BAGIAN 6

106 9 0
                                    

Pada satu kesempatan Pendekar Rajawali Sakti mencelat ke atas, hendak melewati kepalan Siluman Pemburu Perawan dengan tubuh berputaran.
Namun tanpa disangka, Siluman Pemburu Perawan melesatkan tubuhnya tepat ketika Rangga berada di atas kepala. Saat itu juga, dilepaskannya satu hantaman keras.
Desss...!
"Aaakh...!" Pendekar Rajawali Sakti menjerit kesakitan dengan tubuh terlempar agak jauh. Begitu jatuh di tanah, dari mulutnya terlihat darah menetes pelan. Perlahan-lahan Rangga merangkak bangkit sambil meringis menahan sakit.
"Yeaaa...!"
Baru saja menjejak tanah, Siluman Pemburu Perawan yang menyadari kalau Pendekar Rajawali Sakti terluka karena pukulannya, kembali melompat. Agaknya dia bermaksud menghabisi Rangga saat itu juga.
"Celaka...!" desis Rangga dalam hati. Dalam keadaan demikian, bagi Pendekar Rajawali Sakti agaknya sulit untuk berbuat banyak. Maka dengan cepat tangannya bergerak ke punggung. Lalu....
Sriiing!
Secepat kilat Pendekar Rajawali Sakti meloloskan Pedang Pusaka Rajawali Sakti yang langsung memancarkan sinar biru berkilau.
Wuttt...!
Siluman Pemburu Perawan terkesiap ketika Pendekar Rajawali Sakti mengebutkan pedangnya. Saat itu juga serangannya diurungkan. Tubuhnya langsung bergulingan di tanah, lalu kembali melenting bangkit. Dan sebelum Pendekar Rajawali Sakti melakukan serangan, laki-laki bertampang seram ini sudah kembali meluruk dengan sambaran-sambaran tangannya yang kokoh.
"Uts!" Rangga cepat mengegoskan tubuhnya ke kanan. Namun di luar dugaan, pada saat itu kaki kanan Siluman Pemburu Perawan menerjang ke dada. Dengan sebisanya, Pendekar Rajawali Sakti mengayunkan pedangnya ke kaki.
Wuttt...!
Namun Siluman Pemburu Perawan tanpa sengaja malah berusaha menangkis dengan tangan kiri. Dan....
Desss...!
Crasss...!
"Aaakh...!"
"Aaakh...!"
Terdengar dua pekikan saling susul. Pedang Pendekar Rajawali Sakti tepat menebas pergelangan tangan kiri Siluman Pemburu Perawan sampai putus. Sementara kaki laki-laki bertampang seram itu bersarang telak di dada Rangga.
Pendekar Rajawali Sakti merasa isi dadanya bagai mau pecah menerima hantaman yang keras bukan main. Sebaliknya Siluman Pemburu Perawan hanya merasakan sakit akibat tangan yang putus. Tapi luka itu panas menyengat, bergerak cepat menjalar ke jantung.
"Uhh...!" Dengan langkah limbung, Siluman Pemburu Perawan buru-buru menotok pergelangan tangannya yang buntung agar darah yang mengalir terhenti.
Tuk! Tuk!
Kemudian buru-buru laki-laki ini berkelebat meninggalkan tempat itu, setelah melirik sekilas pada Pendekar Rajawali Sakti.
Sementara itu, wajah Rangga kelihatan pucat. Darah tampak meleleh terus dari mulutnya. Namun begitu, dia berusaha bersikap tegar dengan tetap berdiri tegak berdiri. Pedangnya masih tergenggam erat di tangan.
Kalau saja Siluman Pemburu Perawan tahu keadaannya saat itu, mungkin tidak akan buru-buru pergi. Karena Pendekar Rajawali Sakti saat ini memang memaksakan diri bersikap tegar, agar lawannya masih memandang tinggi padanya. Kalau keadaannya terlihat kepayahan, Siluman Pemburu Perawan tentu akan menghabisinya saat ini juga.
"Pmuufhh...! Hoaakh...!"
Sepeninggal Siluman Pemburu Perawan, Pendekar Rajawali Sakti menyemburkan darah kental yang sejak tadi ditahan di mulutnya. Isi perutnya secepat kilat naik ke atas. Dan kembali pemuda itu menyemburkan darah kental kehitam-hitaman.
"Ohh...!" Tubuh Pendekar Rajawali Sakti limbung, lalu ambruk seperti tak bertenaga. Pandangannya ber-kunang-kunang, ketika mencoba bangkit mendekati kudanya.
"Dewa Bayu! Coba ke sini, Sobat..!" panggil Pendekar Rajawali Sakti lirih.
Dewa Bayu meringkik halus, lalu mendengus kasar seperti menciumi wajah majikannya. Beberapa kali dia meringkik halus, seperti hendak menyatakan kesedihan atas penderitaan yang dialami majikannya.
Pendekar Rajawali Sakti berusaha naik ke pelana kuda. Sementara tenaganya sudah terlalu sangat lemah sekali. Dan dadanya terasa nyeri kalau bergerak terlalu banyak. Namun akhirnya dia mengikat pergelangan tangan pada tali kekang kuda.
"Dewa Bayu.... Bawa aku pergi dari tempat ini. Cari tempat aman," ujar Rangga lirih.
"Hieee...!" Kuda hitam itu kembali meringkik halus, dan mulai membawa majikannya perlahan-lahan meninggalkan tempat ini.
Untuk beberapa saat Pendekar Rajawali Sakti masih mampu bertahan dan berusaha mengerjap-ngerjapkan pandangannya yang kabur. Tapi semakin lama terasa semakin gelap. Dan pada akhirnya, semua kelihatan gelap. Pendengarannya pun tuli. Alam sekitarnya hening!

177. Pendekar Rajawali Sakti : Siluman Pemburu PerawanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang