(3) Mas Lingga

225 51 11
                                    

Rachel itu emang ada turunan Jawa walaupun bahasa Jawanya bener-bener kacau

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rachel itu emang ada turunan Jawa walaupun bahasa Jawanya bener-bener kacau. Begitupun Lingga yang juga punya darah kental dari Jogja bagian Sleman.

Nggak salah kalo mereka lebih fasih pakai 'aku-kamu' meskipun yang lain lebih prefer pakai 'elo-gue'.

Ya kalau ditanya, Lingga pasti bisa bersosialisasi pakai panggilan kayak gitu. Walaupun awalnya kagok dan jatuhnya medok, tapi kini Lingga udah terbiasa dengan teman-temannya di lingkungan baru.

Begitu juga Rachel. Dari kecil dia dibesarkan penuh kasih sayang dan selalu berada di lingkungan yang bersih dan baik. Dia mulai pakai elo gue juga saat dia udah duduk di SMP, itu aja gara-gara sering dengerin Farrel ngobrol sama temennya.

Nggak jarang, kebiasaan Rachel ini jadi bikin banyak orang salah paham. Ngiranya, Rachel sok jaim dan suka sama mereka padahal engga. Ini pure kebiasaan Rachel.

Akhirnya Rachel mulai membaur dan bersosialisasi dengan bahasa gaul seperti yang lain.

. . .

"Woi, itu Rachel lo kan?"

Lingga menoleh ke arah Sean menunjuk, menuju sesosok cewek yang lagi bawa setumpuk buku paket tebal dari kelas. Dia diam sebentar, kemudian berjalan mendekati cewek itu.

"Ba."

Rachel berhenti jalan, melirik ke cowok yang baru aja ngagetin dia dengan suara super datar. Keningnya mengernyit.

"Ngagetin apa gimana?"

"Iya, kaget gak?"

"Gimana kaget, gak ada jiwa gitu!" Lingga aneh banget, Rachel sampe heran.

Lingga ketawa kecil, kemudian mengambil alih setengah tumpukan buku dari tangan kecil Rachel.

"Sini gue bantu,"

"Eh eeeh gak usah! Kak Lingga balik kelas aja sana! Ntar dikira bolos!" seru Rachel menolak. Tapi Lingga keukeuh mau bantuin, ya udah Rachel pasrah aja.

"Bawa banyak gini kok gak bareng temen lho? Badan kecil gini nanti ambruk gimana?"

"Dih! Aku kuat tau! Jangan ngeremehin ya, mentang-mentang lebih tinggi!" seru Rachel sewot. Padahal Lingga sama sekali engga bahas tinggi badan.

Di samping kiri, Sean cuma ngeliatin, kemudian geleng-geleng kepala. Baru jadian aja udah bucin parah.

"Yan duluan aja Yan. Bilang gue lagi mules."

Tuh kan. Ujung-ujungnya Sean yang jadi korban. Huft, emang ya. Ketika orang pacaran lagi ketemu, yang lain setan doang nggak digubris.

"Ck, iya iya."

Sean sempat melirik ke arah Rachel yang meringis ngerasa nggak enak. Dia menghela napas, tepuk bahu Lingga sesaat sebelum akhirnya pergi.

"Bulol."









Berakhir Rachel pergi ke perpustakaan ditemenin Lingga. Canggung asli! Tapi ya gimana, dipaksa gitu. Untung aja sekarang lagi jam kelas jadinya gak banyak yang liat, kecuali anak-anak kelas yang ada di lapangan untuk olahraga.

"Ini gak papa Kak Lingga nemenin aku? Gak dimarahin guru? Sekarang pelajaran apa?" Rachel jadi banyak tanya.

"Gak papa, kan udah bilang tadi aku mules. Lagian seni rupa doang, gak masalah. Kok kamu yang panik sih." kata Lingga, terkekeh geli pada si cewek yang tampak nggak tenang ini.

Rachel mencibir aja, nggak jawab lagi. Kalau Lingga udah ngomong kayak gitu, ya bagian Rachel cuma nurutin aja.

"Oh ya, kak."

"Dalem?"

"Tadi temen-temenku bahas sesuatu. Katanya kalo pacaran, mereka punya panggilan masing-masing." kata Rachel jadi bercerita.

Udah kebiasaan kalau bareng Lingga, Rachel selalu cerita how was her day. Katanya, suatu hubungan itu berhasil ketika mereka berdua terbuka satu sama lain, bukan?

"Terus?" tanya Lingga, masih nggak paham.

"Kita juga bikin gituan yuk!" ajak Rachel mendadak lompat girang di samping Lingga.

Lingga melotot pake banget. Sampe matanya keliatan kayak mau keluar.

"Hah? Biar apa?"

"Ya biar lucu! Mau gak mau gak?"

Lingga mengernyit, kemudian menggeleng yakin.

"Gak usah deh, bukannya 'aku-kamu' udah cukup ya dek?"

"Ya emang, tapi apa salahnya punya panggilan khusus?" ujar Rachel masih membujuk.

Yang lebih tua merunduk, tatap wajah Rachel yang kedip-kedip sok memelas. Lingga mendengus, dia terlalu lemah untuk ini.

"Namanya gak usah lebay lho, biasa aja."

"YEY!"

Rachel berseru, ia lompat-lompat sambil goyangin lengan Lingga semangat.

"Ini lagi kupikirin, Kak Lingga ikut mikir juga lho!"

"Iya iya."

. . .

Lingga berbalik setelah mendengar derap sepatu kecil mendekat. Rachel baru aja selesai mengembalikan buku pinjaman kelas. Dan dia nungguin di depan, karena yang nggak berkepentingan nggak boleh masuk.

"Udah dek? Mau dianter gak ke kelas?" tanya Lingga pada Rachel yang merunduk membetulkan tali sepatu.

Setelah selesai, cewek itu berdiri, mendongak seraya tersenyum simpul.




"Udah, Mas Lingga ke kelas gak papa. Aku sendirian aja."




"................hah?"

Lingga cengo. Nggak bisa berkedip, tatap kosong Rachel yang tersenyum geli, mengangkat sebelas alis bertanya.

"Apa tadi dek?"

"Mas Lingga, aku ke kelas sendiri gak papa kok." ujar Rachel mengulang kalimatnya.

"Tadi manggil apa? 'mas'?"

"Heem, napa?"

"Kok tiba-tiba? Sebelumnya gak manggil kayak gini lho???" tanya Lingga, masih bingung sama panggilan Rachel yang tiba-tiba berubah.


Aneh dengernya. Mana jantungnya langsung jedag jedug gini.


"Ya kan tadi aku bilang panggilan lucu! Kata Mas Lingga gak mau yang lebay kan? Ya udah kupanggil 'mas'! Soalnya kata Ibu, kalo udah punya pasangan, dipanggilnya 'mas' biar lebih menghormati."

"O-oh..."

Liat Lingga yang jadi menggaruk tengkuk, membuat Rachel memicingkan mata.

"Mas Lingga keberatan gak? Kalo gak, aku ganti jadi Kak Lingga lagi."

"Eh eh nggak! Siapa bilang keberatan!?" seru Lingga mendadak ribut, yang nggak lama berdeham menahan diri, "gak kebiasa aja denger kamu manggil gitu. Tapi so far sounds good, gak alay."

Senyum Rachel merekah.

"Yey! Nanti nama kontakmu kuganti ya jadi Mas Lingga."

"Y-ya serahmu mau ngapain! Aku duluan ya? Bokernya kelamaan."

Rachel ketawa, baru teringat tadi pesan Lingga ke Sean tadi apa. Ia mengangguk, dadah-dadah kecil ke arah Lingga yang buru-buru berbalik dan pergi dari sana.

Dalam hati heran, Lingga kok mendadak jadi aneh.






Rachel nggak tau, begitu balik badan, Lingga udah senyum-senyum sendiri sambil megangin dada kirinya.

sun and moon. ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang