Chapter 13

153 12 0
                                    

Happy Reading!
________________________

Sakura menatap benci sosok di depannya—tidak, siluman yang menolongnya waktu itu. Jemarinya mengepal erat hingga buku-buku jarinya memutih.

"Aku tidak bisa terus begini," ucapnya geram, kerutan di dahinya semakin dalam seiring emosi yang bergejolak di dalam dirinya.

Sasuke mendengus, tersenyum sinis. "Kau sudah kalah. Mau apa lagi, huh?" katanya remeh, matanya yang dingin seolah tak memberikan ruang bagi Sakura untuk melawan.

"Tapi tidak seperti ini juga!" Sakura membanting pedang di tangannya, rasa frustrasi memancar dari sorot matanya.

Sasuke mengambil kembali pedang itu dengan sikap tenang yang nyaris mengintimidasi. "Padahal kau sendiri yang mengatakannya dengan mulutmu," balasnya datar, namun ada tatapan tajam di matanya yang memperhatikan gerak-gerik Sakura.

"Bukan seperti ini!" desis Sakura, merasakan dentuman amarah memanas di dadanya. "Tsk, sial... kenapa nasibku bisa semalang ini?" gumamnya, memalingkan wajahnya dari tatapan Sasuke.

Sasuke menghentikan langkahnya, menatap Sakura dengan pandangan yang sulit terbaca, berusaha menahan dorongan dalam dirinya untuk bertindak lebih jauh. Dia harus menahannya, demi menguak kebenaran di balik masalah yang ada sebelum penyegelan itu terjadi.

"Kau setidaknya ingin membalas dendam pada ibumu, kan?" ucapan Sasuke tajam, menusuk langsung ke dalam benak Sakura. Kalimat itu membuat Sakura tanpa sadar menghunuskan pedangnya, amarahnya meledak tanpa bisa ia kendalikan.

Sasuke menatap mata hijaunya yang penuh emosi, tanpa sedikit pun gentar. Lagipula, ia sendiri sudah pernah merasakan hal yang sama di masa lalu—emosi yang nyaris tak tertahankan, yang seakan mampu membakar segala hal di hadapannya.

Kilatan ingatan itu menghempasnya kembali ke hari di mana semua bermula...

Sasuke saat itu langsung menemui Sakura karena ia tahu, hal itu lebih penting dari sekadar urusan dengan Hiashi dan Toneri. Ia mendekati Sakura yang berdiri dengan rambut merah mudanya terhembus angin. Wanita itu berbalik, wajahnya penuh kebencian dan mata yang bersinar karena dendam.

Sakura mencengkeram senjatanya erat, lalu, tanpa peringatan, menyerang Sasuke dengan kekuatan yang mencerminkan kebenciannya.

Tidak peduli dengan sekitarnya, Sakura hanya ingin satu hal—membalas dendam pada Sasuke, apa pun yang terjadi.

Trang...!

.

.

Bruk!

Haah...

Pertarungan itu berakhir dengan kekalahan Sakura. Senjatanya tak tersisa, hancur lebur karena beradu dengan pedang hitam milik Sasuke.

Kembali ke saat ini, Sakura tengah membersihkan senjata Sasuke di gudangnya. Ia melakukannya tanpa minat, namun Sasuke, dengan senyum tipis yang nyaris angkuh, membiarkannya memilih senjata baru di antara koleksinya sebagai ganti pedangnya yang hancur.

"Hm... Kau cocok dengan senjata jarak dekat, ya," Sasuke berkomentar sambil ikut memilih-milih senjata untuk Sakura. Namun, wanita itu mengabaikan ucapannya, matanya tak menunjukkan tanda-tanda antusiasme. Ia hanya menghela napas, mencoba menahan amarah yang terus bergejolak.

Sakura ragu-ragu. Di satu sisi, ia benci pada Sasuke, tetapi di sisi lain, ia tak bisa menghilangkan kecurigaannya bahwa yang menghancurkan rumahnya bukanlah pria di hadapannya ini. Ia tahu Sasuke tak pernah berniat membunuhnya sejak awal.

Sejak tadi, ia mencari celah untuk mencelakai Sasuke, namun semua usahanya gagal. Ini adalah wilayah kekuasaan pria itu—setiap langkahnya terpantau, dan ia sadar tak ada jalan keluar untuk sekarang.

Slice of Life [Sasusaku]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang