17

1.1K 193 0
                                    

Alana kesal setengah mati, sudah capek-capek menyiapkan contekan malah gurunya tidak masuk. Sia-sia saja ia mentatto pahanya.

Menurut kabar burung, nggak tau burung siapa, gurunya itu hari ini menikah. Sebalnya! Kenapa nggak besok aja nikahnya setelah ulangan.

"Lana ...."

Alana kaget ketika seseorang menyapanya, pasti dia. Tak salah lagi. Alana mengangkat wajahnya, mencoba bersikap santai.

"Kamu? Kenapa bisa ada di sini?"

"Sengaja, mau ketemu kamu."

Wajah Alana memerah sesaat, sedetik kemudian ia tersadar sudah terjebak modus Adrian.

"Kenapa kamu nggak pernah angkat telpon saya?" Adrian berjalan mendekati Alana.

"Aku sibuk." Alana celingukan, jangan sampai Edgar, Juki dan Cahyo memergokinya.

"Itu sebabnya kamu nggak pernah datang ke latihan PALA?" tanya Adrian. Beberapa hari ini ia tak melihat Alana di eskul PALA. Terus terang ia merasa kecewa. Ia berharap bisa bertemu Alana saat eskul.

"Ya."

"Singkat banget jawabnya. Saya ada salah sama kamu?"

Adrian mulai merasa ada yang aneh dengan sikap Alana padanya, sejak ia menyerahkan oleh-oleh tempo hari. Alana juga tak pernah membalas pesan maupun mengangkat teleponnya. Apa Alana tak menyukai ubi ungu pemberiannya?

"Nggak ada."

"Tapi kenapa saya merasa kamu menjauhi saya?" Adrian gusar, ia takut menjadi korban PHP Alana.

"Perasaan kamu aja." Alana menjawab tanpa mau melihat wajah Adrian.

"Apa kamu sedang mempermainkan saya?"

"Mempermainkan bagaimana?" Alana tak mengerti ucapan Adrian. Seharusnya ia yang merasa dipermainkan di sini.

"Memberi harapan palsu?"

"Mana ada!" Tentu saja Alana menyangkal dengan keras.

"Oke, kalau gitu buktiin ke saya." tantang Adrian.

"Gimana?"

"Kita makan siang bareng?"

Alana tampak berpikir sejenak, seharusnya cuma makan siang tidak berbahaya 'kan? Lagipula dirinya sedang lapar.

"Oke."

***

Adrian membawa Alana makan di sebuah kafe milik temannya. Kafe itu tampak sangat Instragram-able, lain kali ia akan mengajak kawan-kawannya kemari.

"Jujur sama saya, ada apa sebenernya?" Adrian langsung berbicara pada intinya selagi menunggu pesanan datang.

"Aku cuma nggak mau mengganggu hubungan orang." Alana menjawab apa adanya.

"Maksudnya?" Adrian mengangkat alisnya karena tak paham. Sejak kapan ia punya pacar? Baru Alana seorang cewek yang bisa dekat dengannya.

Selama ini ia memang kurang bisa bergaul dengan baik dengan orang lain. Ia cenderung penyendiri dan pendiam. Tapi entah mengapa dengan Alana ia selalu ingin berlama-lama bicara.

"Kamu udah punya pacar 'kan?" Alana mengulang pertanyaannya.

"Darimana kamu bisa menyimpulkan begitu?"

"Aku ... Em, aku ... Baca SMS kamu." Akhirnya Alana mengaku.

"Makanya, jangan suka kepo sama privasi orang. Kan jadinya salah paham." Adrian berbicara sambil tersenyum. Akhirnya ia tahu penyebab selama ini Alana bersikap lain padanya.

"Maaf. Tapi Devina itu benar pacar kamu 'kan?" Alana kembali memastikan.

"Bukan." Adrian menjawab tegas.

"Tapi, SMS nya mesra banget." Alana tak mau percaya begitu saja dengan sanggahan Adrian. Walau tak bisa dipungkiri ada sedikit rasa senang dihatinya mendengar jawaban Adrian.

"Dia adik sepupu saya."

"Beneran?" Alana merasa malu karena sudah salah paham kepada Adrian.

"Kalau nggak percaya besok saya kenalin."

"Oh, nggak usah. Aku percaya kok." Alana bertambah malu mendengar ucapan Adrian.

"Jadi?"

"Maaf, aku udah salah paham sama kamu." Alana menyesal,  ia meminta maaf dengan suara yang lirih.

"Oke, dimaafkan."

Alana lega karena Adrian bersedia memaafkannya. Ia mengelus dada dan meminum jusnya. Kalau dipikir-pikir perbuatannya kemarin itu sangat tidak sopan.

"Tapi ada syaratnya."

Alana hampir tersedak mendengar perkataan Adrian yang terakhir. Syarat apa lagi? Dia kira Adrian bersedia memaafkannya dengan tulus.

"A-apa?"

"Besok kita keluar makan malam, bisa?"

"Eh, itu ...."

Alana berpikir Adrian minta ganti ditraktir. Sudahlah, biar nanti ia meminta uang pada bundanya. Tapi bagaimana kalau Adrian minta ditraktir di kafe mahal? Adrian melihat gelagat Alana yang sedang bimbang.

"Em, gimana ya ...." Alana nampak masih pikir-pikir.

"Saya maksa."

"Oh, oke." Akhirnya Alana mengiyakan ajakan Adrian. Masalah uang akan ia pikirkan nanti. Kalau perlu ia akan memecahkan celengannya.

Teman Tapi Mupeng (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang