07

370 85 25
                                    

Di sisi lain, Jinsoul masih sendirian di pinggir Sungai Han. Menatap Jembatan yang pernah "hampir" merenggut nyawanya itu.

Satu hal yang membuat dia teringat di malam itu,

Perempuan yang menyelamatkannya.

Jinsoul bisa gila, dia sangat berhutang budi padanya. Dia sangat ingin bertemu dengannya.

Tapi dia kehilangan jejak.

"Siapa sih.."

Jinsoul mengacak rambutnya kasar, seperti orang frustasi.

"Kenapa waktu itu gue gak tanya namanya, bego."



"Soul?"



Sang empunya nama menoleh ke arah sumber suara tersebut.

"Sooyoung?"

Jinsoul panik bukan main, bagaimana bisa Sooyoung tau dia berada disini?

"Lo gue cariin kemana-mana, kenapa sih lo?" Terlihat raut wajah tidak suka dari wajah Sooyoung, membuat Jinsoul sedikit takut.

"E-eh.. itu.."

"Jung Jinsoul."





Jinsoul terdiam kaku setelah Sooyoung memanggil nama lengkapnya. Dia tertunduk.

"Soul.."

Melihat Jinsoul yang bergemetar, Sooyoung memegang kedua pundaknya. Memijitnya pelan untuk memberikannya kekuatan.

"Gapapa?" Tanyanya sambil berusaha melihat wajah Jinsoul.


Gapapa katanya.


"Iya, gue gapapa kok. Kenapa?" Jinsoul memberanikan dirinya untuk menatap wajah orang yang dia cintainya itu.

Sooyoung menatapnya bingung. Mustahil sahabatnya itu tidak apa-apa.







Mungkin ini saatnya nyelesain semuanya.

Batin Jinsoul.














"Soul gue tau lo kenapa-napa, sini ceri—"

"Gue suka sama lo."











"Hah?"











"Gue suka sama lo, Sooyoung. Lebih dari itu. Gue sayang sama lo." Jawab Jinsoul dengan penuh keberanian.





Entah Jinsoul harus menaruh mukanya dimana sekarang. Malu, sangat malu.


"Ya.. Gue juga sayang sama lo?" Jawab Sooyoung ragu.

"Sayangnya kita beda. Lo, sayang gue sebagai sahabat. Gue, sayang lo sebagai perempuan."



Sooyoung terkejut dengan pernyataan Jinsoul. Jadi perkiraan Jungeun selama ini benar?

Dia merutuki pikirannya sendiri, bagaimana bisa dia tidak menyadari hal besar seperti ini?




"Soul.."

"Sooyoung, kayanya sampe disini aja ya kita sahabatan? Gue gak mau nyakitin lo, dan gue juga gak mau lo nantinya bakal menyakiti gue. Maaf."






Dengan langkah lesunya, Jinsoul meninggalkan Sooyoung sendirian.

Dan entah mengapa, dia tidak menangis.













Karena level tertinggi kesedihan adalah tidak sanggup lagi untuk menangis, bukan?














__________















Setahun telah berlalu.

Jika kalian berharap Sooyoung dan Jinsoul berbaikan, kalian salah.

Mereka saling menjauh, seperti orang yang tidak dikenal.











"Kak, ini udah setahun loh."

"Ya terus kenapa dah, Eun?"

"Masa lo mendem perasaan lo sampe setahun? Mana mental tentara lo."

Jujur, Jungeun kesal. Kenapa Sooyoung selalu mengulur-ngulur waktunya?

Kini seperti biasanya, Sooyoung dan Jungeun sedang bertemu di cafe dekat sekolahnya. Kebiasaan yang dari setahun yang lalu tidak pernah berubah.

Jungeun lebih kesal karena dia merasa Sooyoung seperti menggantung Jiwoo.

"Gue gak gantung Jiwoo. Dia yang ngegantung gue." Jawab Sooyoung seolah-olah bisa membaca pikiran.

"Tapi lo harus nyatain secepatnya dong, gue greget banget sumpah."

"Gue tuh masih bingung sama perasaan Jiwoo. Keliatan suka gue iya, enggak juga iya. Kaya setengah-setengah gitu loh." Sooyoung frustasi. Permasalahan cinta saja membuatnya pusing.

Jungeun menghela nafasnya dan memutar bola matanya malas.

Dan teringat satu hal secara tiba-tiba.

"Eh kak-kak."

"Apa?"

"Sahabat lo yang setahun lalu lo ceritain itu gimana kabarnya? Kok lo gak kasih tau gue sih yang mana orangnya."

Sooyoung seketika terdiam mendengar pertanyaan Jungeun.

"Ah itu.." Sooyoung menggaruk kepalanya.

Jungeun menatap Sooyoung serius untuk menyimaknya.

"Gue.. udah jarang ngobrol sih sama dia. Gue gak enak, Eun. Gue jahat banget sama dia." Sooyoung sangat sedih.

Jujur, dia sangat merindukan Jinsoul. Dulu, harinya penuh dengan Jinsoul di sampingnya dan itu membuatnya sangat bahagia. Sedangkan sekarang, dia merasakan kehampaan setelah Jinsoul tidak bersamanya lagi.

"Oalah gitu. Semangat ya kak." Jungeun menepuk pundak Sooyoung untuk menyemangatinya.

Sooyoung tersenyum. Setidaknya dia masih punya Jungeun yang mau mendengarkan ceritanya.

"Oh iya, besok kan MOS anak angkatan baru tuh. Lo dateng ke sekolah gak?" Tanya Sooyoung kepada Jungeun.

"Ah males dah, lagian pas anak angkatan baru MOS kita kan gak ngapa-ngapain."

"Ya lo mah enak kelas 11, gue kelas udah 12 harus wajib dateng. Dateng ajalah Eun temenin gue." Pinta Sooyoung.

"Ogah ah kak! Enak di rumah aja bobo."

"Jungeun.." Sooyoung memegang pundak Jungeun dan menggoyang-goyangkannya. Seperti anak kecil yang rewel.

Jungeun pun kesal dan akhirnya mengangguk. Sooyoung pun bersorak gembira.

"Yes! Gue tunggu di taman belakang lapangan basket ya, pengen nobar angkatan baru hehehe. Gue cabut pulang!" Sooyoung segera mengemasi barangnya dan meninggalkan Jungeun.

"KURANG AJAR KENAPA GUE DITINGGAL HOI." Teriak Jungeun sambil mengejar Sooyoung yang berada di luar cafe sekarang.






To be continued.

Hai.. :D

confusing love; [lipsoul, chuuves]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang