Safezone 🔞

899 52 25
                                    

Sesuai judul, ini konten ++ lagi. Walaupun kalian happy dengan konten dewasa, tetep bijak dalam membaca ya. Bahasanya banyak non baku dan mungkin kasar.  Keseluruhan cerita di chapter ini full sebatas kehaluan author doang. Gak bermaksud untuk menyamai karakter di novel/series yang nanti bakal tayang. Author pinjem nama doang. Enjoy!

.
.
.
.

"Sean tidak menyangka dirinya salah selama ini, faktanya ia tetap tidak bernilai sekalipun dimata orang orang terdekatnya. Tidak ada yang mempertahankannya untuk tetap tinggal"

.............

Bengkel 58, begitu tertulis besar di plang jalanan pinggiran kota Bangkok yang tidak begitu ramai. Bengkel ini bukan bengkel otomotif biasa. Mobil rongsok di depan, pekakas besi, ban ban di hampir seluruh bagian bengkel hanyalah pemanis. Boss si pemilik bengkel ini adalah dedengkot mafia kota Bangkok yang siap meluncurkan anak buahnya untuk mati.

Yok, Gram, Black dan Sean adalah salah satunya. Mereka bisa jadi apa saja. Mereka adalah mata mata, lintah darat, pengedar, perampok bahkan pembunuh berbayar jutaan. Itu adalah misi khususnya. Jika sedang tidak ada, mereka hanya akan berkutat di bengkel dengan motor motor kecintaannya. Mereka sangat jarang menerima pelanggan, paling mentok hanyalah tambal ban.

"Woyyy. Malam minggu gak riding kita?" Tanya Yok tiba tiba sudah bosan dengan stick nitendo di tangannya

"Gak lah, motor gue kan belom kelar modif nya" jawab Black

"Yaelah. Banyak mau sih lu. Ngabisin duit aja, beli velg motor doang 12 juta" cemooh Gram menimpali

"Sianjing, duit duit gua juga! Daripada lo sewot dah pergi aja lu sono. Pada gak mau nonton si boss emang?" Balas Black ngegas

"Njirr. Sampe lupa gue. Yakali gak nonton. Yok lah. Gua taruhan 500 baht si boss bakal menang malam ini!" Timpal Yok semangat, langsung berdiri dan mengambil helmnya

"Gass" susul Gram setelah mematikan rokoknya padam. Lalu merangkul Sean yang duduk disebelahnya untuk ikutan. Sean hanya menurut dan bersiap mencari kunci motornya di kamar atas

"Black, asli, daripada lu molor mending ikut aja udah" ucap Gram saat melihat Black pindah merebahkan tubuhnya di beanbag besar depan televisi

"Gue naik apa goblok! Motor lu bedua gak bisa dipake boncengan. Suruh duduk di tengki depan gue? Sakitlah biji gue" jawab Black mengomel

"Kan ada Sean, bareng dia aja, repot bener" jawab Yok sewot

Sean turun dari kamar atas dan mengambil dua helm yang tersisa dibawah tangga

"Nih, bareng aku aja. Kamu yang bawa motor kalo gak mau dibonceng" kata Sean sambil menyodorkan helm dan kunci motor miliknya

"Hmm. Lo yang bawa lah. Orang motor lu". Black menerima helm itu dan segera memakainya. Ia berjalan mengikuti tubuh jangkung Sean, si anak kalem yang baru beberapa bulan ini bergabung bersama mereka

Black dan Sean tidak begitu dekat. Lebih tepatnya Black tidak ingin dekat dengan siapa siapa. Hidup bertahun tahun dengan Yok dan Gram, dua orang terdekatnya itu saja sudah cukup membuatnya lelah. Selalu ada rasa tanggung jawab moral untuk saling jaga. Apalagi mereka hidup di dunia yang keras. Mereka bisa meregang ajal atau membusuk di penjara kapan saja.

Diperjalanannya menuju trek balap, Sean merasa dirinya sangat senang. Dia merasa diterima dengan baik disini. Yok, Gram dan Black adalah orang orang terdekatnya saat ini. Ia percaya dengan hubungan baik mereka. Dalam dunia yang seperti ini, seorang kawan bisa jadi lawan

Pieces Of StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang