dingin.
hanya itu satu-satunya hal yang aku rasakan selama berada di dalam mobil calvin. dingin yang tercipta bukanlah karena ac yang dinyalakan terlalu tinggi. bukan juga karena gerimis mulai turun membasahi jalanan yang kami lewati. melainkan karena setelah berkilo-kilometer jauhnya kami menempuh perjalanan menuju ke rumah kosku, calvin masih juga diam. tidak terlihat ingin mengeluarkan suara walau hanya sekedar deheman pendek pemecah hening.
aku sendiri yang mengisi kursi penumpang di samping calvin, juga masih tidak berani bersuara karena dia bahkan tidak menurunkan sedikitipun aura dominasinya hingga membuatku merasa takut walau hanya untuk sekedar menghela helaan nafas yang akan mengeluarkan suara 'puh' pelan akibat dari udara yang terdorong cepat melewati celah sempit di antara dua bibir.
pada akhirnya aku harus puas duduk diam di kursiku. menyandarkan punggung pada sandaran seraya memandangi deretan toko-toko yang tutup dan jalanan juga pohon-pohon yang basah terkena tetesan air langit.
aku memejamkan mata. berusaha untuk tidak memikirkan semua perubahan mendadak seorang calvin antares yang terasa sangat aneh dan asing. namun tentu saja itu percuma. meski kelopak mataku terpejam erat, pikiranku masih melayang-layang berusaha menyelesaikan teka-teki tentang segala sikap calvin yang berubah.
karena jujur, aku tidak ingat dia pernah melakukan ini sebelumnya. marah karena alasan yang tak jelas, astaga, aku bahkan tidak mengerti dimana letak kesalahanku hingga calvin harus mendiamkanku seperti ini.
apa ini semua karena aku meladeni ajakan mengobrol yang ditawarkan arjuna?
atau karena aku berniat memberikan nomor teleponku padanya?
namun jika dua hal tadi memang benar-benar alasannya, untuk apa calvin perlu merasa marah dan tidak suka melihatku berinteraksi dengan cowok selain dirinya? untuk apa?
ah, aku harusnya tidak perlu memikirkan ini terlalu keras. tetapi tidak bisa. semakin aku berusaha keras mengenyahkan rasa penasaran ini, aku hanya semakin ingin tahu. karena entah mengapa, sebagian dari diriku mengkhawatirkan hal ini. sebagian dari diriku merasa tidak senang jika hubunganku dan calvin menjadi dingin seperti ini. sebagian dari diriku merasa tidak rela harus kehilangan kehangatan calvin secepat ini. sebagian dari diriku, masih membutuhkan juga menginginkannya.
dan aku bahkan tidak bisa menyangkal semua itu, walau separuh dari diriku yang lain juga masih berusaha keras menolaknya.
setelah menempuh perjalanan yang tidak membutuhkan waktu lama, mobil yang dikendarai calvin berhenti tepat di depan kosku. namun, aku tidak berniat untuk segera pamit karena aku ingin bicara. atau lebih tepatnya, kami butuh bicara.
menghabiskan hampir satu menit untuk berpikir sejenak, aku akhirnya memberanikan diri menarik nafas panjang sebelum kemudian meletakkan telapak tanganku pada punggung tangan calvin yang berada di atas rem tangan, meminta atensinya agar rela diberikan kepadaku seluruhnya.
calvin terkesiap pelan. mungkin terkejut karena tidak menyangka aku akan melakukan itu. dia refleks menoleh. memberikan pandangan bertanya, yang masih juga terasa dingin, padaku, membuatku semakin merasa bersalah.
sejujurnya, aku memang termasuk tipe orang yang tidak bisa melihat orang yang kukenal marah kepadaku. rasanya tidak nyaman karena aku harus terus dihantui rasa bersalah hingga aku mengerti apa salahku dan mendapatkan maaf dari mereka.
dan itu, berlaku juga bagi calvin.
aku benar-benar harus mendapat maafnya atau malam ini aku tidak akan bisa tenang dan terus-terusan merasa gelisah karena memikirkan dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
lets (not) fall in love. ✔ (SUDAH DITERBITKAN)
Fanfictionft seo changbin. [sudah tersedia di shopee dan tokopedia] pacaran tanpa jatuh cinta? emang bisa? AU ; lowercase 2020, seobarbie. eskalokal.