Seulgi bangkit dari kursi membuat atensi kedua anak kembar itu terpusat padanya. Tidak ambil pusing Seulgi keluar dari rumahnya menuju rumah yang terletak di seberang. Kedua anak kembar itu juga ikut mengekor, takut terjadi apa apa dengan Ibu temannya. Lagipula mereka juga tahu diri jika mereka bukan di rumah.
TOK! TOK! TOK!
Tangannya terkepal menggedor pintu kayu yang ditutup rapat. Belum mendapat jawaban, Akhirnya Seulgi memutar kenop pintu dan beruntungnya pintu itu tidak di kunci oleh pemiliknya. Penglihatannya di sapa oleh kegelapan di dalam rumah milik sahabat anak bungsunya."Jaemin!?" Seulgi meneriaki nama pemilik rumah. Ia menyibuki dirinya mencari pemuda bergigi kelinci itu. Ibu muda itu memasuki satu persatu ruangan yang berada di rumah ini.
"Aku baru tau ini rumah Jaemin," Hyunjin merogoh saku celananya, kemudian mengambil ponsel pintarnya lalu menyalakan flash.
"Setau Yeji, Jaemin nggak suka gelap." Yeji mengekori kakaknya sambil menarik ujung kemeja yang di pakai Hyunjin sebagai luaran.
Gadis bermarga Hwang ini takut dengan kegelapan, dan bodohnya ia masuk ke tempat tinggal teman kelasnya yang memang sama sekali tak ada secercah cahaya di rumah yang sangat besar ini. tangan kirinya yang menganggur digunakan untuk menutup jalur pernapasannya.
"Sudah bau, pengap, tidak ada cahaya lagi! Bagaimana anak itu bisa hidup dengan tenang, aman, damai, dan tentram?!" Hyunjin asik mengomel sambil membuka satu persatu pintu ruangan yang daritadi ia buka kosong semua isinya. sesekali ia mengipasi dirinya karena panas.
Memang saat pertama kali mereka membuka pintu, Bau apak serta panas menyapa mereka bertiga, namun Seulgi tetap kekeuh mencari keberadaan Jaemin walau ia sudah berkeringatan.
Anehnya rumah Jaemin tidak terdapat Jendela, jadi mereka sedikit kesulitan untuk bernapas ditambah lagi ada bau busuk yang sedari tadi tercium.
Yeji awalnya ingin membuka pintu utama, agar rumah ini sedikit terang dan bau busuk dalam rumah ini sedikit menghilang. Namun Seulgi melarang, ia takut menimbulkan kecurigaan warga karena bau busuk dari rumah ini, jika kalian lupa pemilik rumah ini seorang anak yang sedang menjalani sekolah menengah akhir. Seulgi melarang Yeji karena ia punya alasan.
Ia teringat saat ditemukan mayat yang sangat mirip dengan Jaemin, dan yang menjadi tersangka adalah anaknya—si bungsu Lee Jeno.
karena seminggu sebelum di temukan mayat itu Jeno dan sahabatnya, Na Jaemin, sempat bermain-main ke sana, entah apa yang di lakukan kedua anak itu di hutan belantara sana. Tapi saat itu Jeno di tahan sementara karena ia satu satunya orang di sana bersama Jaemin.
Jaemin pun pulang dari kampungnya karena mendengar Jeno di tahan karena kasus kematian seorang lelaki berada di dalam hutan yang sempat ia kunjungi bersama Jeno, kemudian Jaemin menjelaskan bahwa ia masih hidup dan mayat itu hanya kebetulan orang yang mirip dengannya.
Lagipula mereka tidak pernah pergi sedalam itu di hutan hanya untuk bermain, mereka juga tahu batasan. Oleh karena itu Jeno akhirnya dibebaskan.
Kasus 2J itu mencuri perhatian banyak orang, banyak wartawan yang mencari-cari mereka berdua. Hingga sebulan lamanya kasus itu teredam sendiri karena munculnya kasus baru.
Sebab itu Seulgi kali ini bermain aman, Ibu ini tak ingin orang yang ia sayang terlibat seperti ini lagi, Seulgi sudah cukup was-was saat Jeno ditangkap, dia tak ingin Jaemin ditangkap lalu di interogasi hanya karena bau busuk di rumah pemuda ini.
Sudah hampir 10 menit mereka mencari keberadaan Jaemin. Namun mereka tidak mendapatkan apa apa selain ruangan kosong dan panas.
Hanya tersisa 1 ruangan yang nampak mencurigakan. Bagaimana tidak, semua ruangan di rumah ini pintunya berwarna putih kecuali pintu ruangan terletak di hadapan mereka ini, Pintu ini berwarna merah dan bau busuk disini semakin kuat.
"Pulanglah, nanti bunda kalian mencari." Seulgi berbalik ke arah anak kembar yang masih setia mengekorinya. Tetapi pemuda di hadapannya menggeleng, menolak perintah Seulgi. Mendapat penolakan, Seulgi hanya bisa terenyum lalu kembali berbalik.
Tangannya terulur untuk memutar kenop, pintu berwarna merah itu dibuka perlahan-lahan namun Seulgi kembali menutupnya. Ia berbalik lalu menarik masing masing lengan Anak kembar itu.
"Ada apa Ibu, apa ada sesuatu di pintu itu?" Hyunjin yang di tarik bertanya, karena Seulgi terlihat panik.
"Ayo kita pulang," Sergahnya dengan nada yang tak ingin dibantah.
"Tapi Jaemin, Apa Jaemin-"
"Tidak Jaemin nampaknya sedang berlibur, kita pulang saja." Seulgi tergesa-gesa menarik kedua teman anaknya untuk pergi dari rumah ini.
Keduanya menurut, mereka keluar dari rumah Jaemin. Lalu menutup pintu itu rapat-rapat. Hyunjin dan Yeji melihat ke arah Seulgi, badannya bergetar hebat, bahkan hampir jatuh jika tak ada Hyunjin yang bantu membopong tubuh.
"Minhyung, Jeno, anakku...." Air mata itu kembali bercucuran dari pelupuk matanya.
Anak kembar itu membantu Seulgi kembali ke rumah. Tetangga melihat mereka dengan tatapan aneh tadi, jadi mau tidak mau mereka harus kembali untuk mecegah kecurigaan warga.
Badan Ibu temannya itu dipeluk oleh Yeji, diusapnya punggung wanita berumur ini, anak itu tidak tega melihat yang tertua menangis tersedu-sedu.
Hyunjin bertanya tanpa suara, sekedar menggoyangkan mulutnya. 'Ibu Kenapa?'
Namun Yeji menggeleng tidak tahu. Mereka hanya bisa berharap semoga semua baik-baik saja.
Semoga...
"Bisakah kalian membantu Ibu mencari Jeno dan kakaknya?" Pinta wanita berumur kepada remaja di hadapannya.
Hwang sulung awalnya ingin mengiyakan, namun ia tiba-tiba menoleh ke arah si Hwang bungsu.
Terlintas lah suruhan bunda mereka untuk segera pulang. Ada hal penting yang ingin dibicarakan secara kekeluargaan, katanya.
Tapi mereka memilih mengabaikan. Ibu Jeno lebih membutuhkan.
Karena mereka pikir 2 tua bangka itu hanya membicarakan tentang masa depan mereka akan bagaimana kedepannya dan apa yang harus mereka pilih masing-masing berdasarkan pilihan orang tua, mau tidak mau.
Mengapa begitu?
Asal usul mereka tidak jelas, Hwang kembar hanyalah sebutan saja, karena mereka berdua memang terlihat sangat mirip. bukan berati benar-benar si anak kembar yang lahir pada rahim yang sama.
Jadi selama ini mereka hidup bergantung pilihan orang tua mereka. Bukan pilihan mereka sendiri. Karena hanya untuk menghormati orang yang sudah rela merawat mereka berdua.
"Ibu coba tenanglah terlebih dahulu. kami akan membantu, tenang saja." Titah Hyunjin sambil sedikit memijat-mijat bahu Seulgi yang terlihat tegang itu.
Karena ingin mempersingkat waktu dan mencegah terjadinya sesuatu yang berkepanjangan, mereka bertiga akhirnya pergi ke suatu tempat yang sudah Minhyung sebutkan.
Rumah Lucas.
================================
Hohoho aku double update 🥸
KAMU SEDANG MEMBACA
Dare || Lee Jeno
FanficSaat itu Jeno terlena dengan permainan populer yang dibawakan temannya, tanpa ia tahu bahwa ia sedang digiring menuju maut. ©violahtte , 2022 ========================================== ❏sᴛᴀʀᴛ: 01 ᴊᴜʟʏ 2022 ❏ᴇɴᴅ: --- -🧸