"Emm... Lu ada hubungan apa dengan Pak Rafka." Tanya Risa.
"Apa sih kalian, gue sama Dia hanya sebatas dosen dan Mahasiswa kok." Jelas Dara pura-pura bohong agar mulut mereka tidak ember menyebar soal hubungan mereka berdua.
"Kalo emang lu enggak ada hubungan sama Pak Rafka kenapa lu berangkat bareng." Tisa tidak percaya jika sahabatnya tidak mempunyai hubungan apa-apa dengan dosennya itu. Dara tipe orang yang enggak mau dekat-dekat sama cowok yah walaupun kelakuannya kayak cowok.
"Atau jangan-jangan lu pacaran sama Pak Rafka yah." Tuduh Tika bola matanya menatap Dara dalam apakah yang dikatakan dirinya benar atau kah tidak.
"Apa sih, lu kok nuduh gue pacaran sama dia sih, jelas-jelas gue enggak suka sama dia." Tegas Dara.
Tanpa mereka sadari Rafka sudah berada didepan pintu kelasnya, Ia mendengar ucapan Dara jika Dia tidak menyukai dirinya.
Hatinya sakit apakah benar jika Dara memang tidak menyukai dirinya atau kah Dara menerima pacaran hanya karena kasihan.
Rafka tidak mau memikirkan hal itu lebih baik Ia fokus mengajar terlebih dahulu urusan itu nanti saja bisa dibicarakan berdua dengan Dara.
Rafka memasuki kelasnya, wajah dingin dan datarnya membuat kelas menjadi tegang entah takut atau memang terpesona dengannya.
"Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh." Suara tegas itu membuat semua kelas menjadi tegang.
"Wa'alaikumussalam Warahmatullahi Wabarakatuh" sorak anak-anak.
Dara pun kembali duduk di kursinya, Rafka menatap wajah Dara dengan datar. Dihatinya masih bertanya-tanya mengapa kekasihnya itu mengatakan tidak menyukai dirinya. Apa alasannya menerima sebagai kekasihnya?
"Kumpulkan tugas kemarin." Perintah Rafka.
"Astaga gue lupa."
"Kenapa lu Dar." Tanya Risa melihat Dara seperti sedang kebingungan.
"Gue lupa belum ngerjain tugas itu." Bisik Dara pelan-pelan dan bodohnya sahabat laknatnya malah teriak-teriak.
"Apa? Lu belum ngerjain tugas Dar." Teriak Risa membuat Rafka menoleh ke arah mereka berdua.
"Anjir, kenapa lu pake teriak-teriak segala sih." Langsung saja Dara menutupi mulut sahabat yang ember ini, menatap dosennya dengan cengiran tanpa merasa bersalah.
"Yang belum mengumpulkan tugas siapa?" Tanya Rafka kepada mahasiswanya.
"Dara, Pak." Sebut Risa
"Wahaha, dasar si Risa mulut ember." Ledek Tika menahan tawanya ada-ada saja kelakuan sahabatnya itu.
"Ris, lu kenapa nyebut nama gue sih." Emosi Dara ingin sekali menggeplak sahabatnya yang polos ini enggak bisa diajak berbicara.
"Kamu lagi? Kenapa tidak mengerjakan tugas?" tegur Rafka menengok ke arah Dara yang hanya terdiam saja.
"Bukannya kemarin Bapak nyuruh saya keluar dari kelas kan?" Sahut Dara.
"Masih aja ngelawan, kalo ada orang bicara itu didengar bukan dilawan." tegas Rafka, semua mahasiswa diruangan ini tidak percaya jika dosennya semarah ini.
"Lah bukannya dia yang nanya duluan, kenapa gue yang disalahin sih." Batin Dara mengucap sabar menghadapi dosennya.
Yang mereka tahu bukannya tadi dosennya akrab dengan Dara mengapa sekarang malah marah-marah. Jadi bingung dengan sikap dosennya.
"Kenapa diam? Saya bicara sama kamu." Tegas Rafka.
"Serba salah Mulu deh, ngomong salah diam juga salah. Dia maunya apa sih?" Batin Dara.
"Mampus dah lu Dar." Sahabatnya menertawakan Dara diam-diam. Mereka paling suka jika sahabatnya menderita wkwkk.
"Kan Bapak yang nyuruh saya diam." Protes Dara.
"Lebih baik kamu keluar." Perintah Rafka, sedangkan Dara masih saja diam.
"T-ttapi Pak."
"Keluar atau saya seret kamu untuk keluar." Lagi-lagi Rafka mengancam dirinya. Lagi pula Dara sudah bosen diruangan ini kena marah Mulu dengan dosennya.
"Maaf Pak." Menundukkan kepalanya lalu berlalang pergi meninggalkan ruangan ini.
Dari pada menunggu di luar kelas lebih baik pergi ke kantin untuk makan, tadi pagi Dara belum sempat makan karena kekasihnya sudah keburu jemput.
"Wah sepi, enak banget serasa dirumah." Gumam Dara senyum-senyum sendiri melihat kantin tampak sepi mungkin semua mahasiswa sudah masuk ke ruangannya masing-masing.
"Bu, saya pesan bakso 1 sama minumnya es Lemon." Panggil Dara.
"Siap neng," ibu kantin segera membuatkan pesannya sambil mengobrol dengan Dara.
"enggak masuk kuliah Neng?" Tanya ibu kantin mengapa mahasiswa tidak masuk kelas apakah libur pikirnya.
"Enggak, Bu."
"Kenapa Neng, libur?"
"Enggak libur, saya diusir sama dosen dikelas." Jelas Dara.
"Loh diusir kenapa?"
"Saya nggak ngerjain tugas Bu."
"Lain kali harus rajin Neng, biaya kuliah disini tuh mahal loh. Anak ibu juga mau kuliah disini tapi belum ada biayanya." Curhat ibu kantin.
"Ya, Allah. Kenapa gue nggak bersyukur banget yah, padahal orang tua gue keluar uang banyak-banyak tapi anaknya malah males." Batin Dara merasa kurang bersyukur punya orang tua yang sudah kaya.
"Kenapa melamun neng?"
"E-eh iya Bu, saya hanya merasa bersalah kepada orang tua saya yang sudah membiayai kuliah saya mahal-mahal tapi malah malas-malasan." Ucap Dara.
"Mangkanya Neng harus Rajin jangan males lagi sayang kalo berhenti kuliah nantinya, Kasihan juga orang tua neng. Udah capek-capek nyari uangnya." Pesan ibu kantin.
"Iya Bu, makasih."
"Ini Neng, pesanannya." Ibu kantin mendekati Dara menaruh pesanan itu diatas meja kantinnya.
"Makasih Bu." Ucap terima kasih Dara.
"Sama-sama Neng, selamat makan." Ibu kantin menjawabnya dengan tersenyum.
Adit baru saja keluar dari masjid selesai sholat Dhuha, matanya fokus melihat Data sedang makan sendirian dikantin.
Adit pun mendekati Dara kesempatan untuk mendekatinya lagi, siapa tahu Dara kecantol dengan dirinya sebelum jalur kuning melengkung Adit masih ada kesempatan untuk mengambil Dara dari dosennya.
"Dorr" Adit mengagetkan Dara dari belakang menepuk pundaknya pelan.
"Astaga, lu ngagetin gue aja deh." Balas Dara untung saja tidak tersedak kuah bakso kalo itu terjadi pun Ia akan menyalahkan sahabatnya.
"Sendirian aja nih." Sapa Adit duduk disebelahnya yang tersedia kursi kosong dikantin ini.
"Iya, habisnya gue bete diluar kelas Mulu." Tegur Dara melahap bakso di mangkoknya sambil meminum es Lemon yang dipesan tadi.
"Kenapa, bolos lagi?" Tanya Adit, tidak biasanya sahabatnya itu bolos dari kuliahnya. Saat waktu SMK pun Dara belum pernah bolos mengapa Sekarang Ia jadi selalu bolos kuliahnya.
"Gue diusir sama dosen killer tuh." Jawab Dara masih memakan Baksonya.
"Diusir kenapa? Pasti lu yang salah yah." Adit menoel pipi Dara pelan.
"Enak aja, dia yang salah masa gue diusir cuma gara-gara nggak ngerjain tugas yang kemarin, bukannya kemarin gue diusir kan sama dia gimana mau ngerjain juga." Dara menceritakan semuanya jika dirinya juga tidak selalu salah.
"Siapa dosen Lu? Apa Pak Rafka lagi." Kata Adit mengerutkan keningnya.
"Iya, siapa lagi kalo bukan dia. Emangnya ada dosen killer selain dia." Ucap Dara.
"Bukannya dia calon suami lu yah, kenapa kalian berdua suka berantem terus?" Lagi-lagi Adit menanyakan hubungan mereka berdua.
KAMU SEDANG MEMBACA
my lecturer my husband
RomanceWarning !!! Dilarang memcopy paste cerita saya ini murni karangan saya! Jangan lupa follow Biar selalu ada Notification ketika update !! hargai karya orang. "Saya bukannya nggak mau nikah sama bapak, tapi saya mau fokus kuliah dulu." "Iya, saya pah...