Musim yang mulai berganti

8 1 0
                                    


Kantin pojok tak pernah sepi dari desingan tawa anak-anak yang tengah melepas letih di sela-sela padatnya jam pelajaran. Tempat ini mungkin tempat yang paling cocok dinobatkan sebagai tempat paling diminati siswa-siswi SMA Nusantara. Pada jam istirahat pertama biasanya siswi siswi memenuhi setiap kursi kantin sambil bercerita ngalor ngidul soal kaka kelas tampan yang tadi baru saja lewat depan kelasnya. Berbeda dengan jam istirahat kedua yang sesak dengan siswa-siswa kelaparan, sejak pagi mereka terpaksa harus tetap terjaga di kelas karena lupa mengerjakan tugas matematika, atau mata pelajaran IPA lainnya.

Ya memang, segala jenis informasi dan gosip semuanya ada di sini, mulai dari rumor,bahwa ada guru yang kacamatanya tembus pandang, ruangan yang dikenal angker, sampai dengan gosip adanya hubungan gelap antara guru tak tahu malu dengan siswanya. Kadang juga, tempat ini membawa kisah saat dua orang remaja, yang laki-laki dan perempuan bertemu dan memulai cerita cintanya.

*Suara Bel Pulang*

Jika ada kesempatan rasanya Aku ingin mengganti suara bel ini supaya jadi suara musik 'Susu Murni Nasional', bagaimana tidak suara bel sekolahku selalu mengingatkanku pada Film Horor Korea "Dead Bell", Film horror sekaligus film korea pertama yang Aku tonton.

"Dian, dipanggil Axel itu, ditunggu di ruang OSIS katanya." Teriak Ikhsan seraya berjalan melewatiku seolah mengejak. Dia tahu, karena Axel tidak pernah melepaskankau dari genggaman kegiatan OSIS yang super ribet ini.

Axel adalah sahabatku dari SMP. Tadinya sih, Aku kenal dia cuma kebetulan, dulu saat masih duduk di kelas 1 SMP, kami selalu berpapasan di depan kelas, karena selalu berangkat paling awal dibanding teman lainnya. Kelas kami bersebalahan. Saat kelas dua SMP kami ternyata sekelas, dan sama sama tergabung dalam PASUS (Pasukan Khusus) sekolah. Segala jenis kegiatan sekolah, dan lomba-lomba, Aku dan Axel selalu bersama-sama mengikutinya. Bisa dibilang, kami cukup famous lah di SMP Bhakti Nusa dulu. Banyak yang mengira kami berpacaran, padahal ya engga.

Ku Akui Axel memang tampan, gagah, dan perangainya sangat berwibawa, wajar banyak Adik kelas yang ng-fans sama Dia. Aku juga ga kalah famous kok, banyak juga kaka kelas yang suka sama Aku, tapi aku "Mau fokus Sekolah". Hahaha....

Kami sama sama mendapatkan beasiswa Non-Akademik dari SMP Nusantara dan dapat golden tiket untuk langsung diterima di sekolah kami sekarang.

Aku langsung menuju ruang OSIS yang letaknya bersebelahan dengan Kantin Mbok Jum, kantin favorit sejuta umat. Bahkan kalau sudah di luar jam pelajaran, guru olahraga dan pembina OSIS kami yang muda dan tampan ini sering nongkrong di sini.

Oiya, lupa Aku jelaskan di atas, sepulang sekolah kantin ini juga masih ramai lhoo. Sekarang waktunya anak-anak OSIS dan Pramuka berkumpul mengadakan perbincangan kecil seputar proker dan masalah-masalah organisasi. Tak jarang juga jadi tempat buat gosip sih...

"Yan..Dian.. aku ga di dalem, sini aku di kantin." Teriak Axel yang tangannya disibukkan menyendok semangkok soto spesial Mbok Jum. "

Axel adalah ketua OSIS yang otaknya ini dipenuhi berbagai macam pikiran tak terpecahkan. Aku sudah mengira bahwa dia akan bercerita soal masalah masalah yang belakangan ini sedang timbul. Adanya kasus perkelahian antara siswa XI IPS 1 dengan XI IPA 3. Praba, pelaku perkelahian dari IPS itu adalah sahabat Axel sejak SD, ini pasti merepotkan buat dia.

"Yan, aku mau curhat nih, tapi aku abisin soto Ku dulu ya."

"Nanya dulu kek Aku udah makan atau belum, dasar!" ocehku sambil mendorong bahunya yang membuat mendoan ditangannya tercebur kedalam kuah soto. "hahaha.. sukurin lu."

Teman-teman OSIS yang lain juga ada disini, Pak Candra dan Pak Faiz yang tampan-tampan ini juga sedang makan. Sambil menunggu Axel makan, aku ngobrol dengan mereka yang kebetulan makan di hadapan kami. Hubungan antara guru dan murid bagi kami tidak lagi berlaku saat kami berada di kantin ini, kami seperti teman yang sedang bercengkrama dan bergosip soal guru-guru menyebalkan dan terkenal Killer di SMA ini. Sebagai guru baru pasti mereka agak sedikit kurang terbiasa, sama seperti kami.

"Yan, yok yok ke Perpus aja, ga enak mau cerita disini ada Pak Faiz sama Pak Candra nih."

"Lah? Kukira mau ngobrolin soal kasus kemarin itu. Kok pergi? Biar sekalliann...."

"Aduh bukan! Ini lebih penting!" Cegahnya sambil menarik tanganku menjauh dari kantin yang ramai.

Anak ini memang sangat merepotkan, masalah apalagi yang mau dia obrolin sama Aku nih. Nambahin beban aja dasar bocah.

"Yan.. ini soal Pingkan."

Ah sudah, ngerti Aku kalau sudah nyebut nama dia. Mereka ini selalu saja, kalau ada masalah rumah tangga pasti aku dilibatkan. Axel selalu cerita ke Aku apapun masalah yang dialami nya dengan pingkan. Pingkan pun sama, tak pernah absen menceritakan permasalahan mereka berdua. Mungkin bagi mereka Aku sudah seperti penasihat pribadi kali yaa??!!

Sudah hampir 2 tahun mereka menjalin hubungan, tapi rasanya keduanya tak pernah jadi dewasa. Itu urusan mereka si, tapi tolong jangan libatkan Aku juga, Aku jadi sibuk ngurus mereka berdua, sampai-sampai lupa ngurus masalah asmaraku sendiri.

Sudah 3 tahun sahabatan sama Axel, dia saja puluhan kali gonta ganti cewe, tapi aku masih aja ngenes astaga. Jahat kali dunia ini.

"Yan, gimana. Masa udah mau 2 tahun kami tuh pacaran, tiba-tiba dia minta putus sama Aku? Alesannya karena dia gasuka LDR. Padahal kan ya cuma beda sekolah aja, masa dibesar-besar in sih."

"Yaudah putus aja, jadi Aku ga capek lagi ngurusin kalian."

*plakkkk* suara pukulan axel yang dengan ringannya mendarat di bahuku. "Sialan!! Apaan si?! Nih yaa, ga mungkin dia tiba-tiba minta putus gegara LDR. Dia lo selama ini baik-baik aja. Kupikir ya, dia bosen aja. Coba bro, resapi dan sadari, kalian pacarana 2 tahun tapi cuma ketemu kalau libur sekolah aja, itu pun sekarang engga pasti karna kamu sibuk OSIS kan. Dia mungkin pengen punya cowo yang selalu ada disampingnya. Menurutku si kalau alesan dia kayak gitu wajar dan udah paten, gabisa di tawar lagi. Kamu jelasin aja keadannya, kalau dia mau ngerti ya lanjutin, kalau engga ya ikhlasin aja, kamu gaboleh egois juga lo Xel."

Wah udah nih, ga akan ada ujung kalau udah ngobrolin soal cinta sama si bucin ini. Ga akan berhenti sampe dia sendiri yang capek cerita dan akhirnya tidur pas aku lagi ngejelasin solusi panjang lebar gini.

"Dasar, ngeselin banget ni bocah!!"

Novel "Inferno" karya Dan Brown juga sudah menungguku nih, sambil nunggu bocah ini bangun, mending baca buku aja kali ya.

*hening*

Rasanya kaya ada sesuatu nyentuh dahiku nih, loh aku ketiduran juga.

Astaga, apa ini, di depan mataku. Axel sudah bangun dan wajahnya kenapa dekat sekali dengan wajahku. Jadi sesuatu yang nyentuh dahiku itu tangan Axel?

Kenapa jantungku berdetak kencang, wajahku juga rasanya makin memanas. Perasaanku kacau, seperti musim yang akan berganti, panas dingin tak tentu.

Musim Bunga di Ladang KaktusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang