8 - Kosong

954 160 32
                                    

Pemuda itu menatap jam di dinding kamarnya. Sebentar lagi bel masuk sekolah, dan ia enggan pergi dari posisi duduknya. Padahal penampilannya sudah rapi memakai seragam.

"Taehyung? Belum berangkat, Nak?"

Menoleh sekilas, Taehyung tersenyum. Rasa bersalah mulai menggerogoti relung hatinya. "Ini mau berangkat."

Dengan satu helaan napas ia berdiri. Mulai melangkah menuju wanita paruh baya yang masih setia berdiri di depan pintu.

"Maaf, eomma. Taehyung minta maaf." cicitnya.

Wanita itu mengelus pundak anaknya.

"Jangan minta maaf pada Eomma. Aku tidak merasa anakku ini melakukan kesalahan padaku. " Senyum itu merekah, menenangkan pemuda di hadapannya.

Taehyung ikut tersenyum. Walau dalam hatinya ia menjerit. Ia tahu, Ibunya ini sedang memendam amarah. Tapi tidak mau menyakiti anaknya. Menyakiti dirinya.

Ibu mana yang tidak marah saat mengetahui anaknya selingkuh dari sang tunangan. Jika wanita dihadapannya ini tidak pintar mengatur emosi. Mungkin (pasti) Taehyung sudah benar-benar di kirim ke genangan sungai amazon, menjadi makanan piranha.

"Sudah jangan sedih. Cepat berangkat sekolah. Ini sudah sangat terlanbat, Taehyung."

Taehyung kembali melirik jam dinding. Benar, sudah 15 menit terlewat setelah bel. "Kalau begitu aku berangkat, Eomma. Sampai jumpa."

Setelah membungkuk dan memberi salam, pemuda itu bergegas melangkah ke luar kamar. Tidak lupa, ia menyambar tas beserta jaketnya. Kemudian menyusul Paman Lee—sopirnya, yang sudah menunggu di dalam mobil sejak setengah jam yang lalu.

"Ayo, Paman. Aku siap berangkat."

Dengan senyuman kotaknya, Taehyung mengawali hari.

Padahal dalam hatinya bergejolak tidak nyaman luar biasa. Ia ingin tidak masuk sekolah. Entahlah, hatinya merasa kosong. Padahal seharusnya ia bahagia. Hubungannya dengan Jennie Kim sudah berakhir dan ia bisa bersenang-senang dengan Eunha.

Tapi, hatinya seperti kabur dari dalam diri Taehyung. Kosong.

Jangan bilang kau menyesal. Rindu Jennie, kan?

Mampus, deh.

***

"Melamun saja, kau!"

Satu gulungan tisu kecil mengenai wajah tampannya. Taehyung buru-buru mendelik, "Apa, sih!?"

"Memikirkan apa kau sampai terlambat hari ini." Jungkook penasaran.

Taehyung tentu saja diam saja. Dia memilih melahap makan siangnya. Tanpa memerdulikan tatapan penuh rasa penasaran dari Jungkook. Ia tidak ingin mengeluarkan banyak energi hari ini.

"Ya! Jawab, dong!"

"Sudahlah, Jung. Dia pasti sedang sedih di tinggal Jennie awoakwowkwok."

"Oh iya, ya?" Jungkook menoleh pada Joshua disampingnya. Menampakkan wajah pura-pura polosnya. Menatap pemuda di sampingnya yang sudah tertawa terbahak-bahak. "benar juga, wkwkwkw."

Taehyung menatap nampannya dengan tabah. Kedua sohibnya itu jika meledek memang keterlaluan.

"Kau bisa dengan leluasa, dong, pergi dengan Eunha."

Taehyung kembali menyunyah makanan di mulutnya. Kemudian berdeham menanggapi.

"Wah, ngomong-ngomong, kau tidak berniat untuk cari pacar lagi?" Joshua menyeringai melihat Taehyung berhenti mengunyah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 30, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AGAIN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang