Seorang gadis berambut panjang, tengah menatap pintu kelasnya sembari menghela nafas panjang. Gadis itu terlihat gugup dan semangat secara bersamaan. Arabella Qiana, gadis yang sangat semangat untuk menjalani masa SMA. Dia begitu mengidamkan kehidupan SMA seperti yang dia lihat di film ataupun drama-drama. Saking semangatnya, Ara sampai lupa menjalankan rutinitas paginya, yaitu poop. Padahal, rutinitas itu tidak pernah Ara lewati seharipun selama ini.
Ara membuka pintu kelas barunya, dengan mengeratkan satu tangannya di tas gendong yang dia bawa untuk menahan gugup. Ricuh, kata pertama yang menggambarkan keadaan kelas itu. Namun bukannya kesa, senyuman lebar justru terukir jelas di wajah Ara.
"Hai gaaiis!" teriak Ara. Sontak, semua murid di kelas itu mengalihkan pandangan mereka pada Ara sampai beberapa detik.
"Haaaiii!" sahut seisi kelas, tak kalah kencang dari teriakan Ara.
"Haahh, inilah kelas impianku. Ricuh dan tidak canggung," gumamnya sambil menghela nafas lega. Namun belum juga selesai menikmati kericuhan, seseorang justru menabrak Ara dengan tenaga yang pumayan besar, sehingga Ara terhuyung ke belakang.
Braakk!
"Aduh! maaf, sengaja," ucap seorang gadis yang baru saja menabrak Ara.
"Iissh, kamu jalan pake mata batin, ya!" kesal Ara sambil mendorong seseorang yang baru menabraknya.
"Emang kamu, jalan pake mata kaki!" kesal baik lawan bicara Ara. Lalu keduanya saling terdiam, dan memandang serangam satu sama lain.
"Ahahaha! kita udah jadi Kakak-kakak SMA," ucap Ara dengan tawa puasnya. Lalu disambut dengan tawa yang sama dari gadis yang habis menabrak Ara.
Dia adalah Yonna, sahabat Ara sejak SMP. Gadis berambut panjang itu terlihat mirip dengan Ara, mungkin karena mereka memang sering bersama. Namun bedanya, rambut Yonna agak kecoklatan dibandingkan dengan rambut ara yang hitam pekat.
Yonna memang lebih tinggi dari Ara, tenaganya juga lebih besar, tapi tidak untuk otak Yonna yang di bawah rata-rata. Gadis itu terlalu sembrono dan mengerjakan tugas dengan berfikir, "Ah, nilai jelek yang penting muka nggak jelek."
Beruntung tidak beruntung, Ara memiliki sahabat seperti Yonna yang tidak pandang bulu. Yonna selalu bersama Ara, walaupun Ara tidak seasik gadis lainnya yang bisa sering jalan-jalan dan menghabiskan waktu di luar rumah. Sebab, Ara ini memiliki orang tua yang sangat protektif sehingga Ara memiliki keterbatasan waktu untuk bergabung dengan teman-temannya. Jadi, sebaik apapun Ara, seramah apapun Ara, dia tidak akan mendapatkan teman banyak karena hal itu.
"Yon, duduk di sana yuk," ajak Ara sembari menunjuk 2 bangku kosong yang tersedia. Namun, Yonna dengan tampang sombong, berjalan mendekati bangku kosong dengan cowok di sampingnya.
"Maaf, Sahabat, tapi aku udah duduk sama Ayang Tommy," cibir Yonna sambil memainkan rambutnya centil. Sedangkan Tommy, yang merupakan teman satu les dengan Yonna, hanya terkekeh pelan.
Mereka memang sudah sangat dekat dan tau akan perasaan masing-masing. Namun, mereka belum melanjutkan hubungan mereka lebih serius lagi. Mereka rasa, keduanya masih tidak bisa serius dan labil. Jadi dari pada merusak hubungan dan perasaan, lebih baik mereka bersahabatan saja.
"Hilih, Ayang-ayang," cetus Ara merasa tidak terima. Tapi Ara merasa lega, karena Yonna dan Tomny masih dalam hububgan baik mereka. Walaupun yaaa, Ara sering kali menjadi nyamuk jika Yonna dan Tommy sedang saling menggombal.
Akhirnya, berjalan pelan menuju dua bangku yang tadinya ingin dia duduki bersama Yonna. Namun malangnya, Ara kalah cepat dari dua gadis yang langsung duduk di bangku tersebut.
"Siapa cepat dia dapat!" ucap dua gadis tersebut mengejek Ara. Sedangkan Ara yang memang sadar dengan kebodohannya, hanya menghela nafas kesal.
"Lemes amat, Ra. Yang cepet dong, sat set sat set gitu biar dapet bangku," titah Yonna yang geram dengan Ara. Sedangkan Ara justru memutar bola mata malas dengan celetusan Yonna.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ace Of Heart
Teen FictionHanya cerita keUwUan anak SMA⊂(・ω・). Kalian boleh juga anggap cerita ini versi UwUnya, Tears Dry [Feel the pain]. Silahkan mempir^-^. *** Dia, Arlo Alfarezza. Cowok yang sebenarnya pintar, tapi malas berfikir. Sampai-sampai dia tidak naik kelas kare...