televisi di ruang tamu changbin menyala menampilkan siaran badminton. namun, aku tidak bisa fokus menontonnya. saat ini, aku sedang memijat punggung calvin yang katanya sakit seperti hampir mau patah. lebay memang. padahal aku yakin, dia hanya tidak ingin membiarkanku fokus melihat markus dan kevin yang sedang bertanding di lapangan.
"kanan dikit- kebawah- nah nah disitu. aduh, jangan kenceng-kenceng, anjir. ini badan gue bukan samsak tinju."
"ck." aku mendecak keras, "suruh siapa minta pijetin pas gue mau nonton badminton," ujarku kesal.
calvin seakan menulikan telinganya dan malah berusaha menutup mataku agar tak melihat ke arah tv.
"apasih, cal?" protesku lagi, kali ini sembari menyudahi pijatan di punggung calvin karena aku perlu gunakan kedua tangan untuk menyingkirkan telapak tangan calvin dari wajahku.
"udah punya cowok malah ngeliatin cowok lain," cibir calvin seraya berbalik, yang tadinya duduk dengan posisi 75° menjadi sepenuhnya menghadap ke arahku.
"apa?!" seruku galak.
"dih, galak."
"emang."
"pantes, gak ada yang mau sama lo."
"lah, itu lo mau!"
"terpaksa! nggak ada yang lain."
"kemarin ada sienta!"
"lah, ogah gue sama dia."
"dasar aneh!"
"dasar galak!"
"putusin aja kalo galak."
"ya jangan ...."
"kenapa?!" aku menatapnya galak.
"belum ada gantinya." calvin mencicit.
aku sontak tertawa mendengar jawabannya membuat dia balas menatapku kesal dan bangkit dari sofa. aku masih tertawa seraya mengikuti sosok calvin sampai hilang di balik pintu kamar mandi. sungguh, aku tak habis pikir dengan jawabannya yang entah kelewat jujur atau hanya candaan semata itu. yang jelas, aku senang mendengarnya.
"dasar, calvin," kekehku sebelum kembali fokus menikmati tayangan badminton di layar datar televisi.
sepuluh menit nyaris terlewati. namun calvin belum juga keluar dari kamar mandi membuatku jadi curiga. baru saja aku berniat untuk meneriakinya, bertanya sedang apa dia di sana, suara bel yang tiba-tiba berbunyi menginterupsi niatku. aku tidak langsung bangkit dari sofa, tapi terlebih dulu menunggu bel kedua berbunyi. karena takutnya, aku hanya salah dengar.
TING!
suara bel kembali berbunyi. aku akhirnya tergerak bangkit dari sofa, karena calvin yang sedang berada di kamar mandi dan turut mendengar bel berbunyi, meneriakiku, meminta tolong, agar aku menerima siapapun yang datang ke apartemennya malam ini.
aku enteng saja melangkah menuju pintu. paling hanya anak eska. ketujuh pemuda itu, semuanya suka sekali mengganggu quality time-ku dan calvin dengan cara mengunjungi apartemen calvin di hari-hari libur seperti sekarang ini.
"hai!"
dahiku berkerut bingung ketika bukannya laki-laki, aku malah menemukan seorang perempuan di balik pintu apartemen yang baru saja kubuka
"iya, cari siapa, ya?" tanyaku bingung.
"calvinnya ada?" dia balas bertanya. menyebut nama calvin dengan wajah bingung samar yang tertutup antusias luar biasa.
aku diam dan tak langsung menjawab. otakku lebih dulu memindai perempuan di hadapanku, berusaha untuk mencari tahu siapakah dirinya dengan pengetahuanku tentang calvin yang terbatas.
wajah cantik dengan mata sipit dan kulit putih bersih sedikit mirip orang korea. dengan tinggi rata rata perempuan dan rambut panjang bergelombang yang ditata sedemikian rupa hingga mampu membingkai memberi kesan anggun yang menawan. perempuan itu memakai baju dan barang-barang ber-merk ternama. dalam sekali lihat, aku langsung tahu jika calvin dan perempuan di hadapanku ini ada dalam kasta sosial yang sama. tidak sepertiku. dan jujur, itu membuatku menjadi sedikit tidak nyaman.
habiskan lima belas detik mengamati, aku belum berhasil dapatkan jawaban yang kuingin. pun belum mampu menjawab pertanyaan perempuan asing itu. namun, calvin yang sudah keluar dari kamar mandi dan heran karena aku tidak segera menyuruh tamunya untuk masuk, lebih dahulu datang menghampiri dan berdiri di sebelahku, membuatku, dan mungkin juga perempuan itu, merasa sedikit terkejut.
"siapa, nay, yang da--"
"calvin!"
hingga kemudian, seruan itu meluncur mulus menembus gendang telingaku, dan memotong pertanyaan calvin. sedang yang berseru sepertinya lupa, jika aku masih berdiri di ambang pintu. karena tanpa aba-aba, perempuan itu langsung menerobos masuk untuk memeluk calvin yang kini wajahnya penuh raut terkejut, sama sepertiku yang terkejut karena calvin tidak menolak dan malah membiarkan gadis itu memeluknya. tanpa mempedulikan eksistensiku yang hanya bisa bergeming di tempatku berdiri, sebab terlalu terkejut mengetahui calvin tega membiarkanku tenggelam dalam ribuan pertanyaan yang dia pun tahu, tak akan pernah berani aku suarakan.
****
note :
kalian pura pura ga liat
chapter ini aja dah
KAMU SEDANG MEMBACA
lets (not) fall in love. ✔ (SUDAH DITERBITKAN)
Fanfictionft seo changbin. [sudah tersedia di shopee dan tokopedia] pacaran tanpa jatuh cinta? emang bisa? AU ; lowercase 2020, seobarbie. eskalokal.