27

940 176 0
                                    

Keesokan paginya Edgar menemui Alana di sekolah. Semalam ia tak bisa tidur memikirkan Alana. Ia khawatir Alana dan Adrian bertengkar karena dirinya.

"Lo semalem nggak papa?" Edgar bertanya hati-hati.

"Nggak papa, emang gue harus kenapa?" Alana berusaha tampil ceria di depan Edgar. Jangan sampai Edgar merasa khawatir padanya.

"Lo nggak berantem sama Adrian 'kan?"

"Ya nggaklah."

Alana buru-buru menyangkal dugaan Edgar. Tapi Edgar tak semudah itu dibodohi, ia sudah bertahun-tahun mengenal Alana. Ia tau jika Alana sedang berbohong padanya.

"Lan, kayaknya lo harus ngurangin kumpul bareng kita-kita." Edgar berkata dengan berat hati. Sejujurnya ia tak pernah terpikir untuk menjauhi Alana.

"Emang kenapa?" Alana terkejut dengan saran Edgar.

"Gue nggak mau lo sama Adrian berantem terus. Ada ginjal yang harus lo jaga hehe. " Edgar berusaha bercanda untuk mencairkan suasana.

"Siapa yang berantem, sih? Kami 'tuh cuma diskusi."

"Gue lihat lo kelihatan takut banget sama dia?" Edgar berkata sambil menunduk, tak tega memandang mata Alana yang tampak diselimuti kesedihan.

"Gue nggak takut, gue cuma ngejaga perasaan dia aja."

***

"Mas, besok aku ada karyawisata ke Anyer." Alana memberitahu Adrian tentang acara karya wisata yang diadakan  kelasnya sebelum ujian akhir.

Sudah dua hari ini Alana dan Adrian berbaikan. Adrian yang menghubungi Alana terlebih dahulu.

"Aku ikut, ya? Nanti aku nginep di resort terdekat."

Alana menggaruk rambutnya yang tidak gatal. Ia ingin menolak usul Adrian, tapi ia susah menjelaskan.

Bukannya apa, ini 'kan acara dengan teman-teman sekelasnya, pasti mereka akan canggung dengan kehadiran Adrian. Apalagi gengnya, Edgar, Juki dan Cahyo.

"Em, ini acara anak kelas aku, Mas." Alana menjelaskan dengan berhati-hati, takut Adrian merasa tersinggung.

"Maksudnya aku nggak boleh ikut, gitu?" Adrian merasakan penolakan Alana.

"Aku khawatir aja kamu jadi nggak nyaman. Kamu 'kan nggak kenal sama mereka." Alana beralasan.

"Tenang aja, nggak usah khawatirin aku."

"Oh, oke." Alana hanya pasrah dengan sifat keras kepala Adrian. Mau bagaimana coba? Namanya juga cinta.

"Kamu naik mobil sama aku aja, ya?"

"Tapi, Mas ...."

"Ntar juga kamu bakal ketemu sama temen-temen kamu di sana."

"Oh, oke." Lagi-lagi Alana hanya bisa mengiyakan permintaan Adrian.

***

Alana pergi ke Anyer menggunakan mobil Adrian, mereka telah sampai ke lokasi karya wisata terlebih dahulu. Sejam kemudian bus yang membawa teman-teman sekolahnya baru sampai.

"Gila, ganteng banget pacarnya Alana. Jadi mupeng gue."

"Iya, gue juga. Mana kelihatannya tajir. Ih, beruntung banget model papan penggilesan kayak Alana dapat model begitu."

"Gue nggak redo banget, harusnya cowok itu dapat cewek yang lebih baik. Mubazir banget deh."

Alana mendengar bisik-bisik teman ceweknya yang memandang takjub ke arah Adrian. Dalam hati ia merasa bangga sekaligus insecure, masa ia dikatai papan penggilasan? Yang benar saja!

"Lihat 'tuh si Alana, udah naik kasta dia. Nggak level dia naik bus."

Juki menunjuk ke arah Alana dengan dagunya. Kebetulan tatapannya bertemu dengan Adrian. Ia buru-buru menundukkan pandangannya.

"Gila, mana bodyguard-nya galak banget!" umpat Juki.

Alana melihat ketiga anggota gengnya baru turun dari bus, ia berniat menghampiri. Tapi Adrian segera mencegahnya.

"Mau ke mana?"

"Aku mau ke sana sebentar ya, Mas? Mau absen sekaligus ngambil snack." Alasan Alana. Akhirnya Adrian mengiyakan dengan berat hati.

"Jangan lama."

Teman Tapi Mupeng (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang