BAGIAN 8

100 9 0
                                    

Sejak kematian Lima Golok Setan, Pendekar Rajawali Sakti sudah menduga kalau Iblis Berambut Panjang akan datang. Makanya, Rangga segera mempersiapkan segala sesuatunya dan menjaga keamanan di Desa Kayu Asem.
Seperti malam ini, penjagaan di desa itu dilipat gandahan. Bahkan Rangga sendiri perlu turun tangan untuk mengatur penjagaan. Namun seketat-ketatnya penjagaan, tetap saja...
"Aaa...!" Malam yang pekat ini pecah oleh jeritan seseorang dari arah utara Desa Kayu Asem. Pendekar Rajawali Sakti yang berada di selatan tersentak kaget. Cepat tubuhnya berkelebat ke utara, dengan ilmu meringankan tubuh yang sangat tinggi.
Ki Jarot, Nyai Girah yang menyertai Pendekar Rajawali Sakti, tertinggal jauh di belakang Rangga. Jelas ilmu meringankan tubuh mereka masih di bawah Pendekar Rajawali Sakti. Begitu tiba, mereka langsung disambut Ki Gandara yang bertugas mengatur penjagaan di utara.
"Dia Iblis Rambut Panjang!" tunjuk Ki Gandara langsung. Yang ditunjuk Ki Gandara adalah seorang laki-laki tua bertubuh sedang. Pakaiannya serba hitam dengan rambut panjang berwarna putih. Begitu panjang rambut itu, hingga sampai menyentuh tanah.
"Kau yakin?" tanya Nyi Girah.
Ki Gandara tak menyahut, tapi mengangguk.
"Celaka! Orang itu berbahaya sekali!" cetus Ki Baluran yang juga menemani Ki Gandara di tempat ini.
"Apa kau sanggup menghadapinya, Rangga?" tanya Ki Pajang benada ragu. Dia baru saja tiba di tempat ini.
"Mudah-mudahan saja...," sahut Ki Baluran tak yakin.
"Pendekar Rajawali Sakti bukanlah nama kosong. Beliau pendekar hebat di zaman ini!" puji Ki Jarot untuk membangkitkan semangat mereka yang mulai ketar-ketir.
Sementara itu, Rangga mulai melangkah perlahan-lahan mendekati sosok laki-laki yang memiliki sorot mata berkilau bagai mata kucing dalam gelap. Tidak dihiraukannya segala ocehan para sesepuh desa itu. Karena dia maklum, meski mereka memiliki ilmu silat hebat, namun tidak termasuk dalam daftar tokoh-tokoh tingkat atas di dunia persilatan. Wajar saja kalau mereka kebat-kebit melihat kemunculan datuk sesat yang bergelar Iblis Rambut Panjang ini.
Pendekar Rajawali Sakti berhenti ketika jarak mereka terpaut kurang lebih tujuh langkah. Dalam jarak itu, dia bisa melihat betapa wajah Iblis Rambut Panjang garang dan penuh kebencian.
"Kisanak! Siapakah kau? Apa maksudmu membunuh mereka?" tanya Rangga seraya melirik kearah beberapa mayat yang bergelimpangan. Mayat para penjaga keamanan, korban keberingasan Iblis Rambut Panjang.
"Siapa yang membunuh murid-muridku?!" bentak Iblis Rambut Panjang tak mempedulikan pertanyaan Rangga.
"Siapa murid-muridmu?!" balas Rangga membentak. Dan dia tak mau lagi berbasa-basi.
"Lima Golok Setan!"
"O, mereka kini tengah bersenang-senang di neraka sana," sahut Rangga enteng.
"Setan! Jangan sembarangan bicara! Atau, kupatahkan lehermu! Katakan padaku, siapa yang membunuh mereka?! Kalau tidak, maka seluruh desa ini akan kuratakan bersama semua penghuninya!" hardik laki-laki berambut panjang itu mengancam.
"Aku yang membunuh mereka."
"Kau? Hhh...!" Iblis Rambut Panjang menggeram buas. Dan tiba-tiba saja tubuhnya meluruk secepat kilat ke arah Pendekar Rajawali Sakti.
"Heaaarkh...!"
Tapi yang dihadapi Iblis Rambut Panjang bukanlah seorang pemuda yang baru belajar ilmu silat sejurus atau dua jurus. Pendekar Rajawali Sakti seketika mencelat ke atas sambil berputaran di udara. Namun tokoh sesat itu mengejarnya sambil berteriak dahsyat laksana seekor harimau terluka.
"Heaaarkh...!"
Setiap serangan Iblis Rambut Panjang terasa diikuti desir angin kencang yang menunjukkan betapa hebatnya tingkat tenaga dalamnya. Rangga bukannya tidak menyadari hal itu. Untuk tidak membahayakan orang lain, maka dengan sengaja tubuhnya berkelebat menjauh, mencari tempat yang lebih leluasa. Agak jauh dari kerumunan serta jauh pula dari pemukiman.
"Jangan lari kau, Keparat!" bentak Iblis Rambut Panjang geram dengan suara mengguntur.
"Jangan khawatir Sobat. Aku tidak akan ke mana-mana. Bukankah urusan kita belum selesai?" sahut Pendekar Rajawali Sakti begitu menemukan lapangan luas. Tubuhnya membuat putaran, lalu mendarat kokoh di tanah.
"Yeaaa...!" Iblis Rambut Panjang tidak mempedulikan ocehan pemuda itu. Seketika tubuhnya kembali meluruk, melepaskan serangan bertubi-tubi.
"Uts!" Sejauh itu Rangga masih berusaha menghindar dengan menggunakan jurus 'Sembilan Langkah Ajaib'. Tubuhnya meliuk-liuk indah bagai orang mabuk. Sambil bergerak, dia berusaha mengamati setiap pola serangan dan jurus-jurus yang dilancarkan Iblis Rambut Panjang.
"Hm, jurus-jurusnya tidak berbeda dengan Lima Golok Setan," gumam Rangga di hati.
"Hanya saja dia menang tenaga dalam dan ilmu meringankan tubuh. Tidak mengherankan, karena dia guru mereka."
Setelah menaksir-naksir kekuatan tenaga Iblis Rambut Panjang, maka Rangga mulai menjajalnya. Segera ditangkisnya tendangan tokoh sesat itu yang menyodok ke perut.
Plak!
Begitu terjadi benturan, Iblis Rambut Panjang melanjutkan serangan dengan tendangan kaki yang satu lagi ke wajah. Cepat Rangga mencelat keatas dengan jurus 'Sayap Rajawali Membelah Mega'. Dan tiba-tiba, tubuhnya meluruk cepat sebelum Iblis Rambut Panjang siap menyerang. Kali ini dikerahkannya jurus 'Rajawali Menukik Menyambar Mangsa'. Kedua kakinya terjulur kokoh ke arah punggung, dan....
Desss!
"Akh!" Kedua kaki Pendekar Rajawali Sakti telak menghantam punggung, membuat Iblis Rambut Panjang terhuyung-huyung ke depan sambil mengeluh kesakitan.
"Kurang ajar! Huh!" Iblis Rambut Panjang menggeram buas seraya berbalik. Kedua tangannya cepat disilangkan. Sehingga perlahan-lahan sebatas siku terlihat berubah kemerah-merahan.
"Yeaaa...!" Dengan membentak garang, Iblis Rambut Panjang kembali melesat menyerang.
"Hm!" Rangga bergumam pelan. Agaknya Iblis Rambut Panjang mulai mengerahkan salah satu kesaktiannya. Disadari kalau saja kedua tangan tokoh sesat itu bersentuhan dengannya, mungkin akan berakibat parah. Maka Rangga harus berhati-hati menghindari setiap serangan. Kini Rangga lebih banyak berlompatan ke sana kemari.
"Hiih!"
Wuk! Bet!
Dua sodokan berturut-turut dari Iblis Rambut Panjang mengancam dada dan perut Rangga. Namun Pendekar Rajawali Sakti cepat mengegoskan tubuh, sehingga serangan-serangan itu hanya mengenai tempat kosong. Iblis Rambut Panjang menyambung serangan dengan sabetan sebelah kaki ke arah batok kepala.
"Hup!" Secepat kilat Rangga menjatuhkan diri kebelakang. Dan ketika Iblis Rambut Panjang mengejar, tubuhnya telah bangkit. Seketika dia melesat cepat bagai kilat sambil menghantam ke lambung dan dada.
Duk! Begkh!
"Aaakh...!" Iblis Rambut Panjang menjerit kesakitan dan terjungkal ke belakang. Meski begitu dia sempat berjumpalitan, namun segera tegak berdiri dengan sedikit sempoyongan. Wajahnya berkerut. Geram bercampur rasa sakit.
"Huh! Aku akan mengadu nyawa denganmu, Keparat!" desis Iblis Rambut Panjang garang.
Kedua tangan tokoh sesat itu menyilang didada. Kemudian dibuatnya gerakan-gerakan aneh. Lalu tiba-tiba saja, sebelah telapak tangannya dihantamkan kearah Pendekar Rajawali Sakti, yang sejak tadi telah mendarat di tanah.
"Yeaaa...!" Selarik cahaya hijau kekuning-kuningan melesat laksana kilat ke arah Rangga.
Pendekar Rajawali Sakti terkejut. Buru-buru dia menjatuhkan diri. Pukulan itu pernah dilihatnya ketika Lima Golok Setan yang menggunakannya. Tapi kali ini lebih hebat dan tenaganya pun lebih kuat. Sehingga angin serangannya terdengar berkesiutan.
Brasss...!
Beberapa batang pohon roboh seperti dilanda hujan petir, ketika pukulan jarak jauh itu terus meluruk.
"Huh!" Melihat serangan pertamanya gagal, Iblis Rambut Panjang bersiap akan melepaskan pukulan kedua. Sementara Pendekar Rajawali Sakti telah bangkit berdiri kembali.
"Hm.... Pukulannya itu tidak bisa dibuat main-main!" gumam Rangga seraya mengangkat tangannya kearah punggung. Lalu....
Sring!
"Hei?!" Begitu Pendekar Rajawali Sakti mencabut pedang pusakanya, seketika di sekitarnya terang oleh warna biru yang terpancar dari batang pedang. Pamor Pedang Pusaka Rajawali Sakti ternyata juga membuat kaget semua orang yang menyaksikan pertarungan.
"Iblis dari mana pun adanya kau, mari kita lanjutkan pertarungan ini!" seru Pendekar Rajawali Sakti dingin. Wajah Pendekar Rajawali Sakti yang diterangi cahaya biru dari batang pedang itu terlihat penuh perbawa. Begitu jantan namun menggetarkan.
Iblis Rambut Panjang bukannya tidak menyadari keperkasaan pemuda di depannya. Hanya saja dia baru menyadari kalau pemuda itu tak bisa dipandang enteng seperti yang dianggapnya semula.
"Aji 'Sawer Wisa'! Heaaa...!" Iblis Rambut Panjang membentak garang. Telapak tangan kirinya langsung dihentakkan. Seketika cahaya hijau kekuning-kuningan dari aji 'Sawer Wisa' meluruk bergemuruh dahsyat seperti hendak meremukkan tubuh Pendekar Rajawali Sakti.
Pada saat yang sama, Pendekar Rajawali Sakti telah menggosok mata pedangnya dengan tangan kiri. Begitu sinar biru telah berkumpul di telapak tangannya, pedangnya cepat kembali dimasukkan dalam warangka. Sejenak Rangga membuat gerakan ke kiri dan ke kanan, dengan kuda-kuda kokoh. Lalu....
"Aji 'Cakra Buana Sukma'!" teriak Rangga sambil menghentakkan kedua tangannya yang terselimut cahaya biru sebesar kepala bayi.
Wuuut!
Seketika dari telapak tangan Pendekar Rajawali Sakti melesat cahaya biru yang meliuk-liuk menyambar cahaya hijau kekuning-kuningan. Dan....
Glarrr...!
"Aaa...!"
Benturan dahsyat terjadi ketika dua pukulan beradu, menimbulkan pijaran bunga api besar dan desir angin kencang di sekitarnya. Dari celah-celah pijaran, tampak terpental satu sosok tubuh disertai teriakan menyayat.
Begitu pijaran api dan desir angin lenyap, baru jelas siapa yang terbujur kaku dalam keadaan gosong. Karena begitu melihat ke arah lain, tampak Pendekar Rajawali Sakti duduk bersimpuh dengan napas terengah-engah. Matanya berkunang-kunang dengan jantung berdebar keras.
Jadi jelas, yang tewas adalah Iblis Rambut Panjang. Maka kontan seluruh orang yang menonton pertarungan menghambur kearah Pendekar Rajawali Sakti.
"Hebat kau, Rangga! Kau berhasil membinasakan Iblis Rambut Panjang!" puji Ki Baluran.
Hanya kata itu yang terucap dari mulut kepala desa ini. Dan ketika melihat Pendekar Rajawali Sakti diam tak menjawab, Ki Baluran jadi serba salah lagi. Begitu juga yang lain. Mereka diam dan berganti-ganti memandang Pendekar Rajawali Sakti serta mayat Iblis Rambut Panjang.
Ki Gandara yang tahu sedikit mengenai kehebatan Iblis Rambut Panjang, sudah dibuat ciut nyalinya melihat kemunculan tokoh sesat itu. Dan hatinya lebih bergetar tatkala Pendekar Rajawali Sakti berhasil membinasakan iblis itu. Kala memandang Rangga, dia seperti menaksir-naksir, seberapa tinggi kesaktian pemuda ini? Mengingat, telah sekian banyak tokoh yang tewas di tangannya.
"Ki Baluran...," sapa Rangga datar seraya bangkit perlahan-lahan dengan mulut meringis menahan sakit.
"O, ya! Ada apa, Rangga?" tanya Ki Baluran cepat.
"Tidak perlu mengadakan pesta untuk menyambut kematian Iblis Rambut Panjang."
"Ya! Kami mengerti, Rangga."
"Sekali lagi terima kasih, Ki Baluran...."
"Seharusnya kami yang mengucapkan terima kasih padamu, Rangga!"
Rangga tak menjawab.
"Suiiittt...!" Pendekar Rajawali Sakti bersuit nyaring sekali. Dan tak berapa lama, Dewa Bayu muncul dengan berlari kencang menghampirinya.
"Hieee...!" Kuda tunggangan Pendekar Rajawali Sakti meringkik kecil seraya mengusap-usap dada, leher, dan wajah Pendekar Rajawali Sakti dengan kepalanya. Rangga membalasnya dengan mengusap-usap leher hewan itu.
"Ki Baluran, kurasa tugasku di sini sudah selesai...," kata Rangga seraya memandang sesepuh Desa Kayu Asem satu persatu secara seksama.
"Lalu akan kemana tujuanmu, Rangga?"
"Ke mana saja kakiku melangkah."
"Tidak bisakah kepergianmu ditunda barang sehari atau dua hari, Rangga?" usik Ki Pajang.
"Benar. Tidakkah kau lihat mereka begitu ingin mengucapkan terima kasih padamu dengan berada di dekatmu untuk beberapa saat?" desak Ki Jarot.
"Tinggallah di sini barang sehari atau dua hari lagi, Rangga," bujuk Nyi Girah.
Rangga tersenyum.
"Aku ingin, Kisanak semua. Tapi kalau aku berada di sini, maka tugasku akan terbengkalai. Beberapa orang mungkin tengah tersiksa, dilanda ketakutan, atau terancam bahaya. Aku tak mungkin diam melihat semua kenyataan itu. Maka aku tidak bisa berlama-lama di sini. Barangkali jika umurku panjang, kita bisa bertemu kembali...," jelas Rangga seraya melompat ke punggung Dewa Bayu.
Para sesepuh Desa Kayu Asem memandang pada Rangga tanpa berbicara sepatah kata pun lagi.
"Aku pergi dulu, Kisanak semua. Heaaa...!" Tanpa menunggu jawaban, Pendekar Rajawali Sakti menggebah kudanya kencang-kencang kearah barat. Ditembusnya kegelapan malam yang semakin pekat.
"Hm.... Kita memang tak bisa memaksanya...," gumam Ki Baluran.
Dan perlahan-lahan mereka meninggalkan tempat itu, mengurus korban-korban yang berjatuhan.

***

TAMAT

🎉 Kamu telah selesai membaca 181. Pendekar Rajawali Sakti : Lima Golok Setan 🎉
181. Pendekar Rajawali Sakti : Lima Golok SetanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang