Epilog: To The Bone

39 5 0
                                        

1 Tahun Kemudian

"Maaf ya, sudah merepotkan? Saya sebenarnya masih bertanya-tanya, apakah ini keputusan yang tepat membiarkan Bibi bersama kalian, dan ikut menetap di Bangka juga. Tapi... keinginannya begitu kuat. Dan pikir saya—mungkin beliau cuma nggak mau menyesal untuk kedua kali, mengingat usia mereka yang sudah tua dan kesempatan satu-satunya untuk menebus momen yang telah hilang, adalah bersama seperti sekarang atau memanfaatkan waktu yang masih ada."

Melirik Seoyeon, gadis yang lebih muda tersenyum kecil.

Lanjut berjalan ditepi pantai, parasnya yang lembut kelihatan jauh lebih indah, ketika dia dan kulit putihnya bermandikan sinar mentari sore.

Apa lagi, tiupan angin laut yang membuat surainya berayun-ayun. 'Cantik!' —Seoyeon terpesona sekali hanya dengan matapnya saja.

"Sama sekali nggak merepotkan. Saya justru senang dengan kehadiran bibi dikeluarga kami. Karena dengan begitu, bunda punya alasan lain untuk tersenyum, dan semangat besar menjalani hidup. Terutama... ditengah kondisi kesehatannya yang kian nggak stabil di hari tua. Jadi walaupun agak berat untuk menerima hubungan mereka, tapi selama itu membuat bunda senang, saya bisa mencoba untuk mengerti dan menerimanya perlahan-lahan."

"Ya, saya mengerti yang kamu rasakan. Itu agak... asing, bukan? Saya sendiri butuh waktu lumayan lama untuk mencerna apa yang terjadi. Meski kalau udah dengar cerita mereka sedari awal,  sebenarnya nggak aneh juga. Mereka hanya... Segelintir orang yang menemukan rumah atau tempat nyaman untuk berbagi, tanpa berpikir itu siapa, dan bagaimana mereka sendiri."

"Hmm. Seperti apa yang kamu jelaskan."

Riak air bergerak damai, dan keduanya menghentikan langkah, begitu ombak menyapu kaki dengan suhunya yang hangat kuku.

"Woah, nggak heran Bibi selalu bilang beliau ingin kembali ke tempat ini. Lihat saja keindahannya, apa ini surga?"

Seoyeon berdecak kagum. Kedua lengannya terbuka untuk merasakan udara segar yang menyambut mereka begitu sejuk. Memancing kekehan tawa si gadis muda yang lebih sibuk bermain air—sambil sesekali menoleh kebelakang, ke sebuah bangku yang menghadap laut.

Menyaksikan bagaimana Jieqiong bersandar nyaman ke pundak Chaeyeon, ketika wanita bermarga Jung tanpa keberatan memeluknya hangat; Menatapnya lama dalam lamunan, sembari mengelus rambutnya sayang.

Manis, tapi itu terasa asing.

Tapi mungkin pelan-pelan... suatu saat, Nakyung akan dapat menerimanya penuh, dan mendukung apa yang mereka perjuangkan.

Pikasquirtle, 2024-03-08

Home (1963) • ChaeKyul • GxGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang