"Kau akan menyesal bermalam disini." Saat masuk kedalam kamar itu, Renjun mengernyit saat hanya mendapati tempat tidur kayu tanpa kasur dengan satu bantal yang berada ditengah. Ia menelan ludah."Jika tidak bisa, aku akan mengantarmu pulang." Namun Renjun menggeleng. Ia masih ingin disini. Iya, dia ingin bersama pria ini.
"Aku akan tidur disini, terimakasih." Renjun tersenyum lembut, entah mengapa ia tidak begitu mempedulikan tempat tidurnya.
"Baiklah." Pria itu berjalan ke sudut ruangan dan mengeluarkan satu selimut dari lemari.
"Pakai ini."
Renjun menerimanya, saat pria itu hendak keluar maka tangan Renjun menahannya dengan meraih pergelangan tangan pemuda itu. Yang di tahan menunduk, mengamati tangannya yang ditahan. Namun selain itu, ada sesuatu yang membuat dirinya berdesir saat mendapati benang merah transparan yang mengikat jemarinya dengan jari kelingking pemuda manis ini.
"Jika boleh jujur, aku begitu penasaran." Renjun menggigit bibir bawahnya saat kini jelaga hitam itu begitu intens menatapnya.
"Tentang?"
"Tentang mu."
Di Nu berdehem pelan, ia melepas tangan si mungil dengan hati-hati.
"Tidurlah. Jika butuh sesuatu aku ada diruang tamu." Pemuda itu melenggang pergi, sedang Renjun menunduk sedih. Kenapa begitu sulit mendekati pemuda itu? Apa dirinya begitu menyebalkan?
"Aku ingin tinggal disini." Bisik Renjun pada udara, ia ingin mengenal sosok Di Nu. Berlebihan memang, tapi itulah yang Renjun rasakan. Namun mengingat ritual yang akan ia lakukan minggu depan. Renjun menghela nafas, ingin memberontak. Sekali saja, Renjun ingin memberontak. Ia ingin disini. Dengan Di Nu, meskipun Renjun tidak bisa menjamin jika Di Nu akan menerima dirinya.
..
"Terimakasih sudah mengantarku pulang." Renjun berujar lemah saat kakinya sudah menginjak kawasan miliknya.
"Hmm, Jangan ketempat yang berbahaya lagi."
Meskipun ingin menolak, tapi Renjun tetap mengangguk mengiyakan ucapan Di Nu.
"Kalau begitu aku pulang." Renjun berujar lirih, sarat akan kesedihan.
"Renjun?"
Langkah yang baru ia ambil terhenti saat namanya dipanggil. Renjun tidak tahu apa yang terjadi pada dirinya saat ini. Hanya saja, ia merasa sakit. Sakit didalam hatinya entah karena apa.
"Jangan menangis." Ibu jari yang terasa hangat menyeka air matanya. Renjun kalah. Tidak bisa menyembunyikan perasaannya. Tangannya menggapai tangan besar Di Nu yang menangkup kedua pipinya.
"Aku tidak tahu, tapi jika boleh jujur. Aku tidak ingin berpisah darimu." Karena Renjun yakin ia tidak akan bisa lagi bertemu dengan Di Nu. Setelah ia bersama Dejun maka ia tidak akan bisa bertemu dengan pria ini. Ia tidak akan bisa mengharapkan pria ini lagi. Ia akan terikat dengan Dejun.
"Kita akan bertemu lagi jika Dewi menghendakinya." Di Nu berujar serius, saat ini. Renjun tidak menemukan tatapan dingin yang biasanya laki-laki itu berikan.
"Di Nu, sepertinya aku menyukaimu." Kali ini Renjun terisak saat tidak bisa lagi menahannya. Ia ingin pria ini tahu meskipun Renjun tahu ucapannya tidak akan ada lagi artinya saat nanti ia sudah bersama dengan Dejun.
"Kau tidak boleh menyukai warewolf liar sepertiku."
Renjun menggeleng, ia ingin memeluk sosok ini namun ia tidak cukup berani untuk melakukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rogue |NoRen
Werewolf【O N G O I N G】 Original story by: KYOkimm Re-publish: asrtnty ©2021 Disaat dua hati saling mencintai tapi takdir berkata lain. ⚠️Noren area ⚠️Bxb