-11

60 22 5
                                    

“Yena, bangun.”

Ngghh, eh?” Yena perlahan-lahan membuka matanya saat mendengar seseorang memanggilnya.

Yena terbangun di tempat yang sangat aneh. Semuanya putih, tidak ada apa-apa. Apakah dia sedang bermimpi?

“S - siapa disana??”

Yena benar-benar panik. Rasanya benar-benar nyata, ini bukan mimpi. Tapi mana Arin, Mark dan Changbin? Oh, apa jangan-jangan misi ke dua adalah menemukan teman se-tim nya di ruangan putih tak berujung ini?

Tapi bukannya semua misi berhubungan dengan monster?

Apa jangan-jangan dia disuruh membunuh monster sendirian disini?

“Yena.”

Suara itu kembali terdengar, membuat bulu kuduk Yena merinding. Suara yang terdengar lemah lembut, suara seorang wanita? Entahlah, tapi Yena merinding saat namanya dipanggil oleh suara itu.

“Siapa disana?!”

“Tidak perlu mencari ku, kau tidak akan bisa menemukanku saat ini, disini.”

Yena memundurkan langkahnya, ia hendak berlari pergi tapi semuanya disini putih, tidak berujung sama sekali. Dia harus lari kemana?

“Jangan takut, aku tidak berniat untuk melukaimu.”

“Aku akan melindungimu, karena ini yang diinginkan oleh bunda mu. Pegang saja liontin kalung mu itu, dan mintalah aku untuk datang membantu. Ayo bangun.”

“H - hah??”

“Ayo bangun.”

“Bangun...”

“HEI BEBEK CEPATLAH BANGUN BODOH!!!”

Tak!

Akh!” Yena terbangun dari tidurnya saat merasakan kepalanya diketuk oleh, entahlah apa itu. Sepertinya ranting pohon.

Plak!

“Jangan begitu!” Arin menampar pipi Changbin yang ternyata dialah oknum yang memukul kepala Yena dengan ranting kecil tapi setidaknya sedikit berat.

“A - arin?”

“Yena? Kau bermimpi buruk? Dari tadi kau merancau tidak jelas.” Tanya Arin yang terlihat khawatir.

“Kau berteriak dan merusak istirahat ku.” Sahut Mark yang sedang melipat tangannya.

“M - maaf.”

“Abaikan saja harimau jadi-jadian itu, kau tidak apa kan?”

“A - aku baik-baik saja, tadi hanya mimpi buruk.” Jawab Yena.

Gadis itu menggaruk kepalanya yang tidak gatal dan terkekeh. Beruntung yang tadi itu hanya mimpinya. Tapi, kenapa terasa nyata sekali?

“Semuanya sudah bangun, ayo bergegas untuk misi kedua.” Suruh Mark membuat mereka semua yang semula berjongkok, kini berdiri.

“Kali ini, kita akan melawan apa?” Tanya Yena.

“Kita? Hanya kami, kau tidak berguna lebih baik duduk diam dan jangan rusak rencana seperti sebelumny-”

“Kau boleh membantu kok, Yena.” Sela Arin memotong ucapan Changbin.

“Changbin benar, aku tidak berguna...” Yena tertunduk.

Kali ini Arin menatap tajam ke arah Changbin. Seolah mengatakan lewat tatapannya, “Jangan ganggu temanku.”

Sementara Changbin yang ditatap malah balik menatap bingung, tidak mengerti.

“Apa??”

“Banyak drama, ayo pergi. Kita harus mencari sebuah desa disini.”

“Desa? Desa mati maksudmu? Memangnya ada odesch yang tinggal disini?”

“Setahuku, desa Ghosch.”

Ucapan Mark barusan membuat yang lainnya bungkam.

Jika kalian ingin tau, Ghosch merupakan sebutan untuk arwah di Hidter. Diambil dari kata Ghost dan Odesch, sesuai namanya Ghosch merupakan arwah atau hantu odesch yang tidak berhasil sampai ke dunia setelah kematian. Entah itu karena mereka memiliki dendam, sesuatu yang belum dikerjakan atau apalah itu.

Di dongeng Hidter, ada yang menceritakan jika para ghosch berwujud odesch seperti yang selalu nampak di Hidter, sifat mereka bermacam-macam. Ada yang baik dan ada juga yang jahat.

Tapi, ada juga yang menceritakan jika gosch berwujud menyeramkan. Seperti berkepala buntung, mata yang hampir lepas, tubuh yang berdarah-darah, dan hal menyeramkan lainnya.

Dan sayangnya, opsi kedua adalah dongeng yang paling sering diceritakan dan didengar.

“K - kita akan melawan gosch?!” Tanya Arin terkejut.

“Tidak tau, tapi sepertinya tidak. Setahuku kita akan menyerahkan monster yang entahlah, aku juga tidak tau. Itulah mengapa misi kedua ini, kita harus menemui salah satu dari gosch.” Jelas Mark.

“Gila...” Changbin membuka mulutnya tidak percaya

“Yena, kau ada air tidak?”

“A - ada, air minum... Apakah itu berguna?”

“Gosch takut dengan air jernih, aku harap itu berhasil-”

“Jangan!” Sahut Changbin tiba-tiba.

“Kenapa lagi?” Tanya Arin.

“Berfikirlah bodoh. Kita menakuti mereka dengan air, sama saja dengan kita mengajak mereka untuk berperang.”

“...”

Lagi-lagi mereka bungkam. Yang dikatakan Changbin ada benarnya. Sama saja dengan mereka sengaja membangunkan singa yang sedang tidur dengan menakuti kawanannya.

“Kemana kita harus pergi?” Tanya Mark ke Arin.

Arin terdiam sebentar, ia menutup matanya dan merasakan sekitarnya.

“Bagian Utara, ada kegelapan disana. Aku yakin jika itu adalah lingkaran desa para gosch.” Ucapnya.

Tanpa banyak bicara, Mark langsung bergegas berjalan ke arah Utara diikuti Changbin dan dua gadis dibelakangnya.

Arin berjalan di samping Yena, mereka bergandengan tangan dan hal itu cukup membuat Yena tersenyum. Ia senang bisa memiliki teman baru.

“Yena? Liontin kalung mu bagus, dapat dari mana?”

“Oh? Kalung kayu ini?”

“Hah? Kayu? Itu perak. Apa kau tidak pernah melihat perak?”

Yena sedikit tersentak, buru-buru gadis itu melihat ke arah kalung dan liontin yang ia kenakan. Benar, itu kalung dan liontin rubah berbahan perak. Sangat indah dan ada berlian kecil pada liontin nya sebagai mata rubah.

“Ini... Aneh...”

~~~


[✓] 3 MISSIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang