"Anak-anak, sekarag kalian sudah memasuki semester dua. Itu tandanya kalian akan segera mempersiapkan diri menempuh ujian kenaikan kelas. Tahun depan kalian sudah kelas XII dan harus fokus pada ujian kelulusan." Pidato pagi yang memekakan telinga dari wali kelas terccinta, Bapak Sutrisno yang dikenal kejam dan saklek dengan aturan,
Tak lama setelah nya, Pak Faiz mengetuk pintu dan masuk ke dalam ruangan kelas kami di IPS 2, dan siapa itu? Praba ada bersama dengan Pak Faiz.
Pak Faiz tak mengucapkan sepatah katapun pada kami. Hanya sedikit bisikan pada Pak Tris dan langsung pergi. Tapi.. Praba masih ada disini.
"Laras, tolong kamu pindah tempat duduk bersama dengan Edo dibelakang. Praba mulai hari ini akan bergabung dengan kelas IPS 2. Diharapkan disini Praba bisa memperbaiki sikap, dan membenahi diri untuk mempersiapkan berbagai hal kedepannya. Karena itu, Bapak minta tolong sama Dian, supaya Praba bisa duduk di sebelah Dian, supaya bisa lebih fokus dan Dian bisa mengajari Praba. Tolong ya Dian, serta teman-teman semua, saya minta bantuannya."
Mimpi apa nih semalem. Tiba-tiba Praba pindah ke kelas ini dan duduk disampingku?"
Tidak ada percakapan yang berarti antara Aku dan Praba seharian ini. Memang agak canggung juga. Karena selama ini kami tidak dekat, meskipun Kami berdua sama sama sahabat Axel, tapi pergaulan kami jelas sangat jauh berbeda. Kira-kira Aku bakalan bahas apa sama Praba?
"Yan, kalau kamu gasuka duduk sebelahan sama Aku, Aku bisa kok pindah sama Edo dibelakang."
"Engga.. Engga usah. Gapapa disini aja. Kan itu tadi perintah Pak Tris. Oiya, Aku mau pergi ke Perpus nih, mau ngerjain tugas yang barusan. Mau ikut?"
"Bole deh. Lagian aku ga terlalu akrab sama anak-anak kelas ini,jadi mending ikut aja deh."
Masih dalam suasana yang canggung, Aku dan Praba bersama-sama berjalan ke Perpus. Baru sesampainya disana kami berpencar. Praba tidak ingin mengerjakan tugas, dia mencari tempat pojokan, dia bilang si mau tidur. Yaudah deh biarin aja. Aku belum terlalu Akrab sama Dia buat ngatur-ngatur apa maunya. Bahkan Mbak Ira, penjaga perpus disini tidak mau membangunkan Praba, karena tahu siapa Praba ini dan bagaimana dia dikenal di sekolah ini.
"Praba, bangun, aku udah mau ke kelas, jam istirahat udah abis."
>>>>>>>>>
"Wid, aku mau cerita nih. Agak panjang deh kayaknya, ribet banget soalnya."
Sehabis sholat isya, aku bercerita panjang lebar soal Praba ke Widya. Bukannya merasa terganggu, tapi suasananya jadi agak canggung aja setiap kali Aku dan Praba beradu pandangan. Bagaimana tidak, kami harus berbagi meja mulai sekarang. Bukan hanya itu. Pak Tris sudah meminta padaku untuk terus mengawasi Praba dan kalau bisa Aku harus membantunya mengejar ketertinggalan Dia selama ini.
"Kamu kan sama Praba baru duduk bareng sehari. Nanti juga kalau udah seminggu semuanya bakalan baik-baik aja."
Ah benar juga yang dikatakan sama Widya ini. Aku Cuma butuh waktu untuk beradaptasi dan bersabar.
Pagi ini aku harus menyiapkan mental untuk kembali beradu dengan suasanya canggung lainnya. Apapun resikonya, aku harus hadapi. Aku harus mengikuti perintah Pak Tris. Ini juga demi kebaikan bersama kan. Makin Aku cepat bisa mengontrol Praba, akan jadi lebih baik juga buat Aku.
"Selamat Pagi Dian. Cepet banget udah di kelas aja. Ga mandi ya? Hahaha."
Astaga, baru aja Aku mulai mempersipakan senyumku, dan mau berdamai sama keadaan, tapi setiap kali melihat mukanya, Aku jadi merasa kesal. Kami juga rasanya belum terlalu akrab untuk saling berbalas candaan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Musim Bunga di Ladang Kaktus
Roman d'amourNamaku Dian, seorang siswi di salah satu SMA Swasta bergengsi. Sejak duduk di bangku SMP Aku bersahabat dengan seorang teman laki-laki bernama Axel. Kami menjalin persahabatan dalam jangka waktu yang lama. Kami selalu bersama dalam berbagai hal, sal...