*plaakkk* Tangan axel dengan ringan memukul dahiku. Ini kedua kalinya di hari ini.
"Heh udah jam 4, kamu ga sholat apa? Buruan gih balik ke asramamu. Udah sore."
Astaga hampir saja. Kukira Aku bakalan kena serangan jantung nih.
..
"Dari mana aja Yan, jam segini baru balik Asrama." Tanya Widya teman sekamarku. "Abis rapat OSIS lagi?"
"Eh.. engga kok. Tadineyelesein "Inferno" di Perpustakaan tapi ketiduran haha."
Ku lemparkan tasku sambil melepas sepatu hitam pemberian Kaka tercintaku. Hari ini guru banyak sekali memberi tugas.
Tugas Sosiologi kali ini, kami diminta membuat analisa studi kasus kenakalan remaja. Apa aku bikin tugas dari Kasus Praba aja ya? Kan bisa minta bantuan sama Axel juga nih. Haha. Saatnya memanfaatkan bocah tengik ini.
Besok pagi, aku harus ketemu sama mereka berdua, buat ngadain wawancara. Kira-kira Praba mau ga ya? Kayaknya dia lumayan sulit deh.
"Udah kali Yan, tidur aja dulu. Dipikirin besok lagi," Ucap Widya yang khawatir malam ini Aku akan begadang lagi.
Iya kali ya, kan ada Axel juga, semua pasti beres. Sekarang tidur aja dulu!
...
Istirahat pertama, aku langsung menuju kelas Axel di IPA 1. Ah, rasanya seperti berjalan dari Sabang sampai Merauke. Bagaimana tidak kelas kami terpisah antara ujung ke ujung panjang sekolah ini. "Axel, Aku butuh bantuan nih."
Tak seperti biasanya, Axel keliatan loyo dan matanya merah. "Kenapa tuh, matamu kecolok sendok soto?" tawaku sambil meledeknya.
Dia berjalan menghampiriku dan menjatuhkan kepalanya di bahuku. "Eh gila kali! Banyak orang lait, nanti jPraba gosip eeggee!! Sini duduk, ada masalah apa? Coba cerita deh."
Anak yang malang, ternyata dia semalam baru saja putus dengan Pingkan. Kemajuan teknologi dan jaman ternyata bisa berakibat fatal, masa Pingkan mutusin Axel Cuma lewat Line sih haha.. Kasihan juga dia, pacarana dua tahu kandas cuma lewat ketikan dan sticker imut di Line.
Meskipun begitu, akhirnya dia mengikuti nasihatku. Semoga Pingkan bahagia, dan Axel juga cepat bisa move on.
"Aku mau minta tolong nih. Aku kan ada tugas...."
Dia langsung manarikku keluar tanpa bilang apa-apa. Mau ngapain lagi si ni bocah hadeuhhh..
"Widya tadi udah bilang, katanya kamu lagi ngurus studi kasus, mau ketemu sama Praba kan?"
Axel memanggil sahabatnya ini keluar kelas dan menjelaskan maksud dan tujuan kami disini. Akhirnya Aku dan Praba sepakat buat ketemu di perpus nanti sepulang sekolah. Rada takut juga si, Praba ini kata si Axel lumayan jahil. Untung dia ganteng hahaha. Keadilan sosial untuk warga yang good looking. Ehh ga deng! Canda! Nanti dikira menghina dasar negara huww...
Meskipun Praba nakal dan terkenal bandel di sekolah, tetep aja deh banyak yang suka sama dia. Axel yang tampan dan cerdas. Praba yang ganteng dan cool. Memang cocok keduanya jadi icon sekolah SMA Nusantara.
...
Lama banget si Praba ini, udah jam 02.30 dia belum aja dateng ke Perpus. Mau ditinggal juga engga mungkin. Kan Aku disini yang butuh. Aku tinggal baca buku dulu kali yaa..
Tek tokk..tek tokk..
"Woi", tiba-tiba Praba datang dan menarik Novel Inferno yang sedang Aku baca ini. "Jadi mau ngobrol engga ini? Nanti Aku pergi lagi loh."
Demi kemaslahatan bersama Aku dan Praba langsung menuju ke inti permasalahannya. Lumayan juga, mungkin karena Praba ini sering bergaul dengan Axel kali ya, jadi ga terlalu kopong-kopong amat wkwk. Sayangnya, siswa cerdas kaya dia, harus membungkus dirinya dengan pribadi yang bandel dan nakal ini.
"Oke Praba, engga terasa ya udah jam 5 aja hehe.. Makasih ya buat waktunya. Kapan-kapan kita ngobrol lagi deh. Seru juga. Aku pamit dulu ya, persiapan kurve sore, takut dicariin pembina Asrama."
"Eh.. tunggu dulu." Gawat, Praba menarik lengan bajuku. Ternyata ga selese disini nih masalahnya. "Udah aku bantuin masa mau pergi gitu aja. Traktir Aku makan deh biar impas. Weekend ini kan pesiar, aku tunggu di Mall depan sekolah ya, jam 4 sore. Jangan telat!!!"
Yah mau gimana lagi, udah resiko Ku. Bukannya tugas selesai, malahan nambah kasus baru ini namanya. Mau engga mau si, weekend aku harus ketemu sama Praba, daripada nanti jadi masalah lagi kan ya.
*dringg..dring..* "Halo Yan, ada apa weekend gini nelfon? Mau pesiar bareng?"
"ehmmm gini Xel, Praba disitu ga?"
"Engga. Kenapa."
.................
"eh engga boleh, ngapain mau makan berdua sama Praba, kalaupun mau, Aku juga ikut, nanti Aku bilang deh sama Praba."
Kami menunda pertemuan, yang seharusnya jam 9 jadi jam 11 karena harus menunggu Axel pulang dari Gereja.
Sampailah kami bertiga di Tera Mall depan sekolah Kami sesuai yang dijanjikan. Satu-satunya tempat tujuan yang mudah dijangkau saat pesiar. Engga deng. Lebih tepatnya, satu-satunya tempat yang bisa di tuju saat pesiar. Engga ada lagi tempat disini. Kalau engga di Tera ini yang paling-paling jalan-jalan di sekitar Alun-alun aja buat melepas lelah setelah sebulan tidak keluar dari Asrama.
"Xel, lu ngapain dah ikut ikutan segala. Ini kan acara gw sama Dian." Logat kotanya mulai keluar nih si Tengik kedua setelah Axel.
Sembari mendengarkan mereka berdebat Aku segera berbegas menuju tempat makan favorit Ku. "Mie Panda!"
"Buruan pesen, dah ga sabar nih."
Asik juga ternyata pesiar sama mereka berdua. Selama ini kalau ada jatah pesiar begini aku cuma pergi sama Widya dan Ranti aja. Katanya si girls time. Tapi gapapalah sekali-kali begini. Berkali-kali nantinya juga ga papan kan hehe.
"Biasanya, cowo-cowo kalau pesiar akhir bulan gini pada pergi kemana?" Tanyaku yang penasaran.
"Kerumah temen, main PS tidur." Singkat dan jelas jawaban Praba.
*klunting* Suara dering ponsel Axel. Dengan sigap dia beranjak dari tempat duduknya semula dan mulai berbicara di telephone dengan seseorang, yang yahh kupikir itu perempuan.
"Axel itu belagaknya doang. Seminggu putus sama pingkan udah telfonan aja tuh sama cewe lain."
Udah ga heran si. Itu memang sifat Axel dari dulu, jadi dimaklumi saja.
"Kamu.." "Kamu.." Suara kami saling bertabrakan dan diikuti keheningan sesaat.
"Kamu dulu deh Praba."
"Yan, kamu kan udah 3 tahun ni sahabatan sama Axel? Emang kamu ga ada perasaan apa-apa ke dia gitu? Dia kan tampan, cerdas, baik pula."
*hening*
Rintik rintik hujan mulai terlihat dari jendela kaca di sebelahku. Musim hujan sudah datang menggantikan kekeringan akibat kemarau panjang.
"Suka? Ya engga lah."
*Dalam hatiku* Suka sebagai Apa? Aku suka Axel, dia baik, ramah, ceria, cerdas dan ya memang tampan. Tapi, sebatas itukan? Iya sebagai seorang partner. Cukup. Aku ga mau persahabatan kami terpecah hanya karena rasa yang tak pasti. Persahabatan yang sudah kami bangun bertahun-tahun tak boleh hancur hanya karena satu kata "Cinta".
Kemarau setahun basah diguyur hujan sehari.

KAMU SEDANG MEMBACA
Musim Bunga di Ladang Kaktus
RomanceNamaku Dian, seorang siswi di salah satu SMA Swasta bergengsi. Sejak duduk di bangku SMP Aku bersahabat dengan seorang teman laki-laki bernama Axel. Kami menjalin persahabatan dalam jangka waktu yang lama. Kami selalu bersama dalam berbagai hal, sal...