Katanya, orang yang kita suka di umur 16 tahun itu akan berpengaruh besar di hidup kita.Padahal di umur 16 tahun, banyak remaja masih labil. Masih suka habisin uang jajan, sok dewasa, sok galau, dan punya perdebatan dengan batin dan akal sendiri.
Lingga di umur 16, masih polos, bersih, dan belum tercemar, dan tenang. Kayaknya, laut biru jadi deskripsi yang cocok untuk cowok bernama Lingga Aditya ini.
Belum mengerti cinta-cintaan. Boro-boro cinta, diajakin bolos aja udah luar biasa bangganya.
Sementara Rachel di umur 16, lagi fase bahagianya. Masa-masa dia mulai menyadari arti eksistensi orang-orang di hidupnya. Seperti Ayah, Ibu, Farrel, teman-temannya.
Dan tentunya Lingga Aditya.
"Mas Lingga, ayo bersyukur sekarang!"
"Buat apa?"
"Buat pertemuan kamu sama aku. Kamu harusnya bersyukur bisa ketemu cewek anggun kayak aku."
"Anggun engga, preman iya, dek."
Ngomongnya sembarangan. Padahal itu cuma akal-akalan Lingga biar bisa liat Rachel manyun, terus marah-marah manja sambil mukul lengannya. Lingga gemes, kayak liat bayi harimau ngambek.
"Mas, jadi orang jangan tsundere banget. Aku seorang cewek ini juga bisa lelah lho mas menghadapi sikap dinginmu ini, hiks."
Itu Rachel yang ngomong. Tiba-tiba menyeletuk ketika mereka jalan berdua ngelewatin trotoar di sore hari, baru pulang sekolah menuju tempat fotokopian. Kelewat random memang, tapi omongan Rachel itu jujur apa adanya.
Lingga cuma geleng-geleng kepala, acak poni Rachel dan merangkulnya dekat.
"Nanti kalo aku jadi sweet, yang jatuh hati bukan cuma kamu doang. Mau?"
"Hehe gak usah, tsundere aja dapetinnya susah banget. Masa mau tanding sama yang lain ha ha ha."
Tanpa Rachel tau, udah jauh hari Lingga bersyukur bahkan berkali-kali. Dia merasa beruntung bisa punya Rachel Aluna di hidupnya, yang mengisi umur 16 tahunnya hingga sekarang.
Lingga masih ingat gimana perjuangannya untuk Rachel.
Di mulai dari rela memandu kelas Rachel sendirian saat Minggu Pengenalan Lingkungan Sekolah, sering ke toilet lewatin kelas Rachel, dan modus minta dikenalin lewat Hans.
Hans udah jadi temen Lingga sejak SMP meskipun beda angkatan. Hans sekelas sama Rachel dan jadi teman dekat cewek itu. Peluangnya besar, jadi Lingga nggak membuang waktu banyak untuk segera mendekati Rachel.
Nggak dikira, ternyata Rachel banyak yang suka. Dia cepat terkenal gara-gara saudaranya, Farrel. Saingan Lingga dari adik kelas jago IT, anak pramuka, anak rohis, sampai anak silat. Gak main-main. Aura seorang Rachel Aluna memang benar-benar sesuatu.
Lingga waktu itu ngerasa menciut, padahal dia udah punya label anak OSIS dan anggota tim futsal sekolah. Kurang apa coba? Kurang percaya diri.
Di balik labelnya yang udah waw itu, Lingga cuma cowok pemalu yang selalu ragu dan khawatir akan pendapat orang. Apalagi dia cuma merhatiin Rachel dari jauh, senyum sekilas kalau ketemu, dan mengobrol singkat ketika Rachel ikut nontonin Hans latihan futsal.
Pas jadian juga nggak direncanakan sama sekali. Intinya, Lingga dan Rachel lagi nungguin hujan reda sore itu. Momennya bagus banget, ada Lingga yang rambutnya setengah basah, dan Rachel yang makan leker.
"Dek, kalo lekernya abis kita pacaran ya."
"Nanti dulu, kalo hujannya kelar baru kujawab ya."
Leker abis, dan hujan reda.
Lingga dan Rachel official saat itu juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
sun and moon. ✔
Fiksi Penggemar"Mas Lingga." "Dalem, dek?" Seperti mentari dan rembulan, Lingga dan Rachel itu bukan satu kombinasi yang cocok, katanya. Tapi mereka membuktikan kalau mereka bisa menjadi couple kakang adhi yang gemesin. 「 au local; lee know & chaewon 」 © short...