•13

63 22 2
                                    

Menjauh dari pemukiman gosch, kini tim nomor 19 itu berjalan menuju tempat baru. Lebih tepatnya, di tengah-tengah tebing terjal. Banyak bebatuan di sekitar sana.

Selama berjalan ke sana, keempat odesch itu benar-benar tidak berniat untuk mengeluarkan suara mereka sedikit pun. Alasannya? Mereka takut kepada Lucas.

“MBEEKKK!”

“Eh? Suara kambing?” Tanya Yena saat mendengar teriakan seekor kambing atau entahlah?

“Sepertinya, lawan kita kali ini adalah Kambing.” Bisik Arin ke Yena.

“Tepat sekali.” Lucas tiba-tiba bersuara.

“Hah?”

“Bukan hanya seekor kambing. Lebih tepatnya, Dark Goat.” Lanjut laki-laki gosch itu.

“Sudah kuduga, bukan kambing biasa.” Sahut Changbin.

“Kalian sudah sampai.”

Dan saat itu juga, mereka semua berhenti.

“Dimana?” Tanya Mark, bingung.

“Asap ini menutupinya. Berjuanglah jika kalian ingin hidup, sampai jumpa!” Saat itu juga, Lucas menghilang entah kemana.

“Ini cukup berbahaya, jangan berpencar!” suruh Mark.

“Siapa juga yang mau berpencar memangnya?” tanya Arin.

“Ck, diam saja. Kau mau mulutmu ku jahit?” sahut Changbin yang berhasil membuat Arin bungkam.

Tidak lama kemudian, asap-asap itu mulai menghilang dan terlihat sudah, musuh mereka selanjutnya.

“Tunggu, apa yang harus kita lakukan?” tanya Yena sambil memasang kuda-kuda.

“Memotong tanduknya. Aku yakin itu.” jawab Mark.

“Bagaimana jika teori mu itu, salah?” Changbin memang benar-benar suka membuat yang lainnya emosi.

“Ikuti saja!”

“Ck, terserah kau saja, ketua.”

“A - arin...” panggil Yena.

“Heung?”

“Bagaimana caraku membantu kalian?”

Arin terdiam sebentar. Ia menoleh ke arah kiri dan kanan, mencoba untuk mencari sesuatu yang dapat dilakukan oleh Yena dan tentu saja yang tidak membahayakan gadis itu.

“Sembunyi di batu itu, lalu cari tau apa kelemahan monster itu. Kau bisa kan?” tanya Arin sambil menunjuk ke sebuah batu.

“Hanya itu?”

“Itu benar-benar berguna untuk kami. Jadi, ikuti saja perintah ku, oke?”

“Huum, oke.” Yena mengangguk.

“Sudah siap?” tanya Mark memastikan.

Arin dan Changbin mengangguk, sedikit kurang yakin sebenarnya.

“Baiklah, mari kita mulai misi kedua ini.”

(?)(?)(?)

(?)(?)(?)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[✓] 3 MISSIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang