•03• Victim Introduction

18 4 0
                                    

Pagi menjelang, matahari mulai menampakkan diri dari ufuk timur. Cahayanya yang masuk ke celah-celah jendela membuat tidur Dareen terusik. Dia bangun sebentar untuk menyesuaikan cahaya di dalam kamarnya.

"Hoamm, jam berapa ini?" ujarnya sambil mengambil jam weker yang ada di atas nakas.

"Sudah jam 6 ternyata," gumamnya,

Satu detik....

Dua detik....

Tiga detik.....

Empat detik...

Dan,

"AAANJIRR KESIANGAN INI," teriaknya kemudian berlari kearah pintu, membukanya dan meneriaki orang-orang di kamar yang masih tertidur pulas.

TOK!! TOK!! TOK!!

"WOIII UDAH JAM ENAM INI,, BANGUN!!!"

"BANGUN WOII NANTI TERLAMBAT"

"BANG-BUGH!!"

"ADUHH!!"

"Kalau udah tahu kesiangan itu langsung mandi, bikin sarapan, bukannya malah teriak-teriak begini!" tegur Dipta.

"Lah, lo udah bangun? Udah rapi juga?" tanyanya heran

"Ya saat lo teriak-teriak gue udah di kamar mandi setan!! Tapi bagus deh gue jadi gak perlu bangunin tuh dua manusia kebo," ujarnya sambil berlalu turun.

"Yahh, sia-sia dong gue ngeluarin suara gue...

Ehh--DIP TOLONG BIKIN SARAPAN YAA!!"teriak Dareen.

10 menit kemudian, semuanya sudah berkumpul di ruang makan. Di sela-sela sarapannya, ada aja yang diributkan. Mulai dari rebutan tempat duduk, rebutan ayam goreng--padahal Dipta menggoreng ayam yang bisa dibilang lumayan banyak, dan masih banyak lagi deh keributan yang ada. Tentu saja keributan itu hanya dilakukan oleh Gavin dan Zaim.

"Hari ini, hari pertama kita menyelidiki kasus tersebut. Seperti biasa ya, berhati-hati saat melihat TKP, jangan sampai memindahkan barang apapun. Jaga keselamatan paling penting, jangan lupa selalu memakai masker dan sarung tangan saat menyentuh sesuatu," kata Dipta, yang lain hanya menganggukkan kepalanya saja.

"Oh ya, untuk lo Gavin, nanti saat di kepolisian jangan buat ulah, untuk kali ini aja jangan godain polwan di sana, ya?" pinta Dareen.

"Okey bisa diatur, kalau gue nggak lupa"

"Santai bang, nanti biar gue yang jaga nih buaya," ujar Zaim.

"Sorry ya gue bukan anak kecil," jawab Gavin.

"Nggak ada yang bilang lo anak kecil sih bang," omong Zaim. Memang benar sih apa yang dia bilang, dan itu cukup membuat Gavin sedikit jengkel.

"Nyebelin banget sih jadi bocah," gerutu Gavin pelan.

"Sudah-sudah yuk berangkat, nanti bisa telat," ajak Dareen yang sedari tadi diam.

☜☆☞

Sampai di kantor kepolisian, mereka disambut langsung oleh Inspektur Abbas dan Detektif Albran. Mereka langsung diajak masuk ke ruang rapat mereka, yang dimana di sana sudah ada beberapa anggota kepolisian.

Mereka pun duduk di tempat yang sudah disediakan. Di depannya terdapat sebuah meja yang melingkar, di atas meja tersebut ada salinan file yang sudah di print out kan berisi nama-nama korban pembunuhan berantai tersebut.

"Selamat pagi semuanya!" sapa Inspektur Abbas memulai acara rapat hari ini.

"Pagi!" jawab mereka serempak.

THE FLOWER KILLERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang