4 - Kangen Banget

1.6K 278 34
                                    

"Taehyung-shi."

Refleks, Taehyung menoleh. "Ne?"

Gadis berambut pendek di depannya mencoba menetralkan pernapasan, sembari membenarkan poni hitamnya. Kegiatan itu membuat dahi Taehyung mengerut.

"Kenapa kau berlari?" Taehyung yang penasaran pun bertanya. Biasanya, Jung Eunha itu enggan bergerak lebih, bisa dibilang sedikit mageran.

Jadi inget Jennie. Lagi apa ya?

Heh!

Taehyung menggelengkan kepala, apasih. Kenapa akhir-akhir ini dia sering sekali memikirkan Jennie? Jelas-jelas Jennie dan Eunha itu berbada. Tidak ada kesamaan apapun. Lantas kenapa dia bisa berpikiran tentang Jennie?

Jelas, kangen lah.

Banget.

"Woi, lah."

Eunha terjingkat, "Kenapa?" melihat Taehyung yang menjambak rambutnya sendiri sembari menunduk. "Kau sakit? Mau ke ruang kesehatan?"

Gadis itu meraih Taehyung, "Hei, tak apa? Kenapa, sih kau ini. Kemarin aneh, sekarang tambah aneh. Aku benar-benar ingin bersabar, Taehyung."

Sepertinya Jung Eunha sedikit lagi akan meledak. Walaupun wajahnya masih terlihat imut. Raut mukanya menekuk berwarna merah, seperti buah apel yang mengkilap.

"Ah," Taehyung tersadar, tangannya lantas meraih pergelangan tangan sang pacar, mengelusnya pelan. "Maaf, maaf. Kegilaanku kambuh, eh, ahahaha, tadi aku hanya sedang memikirkan sesuatu."

Ia kemudian tersenyum manis, melihatkan deretan gigi putihnya.

"Tuh, kan. Sepertinya kesalahan aku berpacaran denganmu."

Senyum Taehyung hilang seketika, "Apa maksudmu? Tidak, tidak, tidak, seharusnya keberuntungan." sanggahnya.

"Pantas saja Jennie putus denganmu."

"Hei, aku yang minta putus, tahu!"

"Oh, ya?" tanya Eunha tidak percaya.

"Terserah."

Jung Eunha merasa sedikit menyesal. Pacarnya kini ternyata benar-benar seperti orang gila. Awalnya ia tidak percaya dengan rumor, tapi setelah hari ini dan hari-hari sebelumnya. Jung Eunha harus percaya.

Taehyung itu jelmaan alien hijau.

"ARGHH!"

***

Saatnya kita menjelajahi New Zealand.

Gadis dengan perawakan mungil, pipi tembam, dan terlihat berkarisma. Jennie sedang menenteng tas sekolahnya dengan jalan terseok-seok.

Membuka pintu, kemudian menyapa penghuni rumah, "Aku pulang!"

"Selamat datang, Nona." salah satu pelayan menyapa.

Setelah membalas dengan senyuman singkat Jennie bergegas memasuki kamarnya. Tubuhnya ingin ia hempaskan di atas kasur segera. Hari menjelang malam, maka Jennie ingin tidur sebentar sebelum makan malam.

Sudah terhitung berapa hari dia di New Zealand? Lima? Seminggu?

Lupa.

Pokoknya sudah sedikit lama.

Selama dia disini, ada sesuatu yang menjanggal di hatinya. Apakah dia merindukan Korea? Iya, ia sangat rindu. Apalagi dengan Kakaknya, Mino.

AGAIN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang