"Arlo!" panggil seorang gadis, sambil berlari begitu kencang dari arah toilet. Dia adalah Yona, sahabat karib Ara yang masih menuntaskan panggilan aman di toilet.
"Heh, gue tau lo jago kelahi. Tapi sebagai sahabat yang baik, gw bakal berani ngancem lo kalo macem-macem sama Ara. Dia itu polos kayak kertas tanpa tulisan. Jadi awas aja lo berani kotorin dia. Mama dia bakal beli harga diri lo," ancam Yonna dengan wajah begitu serius.
"Iya tau, pacar lo udah ngomong tadi," jawab Arlo dengan entengnya. Lalu, wajah Yonna langsung berubah drastis dan berseri-seri.
"Dia bukan pacar gw ihhh," ucap Yonna salah tingkah. Gadis itu juga memukul lengan Arlo pelan, sambil memainkan rambutnya. Kemudian, Yonna berlari dengan centilnya ke kamar mandi, karena sebenarnya dia sedang mengantar Ara.
"Bocah prik," desis Arlo sembari melangkah pergi. Hari ini dia ada jadwal latihan Volley, jadi Arlo lebih memilih tidak mengikuti pelajaran untuk berlatih Volley saja. Toh, dia akan mengantuk di dalam kelas.
"Eh, lu tau anak sultan yang kabarnya jadi pacarnya Arlo Alfarezzi?" tanya seorang anak cowok, yang berada di lorong lain dari tempat Arlo. Tentu saja, Arlo mendengarkan pembicaraan mereka karena lorong sedang lumayan sepi sehingga suara mereka terdengar lantang.
"Tau, cantik dia. Pantesan Arlo mau," sahut kawannya.
"Tapi kan ceweknya kaya plus cantik tuh, masa mau sama Arlo yang nggak jelas gitu sih? jangan-jangan cewek itu terpaksa lagi," desisnya. Lalu, keduanya beranjak pergi dari lorong. Meninggalkan Arlo yang masih berdiri diam. Namun, beberaapa detik kemudian Arlo berjalan kembali dengan wajah acuh seperti biasa. Padahal sebenarnya, banyak pertanyaan di benak Arlo.
***
"Bella," panggil Arlo. Sedangkan gadis yang dia panggil tidak menyahuti apapun.
"Bella!"
"Aduh, apa sih teriak-teriak," cetus Ara yang kaget, sambil mengusap telinganya.
"Aku panggil berkali-kali dari tadi loh," bela Arlo pada dirinya sendiri. Padahal Arlo baru memanggil Ara sekali, sebelum berteriak tepat di telinga Ara.
"Lagian kamu manggilnya 'Bella', aku kan nggak terbiasa sama panggilan itu," gumam Ara tak mau kalah juga. Dia agak bingung, sebab dari tadi diapun tidak mendengar suara panggilan dari Arlo.
"Mau Bella, mau Ara, tetep aja nama kamu. Lagian aku pengen punya panggilan spesial," ucap Arlo.
"Hah?" bingung Ara.
"Aku pengen punya panggilan khusus sama kamu," ulang Arlo menahan malunya. Wajah Arlo juga memerah, membuat murid lain di kelas itu heran dan kaget dengan apa yang mereka lihat. Arlo dengan wajah memerah malu? yang benar? tidak memasang wajah suram saja sudah beruntung untuk Arlo.
"Ooh, Ayang aja manggilnya. Kan kita pacaran," ujar Ara dengan polosnya.
"Nggak, itu udah biasa," elak Arlo.
"Baby?"
"Nggak!"
"Beb?"
"Nggak!"
Ara menghela nafas gusar, "Yaudah lah, Ayah–Bunda aja kalo gitu. Ribet kamu," cetusnya.
"Oke, Bunda," ucap Arlo sambil berniat memeluk Ara.
"Najiiisssss," teriak Ara lalu berlari menghindar dari Arlo.
"Kamu baru pacaran udah alay banget sumpah," ejek Ara. Gadis itu masih sibuk menghindar dari Arlo yang berusaha menangkapnya.
"Kenapa, nggak seneng?" desis Arlo dengan alisnya yang terangkat satu, seolah mengancam Ara. Sedangkan Ara yang memang kalah cepat dari Arlo, langsung dipeluk oleh Arlo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ace Of Heart
Teen FictionHanya cerita keUwUan anak SMA⊂(・ω・). Kalian boleh juga anggap cerita ini versi UwUnya, Tears Dry [Feel the pain]. Silahkan mempir^-^. *** Dia, Arlo Alfarezza. Cowok yang sebenarnya pintar, tapi malas berfikir. Sampai-sampai dia tidak naik kelas kare...