1

15 4 6
                                    

Hari ini adalah awal masuk sekolah di tahun 2020. Senang rasanya bisa kembali menjalankan hari-hari yang sulit, penuh kejutan, dan tantangan.

“Aku berangkat mah, assalammu’alaikum.”  ucapku seraya menyalimi wanita berumur hampir setengah abad itu. Kalau kalian tanya mengapa aku tidak meminta uang saku, jawabannya tentu saja tidak. Karena, mama penganut ekonomi garis bengkok. Perlu digarisbawahi, itu bukan karena mama pelit, tapi memang beliau sangat memilah-milih apa saja yang menjadi prioritas pengeluaran keluarga.

Sesampainya di sekolah, aku sudah dihadapkan dengan jajaran guru yang sedang melaksanakan tugas piket nya. Di keadaan ini pula, banyak murid terutama kaum perempuan yang menjadi sasaran empuk guru BK. Entah karena kedapatan memakai liptint, lipbalm, dan sejenisnya yang jelas sangat bertentangan dengan aturan sekolah.

Lolos dari penjagaan guru piket, kini ku berdiri di depan ruang kelas XI MIPA 9. Awal tahun pelajaran, aku memang sangat keberatan karena berada di urutan kelas yang paling ujung. Namun, bukan berarti aku harus menyerah di situasi ini. Aku tetap percaya dengan pepatah yang mengatakan, “Emas ditaruh lumpur sekalipun, akan tetap menjadi emas”. Setidaknya itu yang menjadi dorongan untuk aku tetap maju.

Keadaan ruang kelas cukup berdebu. Mungkin karena lama tidak ditinggali oleh semua penghuni nya. Ku ambil kemoceng yang tergantung di dinding sudut kelas dan selembar kanebo basah. Lalu melangkah kembali ke tempat duduk.

“Kerjasama yang baik. Sudah bersih.” ucapku dalam hati. Tak lupa juga, aku mengusap usap meja kayu kesayanganku dan memeluknya. Gila memang. Ya, terkadang manusia membutuhkan itu. Tanpa ku sadari, seseorang tengah memerhatikan tingkah ku.

“Se, sehat?”

Aku membeku akan suara yang tidak asing itu, seperti kenal. Namun apa benar dia? Tanpa ku sadari ujung bibirku mengulas senyum.

"Ah ya, aku sehat, kamu?" Sialan. Kenapa aku harus gugup hanya karena dua kata yang sama sekali tidak ada manisnya? Apa karena dia yang ku anggap berbeda?

"I'm fine. Kangen juga ya dengan suasana sekolah. Waktu liburanku sangat membosankan. Papa mama ada dinas di luar kota. Dan seperti yang kamu tahu, adikku pasti ikut mereka." Ujarnya bercerita

"Kenapa kamu tidak ikut aja? At least, bisa mengisi waktu walau hanya bermain dengan adikmu." Tanyaku penasaran. Karena yang ku tahu, dia salah satu yang sangat suka berpergian.

"Aku mau menghabiskan waktu dengan opa dan oma. Tapi, sayang sekali oma jatuh sakit."

"Such a bad news! Semoga oma cepat pulih kembali ya." Ucapku sambil mengusap pundaknya. Berharap dapat membantu sedikit kekhwatiran nya. Karena apa yang bisa seorang teman berikan, selain dukungan?





To be continued.
Hope u like it, guys☺️
Maaf kalau aku update dalam waktu yang agak lama, karena masih mengurusi untuk persiapan kuliah. Secepatnya aku akan update terus yaaa..

When Oceana heals ocean (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang