus yang berada di tangan kanannya dan juga gerak tubuh yang terbatas bagi Osamu untuk merasa bebas. "Sam, bunga yang tadi gue kasih. Beneran lo yang minta?"

"Iya. Gue mau nunggu bunga itu sampe layu sejadi-jadinya"

"Buat apa?"

"Lo tau bunga layu, ga Tsum? Artinya saat bunga itu layu, tandanya gue harus ucapin selamat tinggal."

Terdengar aneh, mengucapkan selamat tinggal untuk bunga nya karena sudah layu? Didoakan mungkin, pikirku.

"Maksud lo, Sam?"

"Gue yang akan hidup lebih lama dari Bunga yang sudah layu, Tsum."

"Ga paham, lo kalo ngomong jangan berat gitu kek bahasanya."

"Lo akan tahu sendiri, sebentar lagi."

Bunga yang tampak diam di dekat jendelanya, mulai menjatuhkan kelopaknya satu-persatu. Sampai dimana, waktu giliran yang selalu ia nantikan itu tiba.

"Seandainya kalau tiba-tiba kisah gue berhenti sampai di tempat ini. Lo yang harus ngelanjutin ya, Tsum?"

Matanya kali ini, dia tidak bercanda. "Lo ga akan tidur secepat ini kan, Sam?"

"Ga, karena gue bakal hidup lebih lama lagi, Tsumu."

Aku sama sekali tidak tahu apa yang ia bicarakan mengenai "hidup lebih lama."

☆ ☆ ☆

Kami sudah masuk, dalam ruang penjara ini kembali. Setelah cukup lama berjalan-jalan di taman, Osamu tertidur pulas. Sepertinya ia sudah tidak terlalu merasa sakit.

Atsumu memegang tangan Osamu, dari tangannya saja sudah terlihat banyak perbedaan. Tangannya kurus, dan lebih putih dariku. Aku semakin khawatir dengan kondisi tubuh Samu.

Bunga itu, apa tidak ada niatan untuk menyirami nya sedikit?

Aku mengambil gelas dan mengisi gelas tersebut dengan air. Aku berniat untuk menyiram bunga matahari yang hampir sudah layu itu.

Disaat ingin meneteskan air ke bunga, tanganku terhenti. "Jangan disiram, biarkan saja" Terdengar suara Osamu yang melarang nya untuk menyiram bunga itu.

Aku menoleh melihat Osamu. Namun, Osamu masih dengan keadaan tertidur. Lalu, siapa yang bicara tadi?

Aah sudahlah, aku terlalu banyak berpikir.

Karena takut, terpaksa Atsumu tidak menyiram bunga itu. Begitu banyak hal aneh terjadi pada hari ulang tahun mereka, hari ini.

"Selamat ulang tahun Osamu, Atsumu." Ucap laki-laki bersurai hitam, sambil terbaring memegang foto mereka bertiga.

Pada akhirnya tirai tertutup
Pemeran harus menunduk

Berbaring, tersentak, tertawa
Tertawa dengan air mata

Bagai bintang yang jatuh
Jauh terburu waktu

mati lebih cepat...
mati lebih cepat...

Pada akhirnya ini semua hanyalah permulaan.

PRAEMISITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang