12

286 70 4
                                    

"Pak, beli odengnya 4 tusuk ya!"

Sooyoung dan Jinsoul berada di tempat jual odeng langganan mereka sekarang. Tempat mereka sering bersama dulu.

"Loh, Sooyoung Jinsoul? Akhirnya kesini. Udah lama kalian gak kesini." Sahut bapak penjual odeng tersebut.

Mereka berdua hanya tertawa, masih menggenggam tangan satu sama lain sambil menunggu.

"Kangen banget, Soul."

"Gue juga, kangen banget."

Sambil memakan odengnya, mereka berdua bernostalgia masa lalu mereka.

"Inget gak sih Soo, lo dulu kesandung batu terus nyungsep ke got? HAHAHA." Tawa Jinsoul meledak.

"HAHAHA iya, muka gue langsung item semua kaya gosong."

Di sela tertawaannya, hati Sooyoung menghangat. Melihat Jinsoul yang kembali tertawa lepas seperti dulu. Sooyoung sangat merindukannya.

"Soul..?" Sahut Sooyoung memotong tertawaan mereka.

"Iya?"

Sooyoung menghela nafasnya kuat-kuat, berusaha tidak ragu untuk berbicara hal sangat penting ini.

"Mungkin.. Kita bisa coba?" Lanjutnya.

"Coba apa?" Tanya Jinsoul.

"Itu.."

"Apa?"

"Itu loh.."

"Pacaran?"

Muka Sooyoung memerah, menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Entah apa yang harus dia lakukan setelah ini.

Jinsoul terkekeh pelan. Dia mengelus rambut Sooyoung dengan lembut.

"Enggak usah, Soo."

Sooyoung menaikan alisnya bingung. Bukankah Jinsoul menyukainya? Kenapa dia menolaknya?

"Kenapa..?"

"Gue gak mau kalo lo cuma kasian sama gue. Gue tau hati lo buat Jiwoo."

"Ah.." Sooyoung yang mendengar itu berasa tertampar. Dia merasa jahat sekali pada Jinsoul. Kenapa tidak terpikirkan olehnya?

"Gapapa Sooyoung, gue seneng banget lo masih mikirin perasaan gue. Makasih banyak ya." Jawabnya lagi sambil tersenyum.

"Gue udah ikhlas, gue udah gapapa. Kejar Jiwoo ya? Apa yang udah lo kejar harus lo lanjutin."

Ah, rasanya Sooyoung menjadi orang paling jahat di muka bumi ini.

"Maaf, Soul." Balas Sooyoung lirih sambil menunduk.

"Gak usah minta maaf. Lo ga salah."

Satu hal yang Sooyoung dapatkan dari kejadian ini: hatinya bimbang.

Bimbang memilih antara sahabat yang telah bersamanya dalam waktu yang lama atau orang baru yang telah membuatnya jatuh cinta sangat dalam.








__________









Setelah berhasil menemukan Jinsoul, Jungeun segera menjalankan motornya dan menancapkan gasnya menuju sekolah.

Satu orang yang ada dipikirannya sekarang, Jiwoo.

Jungeun tau, hari ini Jiwoo akan pulang bersama Sooyoung. Tetapi seperti yang kalian ketahui, Sooyoung sedang menyelesaikan masalahnya dengan Jinsoul sekarang.

"Semoga dia belom pulang deh." Gumam Jungeun selama perjalanan.

Setelah sampai di sekolah, Jungeun memarkirkan motornya dan mengambil dua helm yang sudah dia siapkan untuk berjaga-jaga bila ada temannya yang ingin menebengnya.

"Udah jam 6 tapi Jiwoo belom muncul? Udah pulang?"

Tapi feeling Jungeun berkata bahwa Jiwoo masih berada di sekolah.

Dan setelah perdebatan dengan batinnya, Jungeun memutuskan untuk menunggu Jiwoo.

Di sisi lain, Jiwoo masih mengutak-atik laptopnya untuk mengerjakan tugas osisnya. Baginya, jabatan sekretaris sangatlah sulit namun dia berusaha menikmatinya.

Dia juga dipercaya oleh Jinsoul, ketua osis yang sudah dia anggap seperti kakaknya sendiri.

Sebenarnya dia bisa mengerjakannya di rumah, tapi dia ada janji dengan Sooyoung untuk pulang bersama. Dia tidak mau mengingkari janji itu.

Hingga akhirnya jam menunjukkan pukul 7, Jiwoo segera merapikan barang-barangnya dan berlari menuju lobby. Sedikit takut karena sekolah sudah sangat sepi.

"Duh Kak Sooyoung belom dateng juga ya?" Jiwoo khawatir.

Syukurlah setelah sampai lobby, dia melihat sahabatnya yang menunggunya dengan senyuman menghangatkan.

"Jiwoo." Panggil Jungeun.

"Apa, Jungeun?"

"Kok baru pulang?" Tanya Jungeun.

"Biasalah, osis." Jawab Jiwoo.

"Bukannya osis udah selesai dari jam 5 tadi?" Selidik Jungeun.

Kok dia tau? Batin Jiwoo.

"Uhm.. Ya gitu deh." Jawab Jiwoo bingung.

Jungeun menghela nafasnya.

"Bilang kek, kalau Kak Sooyoung gabisa jemput lo."

Jungeun menyerahkan helm bawaannya kepada Jiwoo. Dia tahu, bahwa Jiwoo menunggu Sooyoung selama dua jam lamanya.

Jiwoo tersenyum senang. Dia menerima dengan senang hati helmnya lalu memakainya.

"Thanks, Jungeun!" Jiwoo segera memeluk sahabatnya itu.

"Lo tuh ya, kalo gaada yang jemput bilang gue kenapa." Jungeun segera menaiki motornya dan menepuk jok belakang pertanda Jiwoo naik.

"Ya maaf, gue ga mau ngerepotin lo." Jawab Jiwoo sambil naik motornya.

"Lagian gue gak tau kalo Kak Sooyoung gabisa jemput, dia gak ada kabar." Lanjutnya.

Jungeun menghela nafasnya pelan.

"Gue gamau lo kenapa-napa, bocil."

"Bocal bocil bocal bocil, gini-gini yang nolongin lo dulu juga gue."

"Iya ampun master Taekwondo."

Jungeun dan Jiwoo tertawa bersama. Kemudian Jungeun menjalankan motornya kearah pulang.

Layaknya sahabat seperti biasa, di sepanjang jalan mereka bercanda bersama. Jungeun dengan jokes super duper recehnya dan Jiwoo yang selalu tertawa melihat Jungeun.




Kalau dipikir-pikir, Jungeun rela sekali menunggu Jiwoo hari ini.




Jiwoo tersenyum melihat Jungeun dari belakang. Kemudian dia memeluknya.

"Eh apa nih? Tumben peluk-peluk." Tanya Jungeun.

"Gapapa, pengen aja. Makasih ya, Jungeun." Jiwoo menyandarkan kepalanya di punggung Jungeun, kemudian menikmati jalannya malam.






To be continued.

confusing love; [lipsoul, chuuves]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang