chapter 06

3.8K 704 26
                                    


Pagi itu, istana Huang disibukkan dengan beberapa pelayan yang membersihkan kamar Renjun. Menata ulang barang-barang disana. Renjun sendiri hanya menghela nafas saat tidur cantiknya harus berakhir saat Luna memintanya untuk tinggal di kamar orangtuanya. Tapi Renjun menolak, ia lebih baik pergi ke kamar sang kakak. Karena..... Renjun tidak ingin melihat ayahnya.

Jaemin terlihat mengistirahatkan tubuhnya dengan nyaman. Dan tanpa sungkan Renjun ikut berbaring di samping sang kakak. Di sini, hanya Jaemin yang mengerti dirinya. Hanya Jaemin yang mendengarkannya.

"Aku sungguh lelah." Renjun membuang nafas. Dan Jaemin melirik sang adik yang benar-benar terlihat kacau. Bagaimana tidak kacau jika yang ia pikirkan hanyalah sosok di ujung sana yang belum ia ketahui keadaannya? Renjun harap kali ini ayahnya hanya membual. Meskipun dirinya sendiri masihlah belum yakin.

Jaemin mendesah kasar, ia bangkit dan mulai memikirkan beberapa kemungkinan. Ia tidak tenang, Moon Goddess tidak mungkin menyukai ritual ini.

"Apa tidak bisa ritual ini dibatalkan? Aku benar-benar tidak ingin melakukannya. Aku lebih baik hidup sendiri selamanya jika harus hidup dengan orang yang tidak aku sukai." Ungkapan hati Renjun yang saat ini menatap Jaemin dengan sayu tentu sangatlah mempengaruhi Jaemin. Sedari kecil, Jaemin lah yang selalu menemani sang adik, Jaemin lah yang mengerti Renjun dengan baik. Dan saat ini, Jaemin sangat paham dengan apa yang diinginkan oleh adiknya ini.

"Aku ingin membatalkan ritual ini, kak. Aku mohon bantu aku." Sura Renjun melirih karena matanya mulai berair. Untuk beberapa saat Jaemin terdiam, tidak tahu harus merespon seperti apa. Semuanya tidak semudah itu, Semuanya tidak se-sederhana itu. Persoalan ini menyangkut kedua Pack. Dan ayahnya tidak akan bisa membatalkan semua ini dengan secara cuma-cuma. Chanyeol tidak akan mengubah keputusannya mengingat ayahnya itu adalah laki-laki yang selalu memegang ucapannya.

"Aku mencintai Di Nu, aku tidak ingin bersama Dejun." Anak itu terisak, dan Jaemin membuang nafas berat. Seberat beban yang kian menumpuk dipundaknya. Adiknya, dulu ia pernah berjanji jika ia akan selalu melindungi adiknya dan menjamin kebahagiaan adiknya. Lalu, apakah ia harus benar-benar menuruti ucapan Renjun kali ini?

"Aku khawatir, bagaimana jika ayah benar-benar membunuh Di Nu? Hiks, aku ingin mencaritahu kebenarannya kak. Aku mohon." Renjun semakin terisak, selama Renjun hidup, ini adalah kali pertama ia memohon. Kali pertama menangis dan memohon pada sang kakak.

Dan ini semua karena Di Nu. Sosok yang telah merebut hatinya.

"Tapi ritual itu akan dilaksanakan malam ini, Renjun-ah . Kita tidak bisa melakukan apapun. Semuanya sudah siap, hanya menunggu bulan purnama nanti malam." Kepala itu menggeleng cepat. Renjun kembali memohon kepada Jaemin untuk membantunya.

"Aku mohon, aku ingin menemui Di Nu." Baik dalam keadaan hidup ataupun dalam keadaan hancur. Renjun ingin menemui Di Nu. Untuk yang terakhir kalinya.

"Aku mohon bantu aku, kak. Aku mohon." Suara yang semakin lirih membuat Jaemin menggigit bibir bawahnya dengan gundah. Ia mulai memikirkan langkah apa yang harus ia ambil untuk membantu sang adik. Jika sudah seperti ini, Jaemin bisa apa?

"Sebenarnya ada satu orang yang bisa membantumu."

"Siapa?" Renjun menatap Jaemin penasaran. Ia harap, orang itu benar-benar bisa membantunya.

"Ibu, hanya beliau yang bisa membantumu. Beliau dapat memanipulasi pikiran orang-orang." Rupanya, ucapan Jaemin tidak membuat Renjun puas. Ibunya selalu berpihak kepada sang ayah dan Renjun tidak yakin jika Luna akan membantunya. Renjun membuang nafas berat. Ini memang sulit, nanti malam ia akan menjadi pasangan Dejun.

"Jika kau benar-benar ingin menemui Alpha itu, maka kau harus mendatangi ibu. Hanya ibu yang bisa membantumu untuk saat ini, Renjun."

Renjun masih berpikir, jika dia tidak melakukan apapun. Maka ia akan menyesal.

Rogue |NoRenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang