12

6 1 0
                                    

"Hei apa kamu menangis ?" Kara memperhatikanku. Aku hanya menggelengkan kepala sebagai jawabannya.
"Sekarang apa, kamu akan menuntut dan melaporkannya kan?"
"Tidak, dengan sendirinya pasti akan ada banyak korban yang speak up. Tuntut-an untuknya pasti akan berat" dibawah sana Brian sudah di amankan. Entah dibawa kemana
"Tapi bagaimana jika kamu hamil?" Aku tertawa geli mendengarnya
"Pfftt hamil? Hahahaha Brian itu lelaki lemah. Kualitas spermanya tidak cukup kuat di dalam rahimku, bahkan jika harus berkali kali di- "
Plak!
Aku memelototi Kara, berani sekali memukul kepala ku
"Heh hamil bukan main main, aku serius ga!!"
"Aku juga serius ra. Kamu tidak perlu khawatir, aku tidak akan hamil." Aku memilih turun, sekolah tidak akan berjalan lancar hari ini
"Kalau begitu ayo ikut aku" Kara mengajak aku pergi keluar sekolah
"Kemana?" Aku menahannya, aku lapar ingin makan dan aku ingin ke kantin
---

"Kita ke psikolog"
"Ha? HAHAHAHA"
Edga malah tertawa. Apa yang lucu coba?
"Kamu pasti shock, ayo kesana. Aku jamin tidak akan menakutkan, aku sendiri yang akan menemanimu" aku coba meyakinkan Edga, aku tidak mau Edga salah faham dengan maksudku
"Aku tahu kamu khawatir, tapi aku tahu diriku sendiri. Bagaimana mengatasi khawatirku, biar aku saja. Tapi jika kamu masih khawatir, mau kah kamu membantuku lagi?"
Aku agak cemas dengan permintaanya, tahu sendirikan Edga seperti apa
"Iya silahkan, jika bisa aku akan bantu"
"Jadi sahabatku"
"..."
Nahh kan dia aneh. Tangannya menjulur menunggu jabatan tanganku. Kita memang baru masuk sekolah 4 bulan yang lalu, tapi ini belum 1 minggu aku berteman dengannya
"Aku rasa mentalmu benar benar harus ditangani deh"
"Oke jadi sahabatku" dan seenaknya ia menjabat tanganku.
"Ayoo aku lapar" dan aku digiringnya, lagi.

----
Setelah makan di luar Edga memilih pulang kerumahnya. Meski Kara sempat menahannya karena khawatir, Edga tetap kukuh ingin pulang. Alasannya orang tua Edga pasti akan menanyakan keadaannya. Padahal, Edga tidak punya orang tua.

Disini Edga berdiri. Tempat yang hanya Edga sendiri bisa kunjungi dan dunia luar tidak tahu, danau pribadinya.  Di hadapan Edga berdiri terdapat danau yang sangat jernih, dasarnya terlihat biru kehijau hijauan, sangat cantik. Pohon hijau yang rindang ada dimana mana mengelilingi danau, burung berterbangan di atas pohon, benar benar alami.

Edga duduk dipinggir danau, ia memeluk dirinya sangat rapat seolah olah ia ketakutan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Edga duduk dipinggir danau, ia memeluk dirinya sangat rapat seolah olah ia ketakutan. Bahunya sedikit bergetar. Dan mungkin karena alam sekitarnya tahu Edga sedang dalam kondisi yang tidak baik, mawar mawar yang entah dari mana datangnya terbang dan secara apik menghiasi Edga.

Membuat Edga mengangkat kepalanya, ia tersenyum

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Membuat Edga mengangkat kepalanya, ia tersenyum. Benar, disini ia  merasa di mengerti. Setelah beberapa saat, Edga beranjak berdiri, ia melangkahkan kakinya masuk kedalam danau, merendam dirinya. Edga memakai dress berwarna putih sangat cantik menyatu dengan warna danau, rambutnya yang panjang tergerai mengikuti arus air.
Didalam danau, mata Edga terpejam, tangannya merapal erat.
"Aku menemukannya tapi aku juga kehilangannya"  batin Edga.
Matanya yang berwarna abu abu terbuka, melihat suasana di bawah air. Secantik apapun isi danau, air mata Edga yang menyatu dengan air tidak pernah berhenti, Edga menangis.
Dan dengan perlahan tubuh Edga melayang di atas air.

Suasana di danau ini sangat indah untuk bertamasya, atau sekedar membuang waktu dengan melihat pemandangan disekitar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suasana di danau ini sangat indah untuk bertamasya, atau sekedar membuang waktu dengan melihat pemandangan disekitar. Tapi tidak dengan Edga. Tubuhnya yang melayang tidak menghentikan tangisnya
"Jika memang alur ku begini aku akan lakukan, tapi jangan biarkan Kara pergi dariku, kumohon" suaranya begitu lirih.

"Tidak apa harus kehilangan, tapi jangan ambil kekuatanku" lagi Edga bersuara.

Sampai Edga mengambil satu gerakan cepat. Menenggelamkan dirinya dalam. Benar benar tenggelam sampai dasar. Bahkan dari atas danau, bayangan Edga hilang. Entah tenggelam atau pergi, Edga akan segera kembali----

-End-













Haiiiii akhirnyaa tamattt yaa. Aku sendiri kurang percaya diri apakah endingnya cukup memuaskan atau tidak, karena rencananya akan aku buat season 2 :') sebenarnya cerita ini nanggung banget, mulai dari latar belakang Edga dan Kara, nasib dari Brian, bahkan bagaimana keadaan setelah ini. Aku minta saran teman teman, mungkin ada yang harus dipertimbangkan dari jalan cerita, Ending atau hal hal lain yang menurut kalian penting atau kurang kalian memgerti. Terimakasih yang sudah membaca, jangan lupa vote dan komentar tentang cerita ini yaa ^^🖤🖤🖤🖤

The RoomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang