pulang bareng

2.5K 117 1
                                    

Saat jam pulang kuliah Rafka sudah menunggu Dara diparkiran, matanya melihat Dara baru saja keluar dari kelasnya tapi kenapa bareng Adit temannya itu.

Rafka sudah bicara dengan Dara untuk tidak dekat dengan lelaki lagi tapi mengapa dirinya mengingkarinya.

"Mau pulang bareng Dar." Tawaran Adit.

"Hmm..." Dara bingung harus jawab apa di sisi lain dirinya tidak boleh berdekatan dengan lelaki lain. Langsung saja Rafka keluar dari mobilnya untuk menemui Dara.

"Dara pulang bareng saya." Tiba saja Rafka muncul membuat Dara terkejut melihat disampingnya.

"Saya nggak nanya bapak." Dara menahan tawanya mendengar ucapan sahabatnya.

"Dara itu pacar saya, saya berhak ikut campur urusannya." Ucap Rafka membuat Adit terkejut mendengar kalimatnya.

"Pacar? Kalian pacaran." Ujar Adit membuat dirinya syok.

"Iya dit." Dara menjawab dengan jujur jika dirinya tidak menjawab bisa-bisa dimarahin oleh Rafka.

"Oh, yasudah tolong dijaga sahabat saya yah Pak. Kalo bapak berani menyakiti Dara saya akan merebutnya." Sebelum pergi menitipkan pesan agar selalu menjaga sahabat kecilnya dengan baik, setelah itu pergi meninggalkan mereka berdua.

"Itu semua tidak akan pernah terjadi." Peringatan Rafka untuk mahasiswanya.

"Sabar, Pak. Ini ujian." Dara mengusap bahu dosennya agar menenangkan dirinya.

"Ujian-ujian kamu pikir sekolah apa?" Omel Rafka.

"Sabar, nanti cepat tua Pak." Ledek Dara.

"Enak saja, saya masih muda tahu." Emosi Rafka.

"Bapak nggak nyadar diri, umur udah tua juga Pak." Sindir Dara membuat Rafka lebih emosi lagi.

"Apa kamu bilang." Rafka mendekati Dara sampai membuat dirinya mundur mentok dimobilnya.

"Eh, enggak Pak." Dara jadi takut padahal ia hanya bercanda saja.

"Tadi apa saya nggak salah dengar kalo umur saya udah tua." Tangan Rafka menyentuh kaca jendela mobil miliknya lalu mendekati wajahnya belum sempat semakin dekat Dara mendorong tubuh dosennya agar tidak terjadi apa-apa.

"Pak, sudah sore. Apa nggak mau pulang Pak." Rafka menjauhkan dirinya dari tubuh Dara. Rafka masuk ke dalam mobilnya ia melihat Dara masih berada diluar mobil, lalu membuka kaca mobilnya.

"Kamu nggak mau pulang?" Tanya Rafka.

"Eh, iya pak." Dara menjadi salah tingkah akibat perlakuan dosennya terhadap dirinya tadi.

"Buruan masuk, atau saya tinggal." Perintah Rafka, Dara segera masuk ke dalam mobilnya dari pada dirinya ditinggalkan.

"Iya Pak, sabar sebentar." Rafka menjalankan mobilnya untuk mengantarkan Dara terlebih dahulu.

"Ehemm"

"Ehemm" Dehem Rafka tidak ada sahutan darinya.

"Apa?" Dara menjawabnya dengan menatap sinis ke arah samping.

"Kalo diluar kampus jangan panggil saya Bapak."

"Kenapa?" Dara menatap heran mengapa dirinya tidak diperbolehkan memanggil bapak.

"Kamu itu sekarang pacar saya dan saya bukan bapakmu." Jelas Rafka masih mengendarai mobil miliknya.

"Baru juga pacar."

"Siapa suruh mintanya pacaran, bukannya saya sudah mengajak kamu menikah tapi kamu malah lebih memilih Pacaran." Rafka menatap raut wajah Dara dengan tatapan datar.

"Saya bukannya nggak mau nikah sama bapak, tapi saya mau fokus kuliah dulu."

"Iya, saya paham. Bukannya kuliah bisa sambil nikah kan?" Balik tanya lagi sampai Dara mau menikah dengannya.

"Kalo sudah menikah itu pasti sibuk ngurusin suami, pekerjaan rumah apa lagi kalo udah punya anak nambah sibuk. Nggak ada waktu lagi buat main bareng teman-teman, saya ingin menyenangkan masa muda saya dulu.

"Setelah itu kamu menikah dengan abangmu gitu atau sahabat kecil mu itu." Rafka takut jika mereka berdua putus hubungannya Dara akan menikah dengan lelaki lain. Banyak yang bilang kalo pacaran ujung-ujungnya bakal putus mangkanya ia jadi takut hal itu.

"Bapak kok bawa-bawa mereka berdua sih."

"Siapa tahu aja kan, saya nggak akan biarin kamu menikah dengan lelaki lain." Ancam Rafka.

"Bapak kok maksa, jodoh itu ditangan Tuhan nggak ada yang tahu Pak. Saya juga nggak tahu kalo Bapak jodoh saya atau bukan." Tiba-tiba saja Rafka rem mendadak membuat Dara hampir saja tersungkur.

Jlebb

"Bapak kalo mau rem bilang-bilang donk, kalo saya kenapa-kenapa gimana." Emosi Dara membuat dirinya jengkel setengah mati apa dia nggak mikir kalo dia lagi bawa anak orang taruhannya nyawa.

"Sekali lagi kamu panggil saya Bapak, saya ngga akan segan-segan menghukum kamu." Tubuh Rafka terangkat mendekati wajah Dara sampai hidungnya bersentuhan, Dara mencoba mendorong tubuhnya tapi tidak bisa karena terlalu kuat.


"P--pp-paak" Rafka mencium bibir ranum milik Dara belum sempat berbicara Rafka membukam mulut Dara agar tidak berbicara.

"Huftt...." Dara berhasil mendorong tubuh dosennya setelah itu ia menarik nafasnya karena sudah kehabisan nafas ulah Rafka.

"Kamu sudah tahu kan akibatnya." Tegur Rafka dengan nada dingin kembali menjalankan mobilnya, Dara hanya terdiam sedari tadi tidak ada percakapan didalam mobil ini.

Dara hanya memandang tatapan keluar jendela mobil, hatinya pun ikut sakit mengapa dosennya mencium dirinya tiba-tiba.

"Ehemm..." Dehem Rafka.

"Ehmmm..." Sekali lagi, tetap saja tidak ada jawaban dari Dara.

"Dar" panggil Rafka.

"Dar, kamu ini kenapa sih. Dari tadi diam saja." Rafka heran mengapa Dara hanya diam saja, Rafka mencoba menyentuh tangan Dara tapi dia menghindarinya.

"Dar, kamu itu kenapa?"tanya Rafka sekali lagi sembari menyentuh bahu Dara tapi menghindarinya.

"Jangan sentuh-sentuh saya." Tolak Dara tidak mau disentuh oleh dosennya.

"Kamu kenapa? Apa ada yang salah sama saya." Rafka memandang wajah Dara yang kelihatan sedih, dia heran kenapa Dara diam saja apa dirinya sudah melakukan kesalahan terhadapnya.

"Bapak yang seharusnya saya tanya begitu, kenapa bapak melakukan itu kepada saya." Dara menatap Rafka dengan tatapan tidak suka karena menurutnya ini pelecehan terhadap maha siswinya.

"Melakukan apa? Saya tidak melakukan apa-apa sama kamu, Saya hanya memberi kamu hukuman itu saja." Jelas Rafka, apa hanya memberi hukum? Sama saja melakukan pelecehan terhadap mahasiswinya.

"Memberi hukuman tidak harus melakukan itu kan, bapak bisa memberi saya pelajaran apapun itu tanpa harus melakukan itu. Asal bapak tahu ciuman itu hanya untuk suami saya nanti saja." Dara tidak mau jika First Kiss itu untuk orang lain Dia hanya ingin yang mendapatkan itu hanya suaminya saja bukan orang lain.

"Saya juga kan calon suami kamu." Tegur Rafka.

"Bapak itu masih Pacar bukan suami." emosi Dara.

"Kemarin saya ajak kamu menikah malah enggak mau kan." Sindir Rafka

Jlebb

"Tau ah' bapak emang selalu enggak mau kalah." Dara kembali memandang kaca jendela mobil ia sangat kezel kepada dosennya yang tidak mau kalah, kenapa tidak mengalah saja sama perempuan.

"Yah bagus donk, sekali-kali jangan hanya perempuan saja yang mau menang sendiri." Rafka kembali fokus mengendarai mobilnya.

my lecturer my husbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang